Satu pelajaran berharga yang saya dapatkan setelah lima pekan berlalu di
lokasi KKN bahwa kita mesti memahami karakter setiap orang berbeda-beda, kita
tidak bisa memaksakan orang lain untuk mengikuti setiap pendapat kita. Ada orang
yang mudah tersinggung, ada orang yang mudah marah, ada juga yang penyabar, ada
orang yang banyak bicara, ada yang pendiam, ada yang suka jalan-jalan, ada
yang lebih suka diam di pondokan, ada yang rajin, ada juga yang malas, ada yang
sangat peka dengan sekitarnya tapi ada juga yang tidak peka sama sekali. Tahu bahwa
karakter orang berbeda-beda, dengan kematangan akal biasanya kita akan
cenderung untuk berpikiran terbuka, legowo dengan perbedaan dan tidak terlalu
memaksakan kehendak pribadi. Akan tetapi, tentunya kita mesti memberikan
batasan, dalam hal apa perbedaan-perbedaan itu bisa kita toleransi dan dalam
hal apa kita mampu melahirkan kerja produktif dengan bekerja sama. Sebagaimana Imam
Hasan al-Banna memperkenalkan prinsip, “Kita bekerja sama untuk hal-hal yang
kita sepakati, dan kita saling toleransi untuk hal-hal yang kita perbedakan.”
Setiap masalah yang terjadi di lokasi KKN menjadi dinamika sendiri yang mengajak
kita untuk berpikir bagaimana mengatasinya di tengah karakter setiap anak yang
berbeda-beda. Kita yang dalam satu tim KKN dikumpulkan dari berbagai fakultas
tentu memiliki cara berpikir yang berbeda dalam memahami suatu permasalahan, perbedaan
pendapat itu wajar selama kita bijak dalam bersikap, dengarkan ketika orang
lain berbicara juga hargai pendapatnya, dua sikap yang mesti menjadi pegangan
kita dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Kita diciptakan dengan dua telinga dan satu mulut, ada hikmah tersirat
yang hendak disampaikan kepada kita, bahwa kita diminta untuk lebih banyak
mendengarkan ketimbang berbicara. Dan ketika berbicara sebisa mungkin setiap
kata yang kita keluarkan itu adalah emas, mempunyai nilai. Man kana yu`minu billahi wal yaumil akhir fal yakul khoiron aw
liyashmut, barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah
dia berkata baik atau diam.
Nilai itu yang kemudian membentuk karakter, menjadi cerminan atas
perilaku kita kepada orang lain. Diam juga merupakan sikap yang menunjukkan
kematangan akhlak kita pada koridor tertentu, jangan juga kita hanya diam
melihat apa-apa yang terjadi di sekitar padahal kita tahu, semuanya disesuaikan
dengan kondisinya seperti apa. Ketika bertemu dengan warga, kita jangan menjadi
sok pintar dan merasa yang paling benar, hiduplah seperti padi yang semakin besar
ia justru semakin membungkuk, ia mengayomi dan melayani, memberikan manfaat
bagi orang banyak.
Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah kesempatan kita untuk belajar langsung ke
masyarakat, mengenal permasalahan apa saja yang terjadi di sana, apa keluhan
masyarakat. Permasalahan-permasalahan itu yang kemudian menjadi pembahasan tim
KKN, berkolaborasi bersama antar disiplin ilmu menghasilkan solusi, mengimplementasikan
ilmu yang kita peroleh untuk memberikan manfaat bagi orang banyak.