Berdasarkan
survei yang dilakukan oleh Global Digital Statistics (2015) kini pengguna internet di Indonesia mencapai 88,1 juta
pengguna, 79 juta di antaranya merupakan pengguna media sosial aktif dengan total
pengguna media sosial yang aktif di dunia sebesar 2,3 miliar pengguna. Angka yang tidak mengherankan, mengingat Indonesia
merupakan salah satu negara teraktif di media sosial. Dari data tersebut, kita bisa
membayangkan betapa luas dan cepatnya informasi itu dapat diperoleh tiap
pengguna, akan begitu mudah untuk membentuk persepsi masyarakat Indonesia
maupun dunia. Media sosial dapat menjadi sarana yang efektif untuk berdakwah,
di sisi lain juga dapat dengan mudah merusak karakter tiap orang berdasarkan
konten-konten negatif yang tersebar.
Kata
memiliki makna penting bagi kehidupan manusia karena dapat membentuk frame berpikir yang akan berdampak pada
emosi dari perilakunya. Bahkan mukjizat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah juga rangkaian kata yakni Al-Qur’an
dan bukan tongkat sakti seperti Nabi Musa AS. Oleh karena itu bila seorang
memiliki satu akun facebook menuliskan satu dua kata di dalam akunnya tersebut,
ia tidak bisa beranggapan bahwa hal itu tidak bermakna apa-apa selain
melepaskan gundah gulananya saja. Sebab boleh jadi kata-kata tersebut
mempengaruhi pikiran dan perasaan orang yang membacanya, terlebih lagi jika ia
sedang dalam suasana hati yang sama. Begitu pentingnya makna sepenggal kata
hingga di dalam Al-Qur’an disebutkan agar hati-hati dalam berkata-kata karena
setiap kata yang diucapkan dicatat oleh malaikat, “Tidak ada suatu kata yang
diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap
(mencatat)” (Qs. Qaf:18).
Dalam
berinteraksi dengan manusia, juga dalam bermedia sosial, ada hal-hal yang perlu
untuk kita perhatikan, karena sebenarnya dari pola interaksi demikianlah yang
akan membentuk pola pikir tiap individu, membentuk karakter tiap orang
berdasarkan apa yang ia baca. Kita selaku umat Islam, adab dalam berinteraksi
itu perlu untuk kita jaga, menjaga lisan, pandangan serta perilaku. Bercanda, saling ejek, saling goda hingga
muncul-muncul efek negatif yang tidak diinginkan. Dengan sesama jenis bisa
timbal intrik, dengan lawan jenis bisa tumbuh bibit perzinahan. Hingga kini kita
sadar betul bagaimana trend barat itu begitu mudahnya mendoktrinisasi
masyarakat terlebih kalangan siswa dan mahasiswa, di beberapa grup media sosial
bahkan kita lebih cenderung untuk mengadopsi istilah-istilah yang orang barat
buat dibanding perkataan baik yang dapat memberikan hikmah.
Kita sering mengabaikan hal
yang dianggap “sepele” ini, karena kita cenderung menganggapnya sebagai sesuatu
yang biasa saja. Padahal dalam setiap fenomena ada latar
ideologi didalamnya, jangan biarkan keterbatasan pengetahuan kita menjadi
alasan kita untuk menerima hal-hal yang bertentangan dengan konsep Islam yang
kita miliki. Di era yang penuh tantangan dan pergulatan ini selalu sempatkan
diri kita untuk belajar lebih dekat dengan Islam, sebab hidup yang sementara
ini akan sia-sia jika kita justru terseret arus dan tak mampu membedakan mana
yang memiliki manfaat mana yang berpotensi mendatangkan madharat. Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, "wakholikinnas bikhulukin
hasan" dan berahlaklah, beretikalah dengan
manusia dengan akhlak yang mulia.
Referensi :