Kita mungkin pernah mendengar ungkapan
seperti ini: “Tidak terasa sudah semester 3 aja, padahal rasanya baru kemarin
selesai Masa Orientasi Kampus”. Beberapa dari kita mungkin merasakan jika waktu
berjalan begitu cepat, perubahan terjadi setiap waktu dengan arus globalisasi yang
sulit kita duga, kita tidak menyangka bahwa sekarang dihadapan kita gejala
gadget telah mendominasi manusia, padahal satu dekade lalu fiturnya hanya
sebatas SMS dan menelpon, kini untuk membaca koran pun bisa lewat gadget. Charles
Darwin dalam teori survival of the
fittest yang dibangunnya (1809-1882) mengatakan bahwa, “Bukan yang terkuat
yang mampu bertahan, melainkan yang paling adaptif dalam merespon perubahan”.
Waktu terus berjalan, di sisi lain kewajiban
kita semakin banyak. Akan ada masalah di setiap waktu yang kita lewati, masalah
yang ada tentu mesti kita respon dengan cara baru, sebagaimana yang dikatakan
oleh Albert Einstein, “Kita tidak bisa memecahkan masalah-masalah baru dengan
cara-cara lama”. Apapun yang terjadi, kita dituntut untuk terus belajar dan
memperbarui diri, memahami dunia sekarang dan mencari jalan keluar atas
permasalahan yang dihadapi. Tentu tuntutan kita pun juga akan semakin
meningkat, kewajiban kita saat SD tidak lebih berat dari SMP, kewajiban ketika
SMP tidak seberat ketika berada di SMA, ketika kita sudah berkuliah maka
kewajiban-kewajiban itu akan terus bertambah, satu poin yang perlu digaris
bawahi ketika sudah masuk dunia perkuliahan adalah kita dituntut untuk bisa
mandiri.
Masing-masing dari kita pasti memiliki
impian, paling minimal adalah kita ingin menjadi apa di masa depan besok, dulu
saat masih kecil mungkin banyak dari kita yang ingin menjadi dokter, pilot,
guru, maupun pemadam kebakaran. Sadar atau tidak sadar profesi itu menjadi
cita-cita yang sering dilontarkan oleh kita dulu, wajar, karena mindset yang ditumbuhkan ketika berada
di TK hingga SD tidak jauh dari itu. Sayapun demikian, saat kecil dulu
bercita-cita ingin menjadi dokter, akan tetapi saat ini saya berada di program
studi Teknik Fisika yang dulu bahkan saya tidak tahu apa itu, ini terjadi
karena kita terus belajar. Informasi yang kita peroleh akan terus bertambah,
dalam satu waktu kita akan memahami bahwa problematika yang ada sekarang begitu
kompleks lebih dari yang kita bayangkan dulu. Inilah hidup, dinamis, masalah-masalah
baru akan terus bertambah seiring bertambahnya usia juga pengetahuan, seperti
kata Jamil Azzaini bahwa semakin banyak belajar ternyata kita semakin merasa
bodoh, bodoh bukan dalam artian fakir ilmu, akan tetapi kita akan menyadari
bahwa masih banyak hal yang mesti kita pelajari lagi.
Harapan kita generasi muda yang ada saat
ini mampu menjadi penerus bangsa di masa depan dengan ide-ide cemerlangnya,
begitu juga apa yang saya pikirkan saat ini, berkuliah di Teknik Fisika
Universitas Gadjah Mada, besar harapan saya dari tempat inilah ilmu yang
kemudian saya peroleh mampu membantu mengatasi krisis energi yang menimpa
Indonesia, contoh kecil permasalahan yang ada saat ini adalah masih banyaknya
desa di Indonesia yang belum teraliri listrik, berdasarkan data Kementerian
ESDM (2016), terdapat 12 ribu desa di Indonesia yang belum teraliri listrik
dengan baik. Sebanyak 2.915 desa diantaranya hidup dalam gelap, atau belum
teraliri listrik sama sekali, sedangkan 9.000 desa lainnya hanya dialiri
listrik 2-3 jam dalam sehari. Untuk mengatasinya tentu kita mesti masuk ke
dalam sistemnya, mengambil peran strategis untuk kemudian membenahi segala
persoalan yang ada.
Persoalan lain yang tidak kalah penting
adalah kerusakan moral yang kini terus mewabah di bangsa ini, kecurangan ada
dimana-mana, meningkatnya prostitusi dan penyalahgunaan narkoba, hingga korupsi
yang semakin merajalela sampai-sampai kita bosan melihat tayangan TV karena
hampir setiap hari beritanya itu-itu saja, hari ini jaksa yang ditangkap, besok
gubernur yang ditangkap, besoknya lagi anggota dewan yang ditangkap. Indonesia
hari ini ibarat singa yang sedang tidur, ia punya power untuk bisa menjadi magnet dunia akan tetapi terbelenggu oleh
dogma orang-orang berpikiran picik dan dangkal yang hanya mementingkan dirinya
sendiri sehingga kita sulit untuk keluar dari segala macam persoalan ini, kita
krisis orang-orang jujur yang berani dan lantang mengatakan kebenaran. Inilah
impian saya, tegas terhadap orang-orang yang ingin merusak bangsa juga kukuh
dalam membentuk generasi muda, karena saya optimis Indonesia kelak akan menjadi
pusat perhatian dunia dengan prestasinya. Mungkin ini akan terlihat mustahil
bagi sebagian orang, seperti kata Gandhi, “pertama-tama mereka tak mempercayai
Anda, lalu menertawakannya, setelah itu menyerang Anda. Tetapi Anda akan
tertawa kemudian.”