Setiap orang
memiliki 24 jam dalam sehari, orang kaya atau miskin, bahagia atau sengsara,
mahasiswa atau dosen, kita semua memiliki waktu yang sama. Dalam sebuah
penelitian, Michael Fortino, seorang pakar manajemen waktu asal Amerika, mengungkapkan
hasil penelitian selama 20 tahun bahwa orang biasa menggunakan waktunya 7 tahun
di kamar mandi, 6 tahun di meja makan, 6 bulan berhenti di lampu merah, 120 jam
untuk sikat gigi.” Setiap orang memiliki
porsi waktu yang sama, tidak ada yang berbeda walau cuma sedetik pun itu.
Orang-orang yang selalu mengeluh karena tidak punya waktu, persoalan utamanya
justru bukan terletak pada tidak adanya waktu yang cukup untuk mewujudkan
sesuatu yang ingin dikerjakan. Melainkan, masalahnya ada pada ketidakmampuan
kita dalam memanfaatkan waktu dengan baik dan benar untuk mengerjakan sesuatu
yang harus dilakukan. Rasulullah Shallallahu
alaihi wa sallam mengatakan bahwa ni'matani magbunun
fihima katsirun minannaas ashhihatu walfarooq, dua nikmat, kebanyakan manusia
tertipu dengan keduanya yaitu kesehatan dan waktu luang.
Seseorang
ditanya mengapa kamu jarang beribadah di masjid? Jawabnya karena ia merasa
dirinya masih muda, masih ingin menikmati masa-masa muda dengan hura-hura,
bermain, biarlah urusan ibadah nanti ketika sudah tua. Padahal urusan kematian
tidak ada yang tahu, bisa jadi kita akan dipanggil oleh Allah Subhanahu wa ta’ala besok. Ada anak muda
yang fisiknya terlihat kuat, ia jarang sekali sakit, tiga kali dalam sepekan ia
berolahraga, tapi belum cukup usianya 20 tahun telah dipanggil oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Ada juga seseorang
yang sejak lahir tidak bisa melihat, berjalan tertatih-tatih, oleh dokter
diprediksi tidak akan hidup lama, namun masih bisa bertahan hidup sampai
sekarang.
Waktu yang kita
punya terbatas, maka jadikanlah setiap jam setiap menit setiap detik itu
memberikan manfaat kepada diri kita maupun orang lain. Belajar dari para ulama
terdahulu, ruhbanun bil lail wa fursanun
bin nahar, mereka bagai rahib di waktu malam dan pejuang di waktu siang,
artinya bahwa malam harinya diisi dengan menjadi hamba yang selalu terjaga
untuk berdzikir dan siang hari menjadi pekerja keras yang tangguh. Amr bin
Dinar biasa membagi waktu malam menjadi tiga: sepertiga untuk tidur, sepertiga
untuk berdiskusi, sepertiga untuk shalat malam. Imam Syafi’i membagi waktu
malamnya menjadi tiga: sepertiga malam pertama untuk menulis, sepertiga malam
kedua untuk shalat (malam) dan sepertiga malam terakhir untuk tidur.
Hikmah dari para
salafus sholih semoga membuat hidup kita menjadi lebih teratur, bisa lebih baik
lagi dalam mengatur waktu, mengatur skala prioritas, menjaga hubungan dengan
Allah Subhanahu wa ta’ala juga
manusia yang lain. Setiap aktivitas yang kita pilih memberikan konsekuensi
terhadap kehidupan kita, maka bijaklah dalam memilih.
0 comments:
Post a Comment