Sumber gambar: https://disnaker.makassar.go.id/wp-content/uploads/2017/11/343899_DSC1580.jpg
Tentang Sulsel
dan pembangunannya, putra daerah mana yang tidak bangga melihat daerahnya
mengalami perkembangan yang pesat. Perekonomian Sulsel kuartal kedua 2018
tumbuh 7,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan Nasional 5,27% (yoy). Kondisi
kesejahteraan di Sulsel juga membaik. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di
Sulsel per Februari 2018 tercatat 5,39%, lebih rendah dibandingkan periode
Agustus 2017 sebesar 5,61%. Jumlah penduduk miskin di Sulsel pada Maret 2018
sebesar 792,63 ribu jiwa, jumlah ini mengalami penurunan sebesar 20,44 ribu
jiwa jika dibandingkan dengan kondisi pada Maret 2017. Ketimpangan Sulsel juga
membaik pada Maret 2018, dengan gini ratio sebesar 0,397 dibandingkan September
2017 sebesar 0,429.
Di sektor
infrastruktur, tercatat ada 17 mega proyek yang pada tahun 2018 kini tengah digarap
beberapa diantaranya bahkan dipercepat pengerjaannya. Warga Sulsel tentu sudah
menanti-nanti kapan stadion Barombong resmi beroperasi dan kelak menjadi homebase PSM Makassar dalam mengikuti
kompetisi sepakbola tingkat nasional bahkan internasional. Setelah bulan juli
lalu PLTB terbesar di Indonesia yang berada di Kab. Sidrap secara resmi
beroperasi, akhir tahun ini juga di Kab. Jeneponto akan beroperasi PLTB
terbesar kedua di Indonesia. Sulsel yang selama ini dikenal sebagai sentra
pangan nasional tentu membutuhkan pasokan air yang tidak sedikit, pembangunan
tiga bendungan yakni Bendungan Paselloreng di Kabupaten Wajo, Karalloe di
Kabupaten Gowa, dan bendungan Pamukkulu di Kabupaten Takalar adalah salah satu
upaya untuk meningkatkan tampungan air sebesar 261,23 juta meter kubik (m3),
tujuannya untuk meningkatkan suplai air irigasi di Sulsel. Proyek lain ada
pembangunan rel kereta api trans Sulawesi sepanjang 2000 km yang menghubungkan
Makassar-Manado, pembangunan jalan tol layang Pettarani Makassar, pembangunan
jembatan layang Maros-Bone, pembangunan Center Point of Indonesia dimana disana
ada Masjid 99 Kubah yang akan menjadi ikon baru, ada pembangunan Middle Ring
Road Makassar.
Pembangunan
identik dengan perubahan, Adanya pembangunan meniscayakan adanya perubahan
sosial. Karena tujuan dari pembangunan itu sendiri adalah mengarahkan perubahan
sosial ke arah yang lebih baik atau bersifat progresif. Menurut Koentjaraningrat
(1997), pembangunan adalah upaya yang direncanakan dan dilaksanakan oleh
pemerintah, badan-badan atau lembaga internasional, nasional atau lokal yang
terwujud dalam bentuk-bentuk kebijaksanaan, program, atau proyek yang secara
terencana mengubah cara-cara hidup atau budaya dari suatu masyarakat sehingga mereka
dapat hidup lebih baik atau lebih sejahtera dari pada sebelum adanya
pembangunan tersebut.
Terkadang di
tengah pesatnya pembangunan, ada satu hal yang mungkin terlewatkan, bahwa
membangun SDM tidak jauh kalah penting. Ambil contoh kembali di Sulsel, banyak
tantangan pendidikan yang dihadapi disana terutama dalam mempersiapkan sumber
daya manusia yang berkualitas ke depannya. Mantan Rektor Universitas Negeri
Makassar dan Pakar Pendidikan Sulsel, Prof. Dr. Arismunandar (2016) memperlihatkan
rendahnya kualitas guru ini berdasarkan nilai Uji Kompetensi Guru 2015, yaitu
rata-rata guru Sulsel nilainya hanya 52,55 dari angka maksimal 100. Masih
banyak guru yang mengajar di sekolah hanya tamatan Sekolah Pendidikan Guru
(SPG), yang berkualifikasi S1 juga kadang mengajar pada bidang yang lain yang
tidak sesuai dengan kompetensinya, sehingga mempengaruhi kualitas siswa.
