Sumber gambar: https://rmol.co/images/berita/normal/2018/01/418277_10372331012018_infra.jpg
Apakah
pembangunan infrastrukur menjadi satu-satunya jalan dalam mencapai
kesejahteraan? Apakah infrastrukur memberikan dampak langsung terhadap
kesejahteraan rakyat atau tidak? Sebelumnya kita harus menjawab jujur jika
memang pembangunan infrastrukur akan memberikan pengaruh secara langsung
terhadap kesejahteraan rakyat.
Berbicara tentang
infrastrukur, kita mesti paham logika awalnya, bahwa infrastrukur memiliki
fungsi untuk menghubungkan atau memberi koneksi antara sumber daya, produksi,
dan distribusi. Tidak bisa struktur dasar infrastruktur itu dibangun dengan
modal komersial, karena ia tidak akan berujung pada level competiveness. Jadi jika ada perkataan misalnya, “Jika itu tidak
berhasil maka swastanisasi saja”, ini sudah termasuk dalam agenda komersial. Implikasinya
adalah upaya tersebut tidak akan bisa membuat daya saing bangsa membaik.
Paradigma
penyediaan barang publik seperti infrastruktur telah bergeser secara mendasar,
yang sebelumnya merupakan tanggung jawab negara menjadi tanggung jawab sektor
swasta. Infrastruktur yang seharusnya dibiayai dengan pajak yang dibayarkan
oleh rakyat akan diserahkan kepada investor swasta dan melibatkan
investasi publik. Infrastruktur akan dijadikan sebagai stretegi untuk
memobilisasi dana massa ke dalam pasar keuangan melalui bank-bank investasi dan
bursa saham.
Suatu negara
pasti akan berhadapan dengan yang namanya pangan, energi, dan finansial (PEF). Maka
dalam melakukan pembangunan, tidak bisa hanya terfokus pada infrastruktur
pangan atau energi saja. Logikanya seperti ini, terdapat keterkaitan antara krisis
pangan, energi dan finansial. Krisis pangan
diawali oleh krisis energi (kenaikan harga minyak dan pengembangan bioenergi) yang
memicu kelangkaan pangan dan kenaikan harga pangan. Penurunan harga minyak dan
krisis finansial yang diikuti dengan penurunan pertumbuhan ekonomi global telah
mendorong kenaikan harga pangan, sehingga memunculkan fenomena baru yaitu krisis
harga pangan. Krisis pangan dan finansial secara simultan berdampak terhadap
ketahanan pangan, ketahanan politik, dan stabilitas finansial/ekonomi nasional
dan kawasan. Dalam konteks krisis saat ini, sedikitnya dibutuhkan tiga elemen program
aksi yang bersifat komplemen, yaitu promosi pertumbuhan pertanian pro-kemiskinan,
penurunan volatilitas harga pangan, dan perluasan jaring pengaman sosial bagi kelompok
miskin (Von Braun, 2008).
Sehingga jika
ditanya apakah pembangunan infrastrukur (baca: pembangunan jalan tol, kereta
cepat, pembangkit listrik, dll) menjadi satu-satunya cara dalam meningkatkan
kesejahteraan tentu tidak. Sebab itu belum menjamin hadirnya kondisi finansial
yang membaik dan akan menjadi kompleks lagi jika memaksakan pembangunan (yang
berarti pengeluaran) tanpa melihat potensi pemasukan negara. Dan apabila cara pemerintah
dalam memasifkan pembangunan adalah dengan menghadirkan investor, maka timbul
persoalan baru, siapa yang mengelola infrastruktur itu dan pemasukannya akan
mengalir kemana?
Referensi:
1.
https://inspiratormedia.id/opini/mega-proyek-infrastruktur-itu-bukan-pembangunan-tapi-penjajahan-bentuk-baru/,
diakses pada 5 Januari 2019
2.
Rusatra, I Wayan dkk. 2010. Krisis Global Pangan-Energi-Finansial: Dampak dan Respon Kebijakan
Ketahanan Pangan dan Pengentasan Kemiskinan. Pusat Analisis Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanian: Bogor.
0 comments:
Post a Comment