Lembaga
dakwah yang ada di Teknik terbagi atas dua, yakni di tingkat Fakultas ada
Keluarga Muslim Teknik (KMT) dan di tataran Departemen ada lembaga dakwah yang
disebut dengan Sentra Kerohanian Islam (SKI). Idealnya SKI ini berada dibawah
naungan KMT, dimana KMT menjadi gerbong terdepan lembaga dakwah yang ada di
Teknik. Sinergisasi antara SKI dan KMT dibutuhkan sebagai upaya dalam
merapihkan pengelolaan kegiatan dakwah di lingkungan kampus Fakultas Teknik
UGM, disamping tentunya perlu ada juga penguatan internal di masing-masing
lembaga: tata kelola organisasi dan kaderisasi. Secara struktural tentunya
diharapkan bagaimana ada pola komunikasi dan koordinasi yang optimal antara KMT
dengan SKI, juga KMT benar-benar hadir sebagai payung bagi SKI. Sedangkan
secara fungsional, paling tidak ada tiga poin yang mesti menjadi prioritas
yakni: kaderisasi, syiar, dan jaringan. Kader sebagai aset terbesar dalam
dakwah kampus selayaknya butuh perhatian yang lebih, sebesar apapun peluang dan
aset yang dimiliki oleh dakwah kampus maka tanpa adanya kader sebagai penggerak
maka itu adalah kesia-siaan. Sebagaimana pada setiap fase dakwahnya, Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam selalu
menomorsatukan aspek manusia sebagai basis utama dakwah. Oleh karena itu,
pengelolaan kader dan kaderisasi adalah kunci terpenting akan keberhasilan
dahwah kampus. Dimana sinergisitas yang ada mampu menghasilkan kader yang
mencapai standar mutu kader yang telah terstandarisasi dan setiap lembaga mampu
melakukan alur formal kaderisasi dengan muatan dan materi yang terstandarisasi
pula.
Sementara
itu syiar merupakan metode utama dalam rekrutmen kader. Dengan adanya syiar
Islam diharapkan adanya perbaikan kondisi kampus agar bi’ah Islam semakin kental. Yang terakhir, syiar adalah pintu
bagi amal khidamy atau
pelayanan. Melalui syiar yang ada, kita juga melakukan fungsi pelayanan bagi
muat manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu, dengan adanya sinergisasi syiar
mampu melakukan pengelolaan syiar-syiar Islami yang masif dan optimal dengan
berlandaskan standar kualifikasi syi’ar. Selain itu, bagaiamana mampu mengelola
isu-isu kontemporer strategis sehingga KMT maupun SKI mampu menjadi issue maker di kampus Fakultas
Teknik UGM.
Hadirnya
KMT maupun SKI sebagai motor dakwah di Fakultas Teknik UGM tentunya tidak
diperoleh dengan cara instan, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa diperlukan penguatan internal terlebih dahulu sebelum merambah ke cakupan
yang lebih luas yakni masyarakat Fakultas Teknik. Satu tahun mengelola KMT
dimulai sejak akhir tahun 2017 tentu bukanlah waktu yang banyak, terlebih
dengan pekerjaan rumah yang sulit diselesaikan dari tahun ke tahun dan
seolah-olah telah mengakar kuat. Persoalan itu diantaranya: jumlah kader aktif
yang terlibat dalam agenda KMT sejak awal kepengurusan yang tidak pernah menyentuh 50 persen, syiar yang belum begitu
masif, hubungan dengan lembaga lain yang cenderung normatif tanpa ada output
yang jelas yang bisa direalisasikan bersama, peserta yang hadir kajian di
Musholla Teknik belum sesuai dengan ekspektasi, terjebak dalam proker oriented, dan puluhan permasalahan
lainnya yang menambah tantangan yang dihadapi. Bukan dakwah namanya jika tidak
ada tantangannya, kita mungkin sering mendengar perkataan ini. Susah, lelah,
waktu tidur yang berkurang atas pengorbanan kita dalam menjalankan setiap
amanah di KMT maupun SKI insyaAllah itu semua akan terakumulasi menjadi amal
shalih bagi kita semua yang akan menjadi pemberat di Yaumul Hisab kelak.
