Bismillahirrahmanirrahim..
Obsesi??
Satu kata yang sering didengar dan
sering digunakan dalam mengharapkan sesuatu yang benar-benar ingin diraih. Banyak
di antara kita memiliki obsesi namun tak tahu batas-batas obsesi itu sampai
mana. Bahkan banyak yang mengartikan obsesi itu sekedar pengharapan dunia saja,
tanpa berharap lebih jauh kepada akhirat-Nya.
Kita mulai dari awal, obsesi itu apa sih?
Obsesi dalam pengertian luasnya bisa
diartikan sebagai cita-cita, “motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan.” Sekiranya
dengan motivasi lebih kita akan merasa lebih nyaman dengan pekerjaan kita dalam
meraih sebuah impian. Namun masalahnya sekarang, masih banyak di antara kita
yang ragu-ragu dalam menentukan cita-cita, masih takut dalam menentukan langkah
pijakan selanjutnya. Perlu diketahui bahwa cita-cita ada yang bersifat tinggi atau
rendah. Ada orang yang bercita-cita tinggi, setinggi langit dan ada juga yang
bercita-cita sederhana, hina dan rendah hingga tingkatan yang paling buruk. Ibnu
Qoyyim Rahimahullah memaknai hal tersebut dengan:
“Cita-cita tinggi adalah (jiwa) yang tak akan pernah terhenti kecuali kepada Allah, tidak akan tergantikan dengan sesuatu apapun oleh selain-Nya, tidak rela ditukar oleh yang lain sebagai ganti-Nya, tidak akan menjual apa yang ia peroleh dari Allah berupa kedekatan, kelembutan, kesenangan dan kegembiraan dengan harga yang murah dan fana. Maka, cita-cita tinggi jika dibandingkan dengan cita-cita yang lainnya bagaikan burung yang terbang tinggi menjulang dengan burung-burung lain (yang ada di bawahnya). Ia tidak rela jatuh ke bawah, tidak akan mudah tersentuh oleh penyakit hingga sampai kepada mereka, karena semakin tinggi cita-cita semakin jauh dari penyakit (virus) dan semakin rendah cita-cita maka akan mudah diserang oleh berbagai penyakit dari setiap arah.”
Hal yang paling mendasari mereka yang bercita-cita rendah adalah karena rasa pesimis yang tertanam dalam dirinya, hal ini karena mereka menganggap dirinya tidaklah sebaik orang lain, tidaklah sepintar orang lain, tidaklah sehebat orang lain. Padahal sebenarnya kita semua sama, hanya usaha lah yang membedakan. Tentu akan ada hasil yang diraih jika usaha kita sungguh-sungguh adanya.
“Cita-cita tinggi adalah (jiwa) yang tak akan pernah terhenti kecuali kepada Allah, tidak akan tergantikan dengan sesuatu apapun oleh selain-Nya, tidak rela ditukar oleh yang lain sebagai ganti-Nya, tidak akan menjual apa yang ia peroleh dari Allah berupa kedekatan, kelembutan, kesenangan dan kegembiraan dengan harga yang murah dan fana. Maka, cita-cita tinggi jika dibandingkan dengan cita-cita yang lainnya bagaikan burung yang terbang tinggi menjulang dengan burung-burung lain (yang ada di bawahnya). Ia tidak rela jatuh ke bawah, tidak akan mudah tersentuh oleh penyakit hingga sampai kepada mereka, karena semakin tinggi cita-cita semakin jauh dari penyakit (virus) dan semakin rendah cita-cita maka akan mudah diserang oleh berbagai penyakit dari setiap arah.”
Hal yang paling mendasari mereka yang bercita-cita rendah adalah karena rasa pesimis yang tertanam dalam dirinya, hal ini karena mereka menganggap dirinya tidaklah sebaik orang lain, tidaklah sepintar orang lain, tidaklah sehebat orang lain. Padahal sebenarnya kita semua sama, hanya usaha lah yang membedakan. Tentu akan ada hasil yang diraih jika usaha kita sungguh-sungguh adanya.
Bagaimana menanamkan sikap obsesi yang baik?
Perlu kita ketahui sebelumnya bahwa
hidup akan lebih indah dengan obsesi!
Alangkah lebih indahnya jika obsesi
itu ditanamkan dengan kemuliaan jiwa. Dengan merasakan nikmatnya dalam mengenal
dan mencintai Allah, rindu bertemu dengan-Nya, menyenangi apa yang disukai dan
diridhoi oleh-Nya. Dan bersikap positif terhadap pengharapan yang dicita-citakan.
Obsesi yang positif adalah dorongan
terbesar yang akan membebaskan belenggu ketakutan yang anda rasakan selama ini.
Membangun obsesi berarti menata rencana hidup menjadi lebih baik setiap hari
juga senantiasa memelihara pengharapan dan cita-cita demi membangun kepribadian
dan kehidupan yang lebih bermakna.
“Tidaklah keinginan itu dapat diraih dengan angan-angan, tetapi dengan
menjadikan dunia sebagai pengorbanannya.”
Dibalik obsesi tinggi terhadap
dunia, perlu ada pengorbanan yang besar dalam meraih tujuan akhir yang hakiki
yakni obsesi dalam meraih surga-Nya. Karena sungguh pada akhirnya kita akan
kembali kepada-Nya.
Wallahu A’lam Bishawab..
Jazakallahu Khairan Katsiran..
Jazakallahu Khairan Katsiran..