Apa yang terbayang oleh kita jika membicarakan
tentang peradaban? Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi menjelaskan dalam bukunya al-Sunnah
masdaran lil-ma’rifah wa al-hadarah (Sunnah sebagai Sumber
Pengetahuan dan Peradaban) bahwa peradaban adalah sebuah fenomena yang luhur
dari akumulusi karya manusia di bidang kesehatan, kesenian, sastra, materi,
sains, sosial, politik, ekonomi, dan seluruh bidang yang lain.
Jadi kalau kita
bicara tentang al-hadharat al-islamiyah (peradaban Islam) kita tidak
hanya berbicara tentang masjid dan membangun masjid, tidak hanya berbicara
tentang infaq dan distribusi zakat, tidak hanya berbicara tentang doa dan
shalat lima waktu, tapi kita bicara tentang bagaimana innasholata tanha anil
fahsyai wal munkar, bahwa shalat (ibadah) mencegah dari perbuatan keji dan
mungkar. kita berbicara juga konsep yang namanya yunfiquna amwalahum fi
sabilillah, menafkahkan harta di jalan Allah. Jadi level dari peradaban
Islam itu adalah level yang tinggi, bukan hanya sekedar teori tapi Islam itu
diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Kalau didetailkan, paling tidak ada 3
poin visi peradaban Islam (core values):
1. Ibadah (God-conscious), ini
adalah dasar daripada kehidupan kita sebagai muslim, yang membedakan cara
pandang muslim dengan non-muslim. Wa ma
khalaqtul-jinna wal-insa illa liya'budun, tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia
kecuali untuk beribadah. Apa yang kita pikirkan tentang ibadah? Muhammad
Elvandi (2019) mengatakan bahwa diantara pertanyaan yang ia lontarkan kepada audience
dalam beberapa kesempatan, mayoritas image umat Islam tentang ibadah
adalah terkait dengan rukun Islam. Bagaimana dengan menanam pohon, kebersihan,
mengajarkan anak untuk disiplin, mengantri, manajemen, on time, dan lain
sebagainya. Itu juga termasuk ibadah, sebab coba bayangkan andaikan ibadah itu
hanya shalat 5 waktu, sekali shalat kira-kira sekitar 15 menit sehingga
diakumulasi menjadi 75 menit dalam sehari, kemudian misal ditambah lagi dengan
membaca Al-Qur’an kira-kira 60 menit dalam sehari. Maka jika ditotal, dalam
sehari kita beribadah sekitar 2 jam 15 menit, lantas 21 jam 45 menit sisanya
kita melakukan apa? Padahal Allah Subhanahu wa ta’ala dengan tegas
mengatakan wa ma khalaqtul-jinna
wal-insa illa liya'budun, tidaklah Aku menciptakan jin dan
manusia kecuali untuk beribadah. Maka tidak boleh ada waktu dari bangun tidur
hingga tidur kembali, kecuali kita lakukan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu
wa ta’ala. Artinya adalah seluruh hidup kita adalah untuk beribadah, ini
adalah core value dari seorang muslim. Core value inilah yang
membuat umat Islam, setiap gerakannya itu adalah God-oriented, jadi
nilai dasar dari segala aktivitas manusia adalah God-conscious.
2. Khalifah (Excellence-drive),
Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan wa idz qola robbuka lil-mala
ikati inni ja’ilun fil-ardhi kholifah, ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi.” Artinya Allah Subhanahu wa ta’ala menghadirkan manusia ke
muka bumi ini agar manusia itu bisa menjadi pemimpin, khalifah dalam Al-Qur’an
artinya leadership/influencer/changing maker/guru/pembina. Malaikat
kemudian khawatir dan bertanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, qolu a
taj’alu fiha may yufsidu fiha wa yasfikud-dima’ wa nahnu nusabbihu bihamdika qa
nuqaddisu lak, Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah)
di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?
Allah Subhanahu wa ta’ala menjawab, qola inni a’lamu ma la ta’lamun, “Sesungguhnya
Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Bahwa ternyata Allah Subhanahu
wa ta’ala telah membekali manusia dengan akal sehat, pikiran, jiwa, dan ruh
yang berbeda dengan makhluk mirip manusia sebelum nabi Adam A.S yang telah
punah diantaranya adalah Pithecanthropus erectus. Manusia merupakan
makhluk baru yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala setelah
kepunahan makhluk sebelumnya, Laqad khalaqnal insana fi ahsani taqwim, sungguh
telah Kami ciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik.
3. Ar-Rahmah (Contribution-oriented),
wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin, rahmat bisa diartikan sebagai
cinta, kasih sayang, kontribusi, kebaikan, dan manfaat. Untuk siapa kontribusi
dan manfaat kita berikan? Lil alamin, kepada seluruh alam. Umar bin
Khattab, dahulu bahkan pernah mengatakan bahwa jika ada keledai yang jatuh
terperosok di Kufah karena rusaknya jalan, maka aku akan diminta
pertanggungjawaban tentangnya di hari kiamat kelak. Beliau justru mengambil
perspektif tidak hanya menghadirkan kebaikan kepada manusia saja tapi juga untuk
hewan, sedangkan kita sekarang bagaimana? Lubang di jalan bisa bertahan
berbulan-bulan, menebang pohon tanpa memperhatikan aspek lingkungan, berbuat
semaunya tanpa ada etika.
0 comments:
Post a Comment