Grand theme yang
dibawa oleh KMT X11 yakni “Mencetak generasi
kreatif melalui kaderisasi yang
sistematis guna mewujudkan syiar
efektif dan persuasif.” Dari tema
besar itu, jujur bahwa kita belum berhasil 100% mencapainya. 4 poin besar yang
dielaborasikan dalam setahun kepengurusan perlu diimbangi dengan performa yang mampu
berlari di atas rata-rata, kewajiban kita banyak akan tetapi waktu yang kita
punya terbatas, al wajibat aktsaru minal
auqat. Performa yang baik lahir dari proses kaderisasi yang dilakukan
sebelumnya kemudian disempurnakan dengan penyamaan persepsi dan memadukan gerak
satu sama lain.
Satu
hal yang perlu dipahami diawal bahwa penting untuk melakukan levelisasi lembaga
terlebih dahulu, penting untuk melakukan riset apa yang sebenarnya menjadi akar
permasalahan di lembaga dakwah ini, sehingga dari sana kita bisa menyusun
rencana kepengurusan dalam periode selanjutnya. Ini kesalahan mendasar yang selalu
terjadi bahkan tidak pernah menjadi perhatian kita. Meskipun memang dengan
hadirnya Biro Penelitian dan Pengembangan dapat membantu dalam pengadaan riset,
akan tetapi dalam implementasinya masih belum begitu optimal. Biro ini hadir
karena pertanyaan yang terus terlontar akan tetapi PH bingung dalam memberikan
jawaban, “KMT selama setahun ini sudah melakukan apa? Banyak! Tapi mana
datanya?
Diawali dengan menyadari bahwa Biro Litbang
ini berfungsi untuk meningkatkan kualitas KMT secara keseluruhan, maka
diperlukan pemecahan beban tanggung jawab dalam pelaksanaannya. Pembagian
tanggung jawab tentunya dibagi berdasarkan program kerja yang diusung, selain
itu juga dilakukan pembagian berdasarkan elemen KMT yang perlu dipantau
pencapaian program kerjanya.
Eksekusi
program kerja
Pemantauan dilakukan dengan menjadikan Buku DF sebagai acuan utama.
Dasar program kerja pada Buku DF menjadi fokus perhatian arah kerja Litbang.
Selain memantau, proses pendataan dan perencanaan penelitian pun dilakukan
secara beriringan.
Kesinergisan
elemen KMT
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dari Litbang sendiri belum
mampu berkoordinasi dengan optimal pada tiap elemen yang dipantaunya. Hal ini
menjadi hambatan besar tatkala kesesuaian dalam berpikir dan memahami masalah
yang ada dimaknai berbeda oleh dua belah pihak. Kegiatan syuro bersama dirasa
menjadi solusi terbaik untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Dinamika yang terjadi selama mengelola
KMT setahun lamanya tentu tidak hanya itu, apa yang ada termasuk juga
koordinasi dengan SKI yang akan dibagi dalam beberapa fungsinya.
1.
Kaderisasi
Kader menjadi jantung dari suatu
lembaga, ia adalah motor penggerak akan setiap kerja-kerja dakwah yang dijalankan.
Di KMT kita mengenal Standar Mutu Kader (SMK) sebagai acuan bagaimana membentuk
para kader melalui leadership camp, halaqah
lembaga, kajian, maupun sarana lainnya. Kita tentu sudah paham terkait urgensi
dari kaderisasi ini, sebab akan menjadi musibah bagi dakwah dan umat Islam
adalah jika kita lemah dalam usaha-usaha pembentukan rijaal. Roda dakwah menjadi lambat berputar atau bahkan berhenti
sama sekali karena penggerak rodanya kehilangan tenaga.
Dalam salah satu buku yang ditulis
oleh Arya Sandhiyudha, eks ketua Salam UI, ia mengatakan bahwa dalam Al-Quran,
Allah memberikan taujih tentang bagaimana pengelolaan kader: “Dan berapa banyak
para nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikutnya
yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di
jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah
menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada doa selain ucapan: “Ya Tuhan kami,
ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam
urusan kami, dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum
kafir.” Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala di
akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (3: 146-148).
Dalam ayat tersebut, Allah memberikan
taujih (arahan) bahwa: pertama, Nabi
membutuhkan pengikut dalam jumlah yang
besar sebagai barisan mujahid fi
sabilillah. Kedua, mereka itu memiliki kualitas
yang andal dalam medan perjuangan; tidak mudah lemah (‘adamu al wahn), tidak mudah lesu (‘adamu adh dha’fu), tidak gampang menyerah (‘adamu al istikanah). Ketiga,
mereka adalah orang-orang yang menyadari
kelemahan dan kesalahan diri.