Pada tahun 1961,
David McClelland menulis buku terkenal yang berjudul Achieving Society. Di buku itu McClelland mengingatkan, suatu
bangsa akan jatuh bila mengandalkan pemimpin-pemimpinya (baca: menteri atau
CEO) berdasarkan motif-motif afiliasi (baca: persekongkolan, kekerabatan,
afiliasi politik) atau motif kekuasan (bagi-bagi kuasa). Sebagai gantinya,
bangsa-bangsa harus mulai berorientasi pada achievement
(hasil/kinerja). Dan pastinya achievement
akan terwujud jika orang yang berperan dibalik itu juga unggul.
Rhenald Kasali
dalam bukunya Let’s Change (2017)
mengatakan tak dapat disangkal bahwa negeri ini masih perlu banyak tokoh
perubahan. Namun, perubahan selalu datang bersama sahabat-sahabatnya, yaitu
resistensi, penyangkalan, dan kemarahan. Hasil yang dicapai para achiever selalu ditertawakan dan mereka
diadili, dipersalahkan secara hukum, seperti yang dialami Nicolaus Copernicus
di abad ke-16, Giordano Bruno (1600), dan Galileo Galilei (1633) saat
memperjuangkan kebenaran. Sebagian besar change
maker diadili oleh bangsanya, dipenjarakan, dirajam, dan dibunuh, seperti Marthin
Luther King, Abraham Lincoln, Gandhi, dan Munir. Yang lagi hangat beberapa
tahun ini adalah mobil listrik buatan Ricky Elson yang tidak diakui di negeri
sendiri padahal beliau susah payah dibujuk oleh pak Dahlan Iskan agar kembali
ke Indonesia untuk mengembangkan mobil listrik, di saat beliau mencapai puncak karirnya
sebagai kepala divisi penelitian dan pengembangan teknologi permanen magnet
motor dan generator NIDEC Corporation, Kyoto, Minamiku-kuzetonoshiro cho388,
Jepang.
Inilah saatnya
bagi para politisi Indonesia untuk belajar menerima change maker dan achiever untuk
meneruskan karya-karyanya dengan berhenti mengumpat dan mengadili apalagi
mengedepankan motif-motif afiliasi dan kekuasaan. Manusia ingin perubahan namun
ia sendiri tidak mau diubah, inilah mirisnya kita. Harapan akan perubahan hidup
yang lebih baik harus dimulai dari diri masing-masing, buang jauh-jauh ego. Pesatnya
pembangunan harus beriringan dengan pembangunan Sumber Daya Manusia itu sendiri.
Indonesia butuh life skills, yakni keterampilan melihat
multiperspektif untuk menjaga persatuan dalam keberagaman, assertiveness untuk buang sifat agresif, dan asal omong dalam
berdemokrasi. Indonesia butuh mental yang tumbuh, jiwa positif memulai
cara-cara baru, keterampilan berpikir kritis melawan mitos, dan metode
pengajaran yang menyemangati, bukan budaya menghukum dan bikin bingung.
Referensi:
http://www.sahabat-sosiologi.or.id/2018/01/pembangunan-dan-perubahan-sosial.html,
diakses pada 20 November 2018
https://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/sulsel/Pages/Kajian-Ekonomi-dan-Keuangan-Regional-Provinsi-Sulawesi-Selatan-Periode-Agustus-2018.aspx,
diakses pada 20 November 2018
Kasali, Rhenald, “Let’s Change!”, Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2017.
https://www.jpnn.com/news/kurang-dihargai-di-indonesia-pembuat-mobil-listrik-pilih-pulang-ke-jepang?page=5,
diakses pada 4 Januari 2019
https://makassar.terkini.id/kualitas-guru-masih-jadi-tantangan-pendidikan-sulsel/, diakses pada 4 Januari 2019
https://makassar.terkini.id/kualitas-guru-masih-jadi-tantangan-pendidikan-sulsel/, diakses pada 4 Januari 2019
1 comments:
untung adaa artikel agan, saya jadi banyak dapat referensi nih.
Post a Comment