Tidak bisa dipungkiri dalam menjalani
kehidupan setiap manusia pasti ingin meraih kebahagiaan di dunia, ini lumrah
untuk dilakukan karena memang sudah menjadi watak dasar atau fitrah dari
manusia untuk meraih kebahagiaan itu. Harta, tahta, dan wanita adalah tiga hal
yang paling sering membayang-bayangi hawa nafsu laki-laki. Selain itu perilaku
hedonis seperti pesta, hura-hura-hura, dan perayaan lainnya pun turut melekat
pada diri sebagian manusia baik itu laki-laki maupun perempuan. Sifat ini semua
tidaklah salah, karena sejatinya sejak lahir manusia diciptakan dan bergerak
sesuai dengan dorongan hawa nafsunya, yang salah apabila perbuatan-perbuatan
ini berlebihan dan melupakan aktivitasnya sebagai seorang hamba. Bahkan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam
pernah bersabda, “Tiga hal yang mencelakakan: sifat pelit yang diikuti; hawa
nafsu yang dituruti, dan rasa bangga terhadap diri sendiri” (HR. Baihaqi.
Syaikh Albani menghasankan hadis ini.)1
Menjadi pribadi yang sukses dunia
tentulah memiliki kebanggaan tersendiri, akan tetapi jika sekedar sukses di
dunia namun melupakan akhiratnya tentulah menjadi kerugian besar nantinya. Keseimbangan
dalam menjalankan pekerjaan dunia dan akhirat perlu dijaga, “Dan carilah pada
apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi...” (QS.
Al-Qasas: 77). ini Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa Allah
Subhanahu wa Ta’ala menginginkan kita
untuk mempergunakan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu berupa harta
yang melimpah dan kenikmatan yang panjang dalam berbuat taat kepada Rabbmu
serta bertaqarrub kepada-Nya dengan berbagai amal-amal yang dapat menghasilkan
pahala di dunia dan akhirat.
“... dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas: 77). Jelas sekali bahwa Allah tidak
menginginkan kita untuk berbuat kerusakan di bumi ini, sebab hal itu merupakan
perkara yang tidak disukai oleh-Nya.
Konsisten dalam beribadah sembari mencari
nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
ada di muka bumi ini sekiranya merupakan kegiatan yang positif dilakukan.
Sebagai umat muslim yang menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagai panutan tentu kita ingin
mengikuti sifat-sifat nya, termasuk kekayaan beliau yang melimpah. Beliau tidak
menginginkan satu pun dari umatnya hidup dalam kemiskinan, ia mengharapkan umat
Islam rajin dan bekerja keras dalam mencari nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan juga justru kita terlalu fokus dalam
bekerja sehingga melupakan kewajiban kita dalam beribadah kepada-Nya. Sebab
pada dasarnya manusia tidak mampu memenuhi sendiri keinginan dan kebutuhannya
yang tak terbatas, ia secara alamiah perlu merendahkan diri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meminta tolong
kepada-Nya, jika seorang manusia hidup sesuai dengan fitrah ini, ia akan
memperoleh kepercayaan, kedamaian, kebahagiaan, dan keselamatan sejati.2
Oleh karena itu, kita dalam menjalani
kehidupan ini perlu untuk menjaga keseimbangan dalam melakukan aktivitas dunia
dan akhirat. Jangan sampai karena aktivitas dunia hingga kita lalai dari-Nya.
1.
Abdillah, A.H.,
2015, Agar Dunia Tak Memenjara (1): Carilah Kebahagiaan yang Hakiki, dilihat
pada 7 Agustus 2015, dari http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/agar-dunia-tak-memenjara-1.html
2.
Harun, Y., 2001,
Mengenal Allah Lewat Akal, Rabbani Press, Jakarta.
Iyas Muzani, 13 Agustus 2015
Iyas Muzani, 13 Agustus 2015
0 comments:
Post a Comment