Maka, fokus kerja kaderisasi , yaitu: (1) to
raise the quantity (numu al kamiyah),
kuantitas (2) to develop the quality (numu an nau’iyah), kualitas (3) to build up the competence (numu al qudrah), kompetensi.
Di dalam buku Dewan Formatur KMT X11 maupun
pedoman lain dalam mengelola KMT ini seperti LKD/LGD 1439/1440 H, Standar Mutu
Kader (SMK) yang diwariskan dari kepengurusan sebelumnya, dan renstra KMT
2016-2020, sebenarnya telah tertuang pedoman dalam mengelola kader dan
tujuannya mau kemana. Akan tetapi memang semuanya itu tidak dapat dicapai
dengan baik jika penggeraknya kurang optimal, dan kasus ini selalu terjadi dari
tahun ke tahun.
Di Fakultas Teknik ada 12 program studi
dan berbagai BSO, dari situ kader KMT biasanya tidak hanya aktif di KMT namun
juga di luar, terkadang ketika KMT ingin mengadakan kegiatan untuk mengupgrade
kader selalu berbenturan dengan adanya agenda yang diselenggarakan oleh BSO
lain maupun KM/HM sehingga karena mesti memilih dimana dia akan hadir. Kesalahan
kita adalah ketika tidak memberikan treatment
dengan cara lain bagi kader yang berhalangan hadir, padahal treatment secara personal juga tidak
masalah, karena acuan kita adalah ketercapaian SMK. Disini data juga punya
peran penting, data kader perlu diperbarui secara berkala agar kita tahu sudah
sampai mana ketercapaian kader dan bagi kader yang belum tercapai poin-poin di
SMK nya bisa dilakukan treatment dengan
metode lain.
Dalam melakukan treatment kepada kader
2.
Syiar dan Pelayanan
Dekan Fakultas Teknik, Prof Nizam,
ketika memberi sambutan di Grand
launching Keluarga Muslim Teknik X12 mengatakan bahwa di Fakultas Teknik
ini ada sekitar 8000an mahasiswa dan 6000 diantaranya merupakan mahasiswa
muslim. Artinya bahwa KMT maupun SKI punya amanah besar dalam mengakomodir
kebutuhan ruhiyah 6000 orang
tersebut. Mushola Teknik punya potensi besar dalam memberikan pelayanan optimal
kepada jama’ah, tiap pekan ada infaq yang cukup besar dan dapat digunakan untuk
mengoptimalkan pelayanan mustek. PH KMT khususnya Muslim Center sebagai
eksekutornya perlu untuk proaktif dan sering-sering memberikan masukan kepada
takmir, sehingga dari komunikasi itu kita bisa memberikan pelayanan terbaik
kepada jama’ah. Bukan hanya tentang pelaksanaan kajian di mustek, namun juga
pelayanan lain yang bisa membuat jama’ah nyaman ketika berada di mustek. Di Yogyakarta
ada masjid yang terkenal karena pelayanan masjidnya yang totalitas, bahkan dana
masjid yang selalu nol karena betul-betul langsung disalurkan untuk
kebermanfaatan jama’ah. Kita bisa banyak belajar dari sana.
3.
Jaringan
Jaringan dimana di KMT diwakili oleh
Hubungan Antar Lembaga (HAL) dan ketua umumnya langsung berfungsi sebagai
perwakilan lembaga dalam hal memperkuat sinergi KMT dengan lembaga internal
maupun eksternal Fakultas Teknik dan menjaga hubungan baik dengan alumni KMT. Ketua
umum banyak berinteraksi di Forum Dakwah Kampus (FDK) UGM, Forum Ukhuwah
Lembaga Dakwah Kampus Teknik, Forum Ketua Lembaga Keluarga Mahasiswa Fakultas Teknik
(KMFT). Sedangkan HAL banyak berinteraksi dengan alumni terutama ketika hendak
melaksanakan reuni KMT tahun 2018 lalu. Dalam hal koordinasi dengan SKI, kita
tidak banyak membahas isu-isu penting karena memang kondisinya di hampir setiap
SKI perlu ada penguatan secara internal dan mampu menghadirkan kader untuk
mengisi pos-pos yang kosong. SKI yang lumayan aktif cuma 3 dari 8 yakni SKI
Al-Hannaan, Al-Banna, dan Al-Mustaqim.
