(روح الجديد في جسد الامة)
Rasanya, di dalam
menjalankan dakwah ini kita sering tahu apa yang mesti dilakukan, namun berat
untuk menjalankan. Kita melihat begitu banyak kemungkaran namun masih ragu
mengingatkan. Memanglah, kita juga manusia biasa sama seperti yang lain, kadang
kita merasa letih dan iman menjadi futur.
Terlebih lagi ketika ingin mengingatkan malah dibalas dengan hujatan dan
cacian. Saudaraku, dakwah ini, ibarat permainan sepak bola, untuk bisa
memenangkan permainan kita mesti menentukan rencana, bekerja kolektif dalam
suatu tim, menyatukan tujuan, serta paham akan kondisi medannya.
Sekiranya, dunia dakwah
ini merupakan dunia kompetisi. Hanya mereka yang terberdayakan yang akan
senantiasa siap memikul beban dakwah. Beban dakwah hanya sanggup dipikul oleh
mereka yang mengerti tentang apa dan bagaimana dakwah itu. Tim dakwah
membutuhkan anggota tim yang cerdas, qawi,
matin, dan bertanggung jawab. Karakter tersebut hanya didapatkan dengan
cara tarbiyah. Tarbiyah yang dijalani memiliki kesempatan untuk memperbaiki,
mengembangkan, dan mengukuhkan kita. Artinya, kita memiliki kesempatan untuk
berubah menjadi pribadi yang lebih baik.
Memang sangat disayangkan
apabila kemudian terjadi penurunan kualitas kader di dalam jama’ah ini. Akan
tetapi, peristiwa ini perlu kita sikapi dengan penuh kebijaksanaan, bahwa ini
menjadi pembelajaran yang besar bagi kita. Kekurangan-kekurangan ini adalah
pengingat oleh Allah Subhanahu wa ta’ala agar
kita senantiasa menjaga hubungan dengan-Nya, memperdalam pengetahuan dengan
memperbanyak mengikuti majelis ilmu, membaca buku dan berdiskusi. Begitu banyak
kemudian kader yang begitu aktif dalam menjalankan event di organisasinya namun
lupa dan malas terhadap kewajibannya dalam meningkatkan kapasitas ruhiyah.
Rasulullah Shallallahu alaihi wa’sallam pun
memberikan teladan yang luar biasa kepada kita, dakwah yang beliau jalankan
tidaklah mudah, beliau dicaci, dihujat, hingga dilempari kotoran. Meskipun
perlakuan masyarakat Arab Quraisy kepada
Rasulullah Shallallahu alaihi wa’sallam begitu
buruk dan distriminatif, akan tetapi apa perlakuan beliau terhadap mereka?
Beliau tak segan-segan menjenguk orang yang menyakitinya, hingga pada akhirnya
orang tersebut merasa malu karena ternyata manusia yang selalu dianiayanya
memiliki sifat terpuji dan tidak ada dendam sedikitpun terhadapnya.
Ikhwah
fillah, dakwah yang kita
jalankan ini, begitu diharapkan oleh masyarakat di tengah degradasi moral generasi
muda saat ini. Jadilah antum sebagai ruh-ruh baru yang membersihkan noda-noda
hitam yang begitu lama menempel di tengah masyarakat, antum ar ruhul jadid fi jasadil ummah, kalian adalah ruh baru dalam
tubuh umat. Senantiasa mewarnai aktivitas dunia ini dengan tidak luput beribadah
kepada Allah Subhanahu wa ta’ala,
sebagaimana tujuan kita diciptakan oleh-Nya. “Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)
Ingatlah
pesan yang pernah disampaikan oleh Ustadz Anis Matta, “Ketika orang tertidur,
kamu terbangun, itulah susahnya. Ketika orang merampas, kamu membagi, itulah
peliknya. Ketika orang menikmati, kamu menciptakan, itulah rumitnya. Ketika
orang mengadu, kamu bertanggungjawab, itulah repotnya. Maka tidak banyak orang
bersamamu disini; mendirikan imperium kebenaran.”
Referensi
1.
Eko
Novianto. 2013. Sudahkah Kita Tarbiyah?. Yogyakarta:
Era Adicitra Intermedia.
0 comments:
Post a Comment