Dibanding dengan negara tetangga seperti
Singapura dan Malaysia, Indonesia masih kalah jauh di bidang industrinya.
Nyatanya, masyarakat kita cenderung berperilaku konsumtif ketimbang produktif.
Kita lebih banyak mengeluarkan ketimbang menghasilkan, itulah mengapa kita
sulit bersaing pada sektor perindustrian. Kita justru lebih banyak mengirimkan
tenaga pekerja ke luar negeri ketimbang membentuk masyarakat yang produktif dan
berjiwa wirausaha. Mencetak manusia-manusia yang produktif adalah harapan kita
semua untuk membangun Indonesia yang terpandang di kancah internasional.
Perlu diketahui bahwa menjadi seorang
mahasiswa sangat berbeda dengan siswa, sebab mahasiswa dituntut untuk mandiri
dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Jika berbicara tentang mahasiswa
berarti berbicara tentang perubahan, berbicara tentang perubahan berarti
berbicara tentang mahasiswa. Hal terse but merupakan hal yang wajar, mengingat
berbagai gelar dan status yang disandangkan kepadanya, yaitu sebagai agen
perubahan (agent of change), iron stock dan social control. Mahasiswa sebagai agent of change memiliki artian bahwasanya ia terbuka dengan segala
perubahan yang terjadi di tengah masyarakat sekaligus menjadi subjek dan atau
objek perubahan itu sendiri. Dengan kata lain mahasiswa adalah aktor dan
sutradara dalam sebuah pagelaran bertitelkan perubahan. Selain itu, mahasiswa
pun diharapkan dan menjadi harapan untuk menjadi seorang pemimpin di masa depan
yang memiliki kemampuan intelektual, tangguh dan berakhlak mulia. Itulah yang
dimaksud mahasiswa sebagai iron stock,
sebagai tonggak penentu bangsa (Sushanti Ayu 2015).
Ayu Sushanti (2015) mengatakan bahwa peran
mahasiswa sebagai agent of change, iron stock, dan social control mengharuskan mahasiswa untuk melek dan peduli dengan
lingkungan, sehingga ia akan mudah menyadari segala permasalahan yang ada di
tengah masyarakat. Karena bagaimanapun, hanya mahasiswa yang sadar dengan
keadaanlah yang mampu dan layak mengusung perubahan.
Mahasiswa adalah harapan bangsa, menjadi
tunas-tunas penerus bangsa ini nantinya. Sebagai mahasiswa, jiwa kritis perlu
untuk ditanamkan, memahami berbagai masalah yang terjadi di Indonesia dan
memberikan solusi untuk mampu mengubahnya menjadi lebih baik. Kita sadar betul
bahwa Indonesia dilanda degradasi moral yang sungguh luar biasa, praktek
Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) marak terjadi di seluruh lembaga. Tidak ada
lagi kepercayaan yang bisa didapatkan oleh masyarakat karena begitu
merajalelanya kasus ini.
Mahasiswa teknik yang sejatinya di
bangku kuliah ditanamkan cara berpikir empiris, berpikir step by step, langkah demi langkah, harus merancang bagaimana
Indonesia ini ke depannya yang akan dipimpin olehnya. Mahasiswa teknik adalah
sosok ideal pada posisi-posisi penting yang ada di Indonesia ini, bahkan
pendahulu kita dari ranah teknik pun banyak yang mengisi jabatan penting di
negeri ini, karena kualitasnya yang tidak diragukan lagi.
Generasi
penerus yang ideal menurut Ismail M.A (2013) adalah the leader of tomorrow.
Makanya di tangan kaum mudalah nasib sebuah bangsa dipertaruhkan. Jika kaum
mudanya memiliki semangat dan kemampuan untuk membangun bangsa dan negaranya,
maka sesungguhnya semuanya itu akan kembali kepadanya. Hasil pembangunan dalam aspek
apapun sebenarnya adalah untuk kepentingan dirinya dan masyarakatnya. Generasi
Ideal (Fethulla Gulen) merupakan generasi yang menjadikan dakwah sebagai tujuan
hidupnya secara ikhlas, selalu memperbaharui ilmu pengetahuannya sehingga
menjadi generasi yang cerdas, selalu berupaya menjadi teladan umat dan rela
berkorban, rendah hati dan selalu menjaga empati dengan umat, mengedepankan
rasa kasih sayang, mengedepankan toleransi, memiliki sikap optimis sebagai
bentuk penerapan keimanan terhadap qadar, memiliki kemauan dan kehendak
(Al-Iradat) sesuai dengan pandangan i’tibar. Maka dengan kriteria tersebut
diharapkan terbentuknya sebuah generasi ideal yang senantiasa menjadi insan
pembelajar, pencipta, pengabdi, dan selalu dalam jalan islam.
https://introvertjournal.files.wordpress.com/2013/10/indonesia_by_pistonbroke.jpg
~Iyas Muzani, Teknik Fisika UGM 2015