4.
Media
Sebuah media, sebuah propaganda tidak
akan berkembang, tidak akan sesuai harapan, apabila hanya segelintir orang saja
yang mau peduli, tidak hanya aku, kamu, dia saja yang mau berusaha yang mau
berkorban dengan rasa malunya, tapi kita semuanya. Sebuah lidi akan mudah
patah, namun seikat lidi akan menjadi kuat. Pengemasan postingan sebagus apapun
itu kalau kontennya tidak mendukung, maka syiarnya tidak begitu tepat sasaran, kreativitas
perlu didukung oleh konten yang sesuai sehingga substansi dari apa yang mau
disampaikan tidak hilang. MMED, MC, dan Siasat disini punya peran bersama dalam
mengemas syiar yang kreatif dan tepat sasaran. Khususnya Siasat yang harapannya
mampu menghadirkan narasi-narasi keislaman sebagai bentuk syiar kepada masyarakat
Teknik, tapi realita di lapangan ternyata masih banyak persoalan mendasar yang
perlu dibereskan, tentang konsistensi maupun transfer ilmu. Mari kita bersama
memajukan syiar KMT ini agar KMT menjadi dikenal dengan syiar keilmuannya, dan tidak
hanya dikenal sebelah mata. Mari kita mulai dari diri kita, jangan menunggu
orang lain baru kita.
5.
Finansial
Satu harapan kita tentunya dapat mewujudkan
kemandirian finansial di KMT yang hadir melalui keahlian serta kreativitas
kader dalam berwirausaha. Selama setahun ini, khususnya ketika masuk semester
kedua kepengurusan, terasa betul bagaimana Syariah
Entrepreneurship (SE) yang pada tahun-tahun sebelumnya selalu dipandang
remeh mampu menggerakkan kadernya untuk berwirausaha, tidak hanya jaket KMT
tapi juga lewat jaket Muslim Engineering, merchandise, dan kantin kejujuran
dengan sistem baru. Meskipun belum mampu mewujudkan kemandirian finansial di
KMT, paling tidak harapan baru hadir karena yang menggerakkan bidangnya bukan cuma
kabid, tapi kader yang lain pun juga aktif dan selalu memberikan masukan
positif. Tinggal ditingkatkan dan konsisten dijalankan.
Catatan
penting:
1.
Pengelolaan kaderisasi, dibutuhkan kader yang memang cekatan dalam mengelola
data dan melakukan pembaruan secara berkala. Transfer ilmu disini juga penting,
wabilkhusus adanya pendampingan sejak awal kepengurusan, karena selalu dari
tahun ke tahun yang mengisi pos kaderisasi adalah orang-orang baru/mahasiswa
tahun kedua.
2. Pada
dasarnya dalam menentukan agenda tarqiyah maupun riayah di KMT, dibutuhkan yang
namanya data. Penjagaan kader di lembaga bisa dilakukan dari data itu, dengan
pendekatan sesuai minat dan bakat masing-masing, apa yang menjadi kebutuhan mereka.
3.
Performa yang baik di lembaga timbul karena adanya proses yang telah dilalui
sebelumnya. Proses yang dilalui itu bermacam-macam dan itu menjadi sarana
pembelajaran & pengalaman, yang dimana semua itu terakumulasi menjadi
pemahaman kita dalam mengelola suatu lembaga. Akan tetapi terkadang proses yang
dilalui itu lamban karena minimnya sarana transfer ilmu dan pengalaman yang
ada. Rembuk muslim teknik bisa menjadi salah satu solusi untuk itu, asal
konsisten dan PH coba untuk menanamkan urgensi agenda itu.
4. Syiar
media KMT sebenarnya bisa lebih ditingkatkan lagi, secara publikasi sudah luar
biasa, akan saja masih kurang dalam manajemen isu, belum begitu peka terhadap
isu yang ada di lingkungan sekitarnya. Ini mungkin bisa menjadi perhatian,
budayakan diskusi di sekre, tingkatkan budaya literasi bagi kader.
0 comments:
Post a Comment