Sumber gambar: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiSnKXQRUrNbE5-4q0WU2pAUpCzOWIwmKd6W-ZPmS8dz0_-y-DDhdAFdBA0EhYhm_BQAl5T-5dru3T9tDAwxGG0rHJz7b_ZUHQPjoU25t_a-GmubU574ngnGHk1jeg46-UsUK0CV4kmf3GD/s1600/Vehicles_cruise+ship_458508.jpg
Apa yang menjadikan kita berbeda dengan yang lain adalah karena kita memiliki rasa kepemilikan terhadap kapal ini, tidak peduli posisi apa yang kita perankan di dalam kapal, entah itu nahkoda, masinis, juru mudi, klasi, dll.
Karena kita semua percaya, bahwa masing-masing punya peran penting. Apabila terjadi satu saja kekosongan peran di kapal, maka akan berakibat fatal dan nyawa ratusan bahkan ribuan orang di dalamnya menjadi taruhan.
Sejak lama kita mengenal bahwa kapal ini memiliki mesin yang gigih serta armadanya yang rela berkorban. Tidak mudah untuk bisa bertahan disana, karena hanya rasa capek yang kita rasakan, berkorban waktu, tenaga, dan pikiran.
Bahkan ada kalanya ketika terjadi badai, ketika hendak berhadapan dengan ombak, seluruh armada mesti ekstra berjuang, mengeluarkan seluruh kemampuannya.
Dan jika kapal ini mengalami gangguan dan kerusakan, tanpa berpikir panjang seluruh armada rela mengeluarkan hartanya untuk memperbaiki kapal padahal penghasilannya tidaklah seberapa. Semua itu dilakukan untuk membuktikan bahwa kapal ini milik bersama, apapun perannya, karena kita sama-sama mengarungi samudera yang luas menuju pemberhentian yang kita impikan.
Armada di kapal lain mungkin bingung melihat kita yang tetap eksis bertahan sampai sejauh ini di tengah badai dan ombak.
Kita percaya bahwa “Inna ma’al ‘usri yusro”. Sesungguhnya, bersama kesulitan ada kemudahan. Ini yang selalu menjadi penghibur jiwa kita. Kita juga yakin, bahwa Allah akan selalu menemani dan menolong kita.
Teruntuk mereka yang tetap tegar di dalam perjuangan ini, Barakallahu fina ajma’in, semoga barakah Allah terlimpah kepada kita semua.
0 comments:
Post a Comment