Sudah hampir tujuh tahun perkenalan
ini, selalu mendekatkan diri ketika kita menjauh, menjadi pengingat ketika lupa
dan keliru, menjadi obat pelipur lara ketika dirundung masalah. Halaqah,
memberikan kita tempat untuk melukiskan lembar kehidupan ini dengan goresan-goresan
yang penuh makna, tidak hanya belajar memahami dunia, namun juga berusaha
memaknai kehidupan ini. Halaqah memberikan kita ruang untuk bisa mendekatkan
diri kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
juga kepada manusia, hablum minallah wa
hablum minannas. Meramaikan dunia ini dengan halaqah-halaqah, saat di sudut
kota lain mungkin masih banyak yang saling bercanda gurau di kafe, menikmati
beraneka ragam produk baru di pusat perbelanjaan, atau bahkan sekedar
menghabiskan waktu untuk tidur sepanjang hari di kosan. Dunia ini ibarat apa
yang kita lihat di langit pada malam hari, hampa, gelap, dan tidak lagi seindah
dulu. Bintang tak lagi menampakkan dirinya, tertutup oleh kilauan dunia, oleh
lampu gedung-gedung pencakar langit. Kini, kita kesulitan lagi melihat masjid yang
diisi oleh pemuda-pemuda yang berhalaqah, mereka yang menghiasi masjid dengan majelis
ilmu, dengan lantunan Al-Qur’an. Inilah
yang menjadi kelemahan umat Islam saat ini, jauh dari masjid, jauh dari Al-Qur’an,
semangat dalam mengkaji ilmu agama sangatlah kurang. Padahal, segores tinta
yang kita ukir dalam lembaran kehidupan adalah catatan-catatan yang kemudian
akan dinilai pada yaumil hisab kelak.
Iman itu bertambah dan
berkurang, maka sepantasnya kita menjaga diri dengan terus berada di lingkungan
yang baik, bersama dengan orang-orang yang sholih. Terlebih bagi kita sebagai
mahasiswa yang mayoritas adalah perantau, jauh dari keluarga, aktivitas yang
bebas ini tentu menjadi godaan besar. Saudaraku, kita tentu menginginkan untuk
dapat membanggakan kedua orang tua, membuat mereka tersenyum ketika kita telah
kembali ke tanah asal. Di tanah rantau ini kita datang sendirian, tersesat
dalam dunia baru, maka untuk menjadi orang yang benar, kita mesti menjaga
posisi agar tetap berada di jalur yang benar. Berhalaqah adalah tentang
bagaimana kita menjadikan hidup ini dengan keberkahan bukan kehingarbingaran,
tumbuh menjadi orang yang bermanfaat dan tidak termakan oleh perbuatan
foya-foya, tidak berbahaya kita hidup di dunia yang menjadi masalah adalah
ketika dunia hidup dalam hati seorang mukmin.
Salah satu kewajiban kita sebagai seorang
muslim yakni muwaajahatut tahriq,
melawan semua langkah-langkah perusak dalam kehidupan manusia dan untuk
menghadapinya kita perlu energi, pembentangan diri dengan pembinaan ruh (tarbiyah ruhiyah). Halaqah adalah salah
satu solusinya. Ulama-ulama kita bahkan mengatakan, siapa yang disebut orang
yang berakal ialah Al-Aqilu,
andharun naasu fil awaaqid. Orang yang berakal itu adalah orang yang paling
jauh pandangannya tentang akibat-akibat dari segala sesuatu. Jadi yang
memikirkan dampak jangka panjang dari setiap tindakannya itu, itulah ciri orang
yang berilmu, tidak hanya tentang otak namun juga akhlak.
Sumber gambar : http://www.sheilainspire.com/2016/04/halaqah-episod-9-orang-islam-akhir.html