23 juni 2018, hari pertama KKN Unit
2018-YO030
Tidak jauh memang lokasinya dibandingkan unit KKN UGM lainnya apalagi
yang sampai di luar jawa, karena lokasi KKN kami hanya sekitar 1,5 jam dari
kampus UGM. Meskipun begitu jauh maupun dekat tidak berarti antusiasme untuk
melakukan pengabdian kepada masyarakat berkurang, tergantung dari niat pribadi
masing-masing juga kesungguhan dalam melaksanakan tugasnya. Yang paling penting
adalah kita mampu konsisten menjalankan tugas kita dan berharap 49 hari kedepan
bakal memperoleh esensi pengabdiannya, tidak menganggap itu sebagai “liburan”
belaka.
Kedatangan kami adalah untuk belajar. Belajar bagaimana menjadi
masyarakat yang sesungguhnya, belajar beretika dalam bermasyarakat terlebih di
Daerah Istimewa Yogyakarta kabupaten Gunung Kidul yang kental akan nilai adat
istiadatnya, nilai moral yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakatnya, juga
belajar segala hal yang mungkin tidak akan bisa dijumpai dibangku sekolah
maupun perkuliahan. Inilah kesempatannya, sebelum terjun langsung ke masyarakat
dengan peran yang berbeda. Agar dikemudian hari kita tidak lupa diri,
senantiasa menjadi manusia yang dapat memberi warna dimanapun ia berada. Tetap
memberikan penghormatan kepada setiap orang tanpa memandang statusnya. 49 hari
waktu yang tidak lama memang, tetapi itulah momen dimana kita bisa dekat dengan
masyarakat, manfaatkanlah.
Kata Henry Ford, you can’t learn in
school what the world is going to do next year. Perubahan justru diciptakan
oleh orang-orang yang sering berpergian dan bergaul dengan pihak-pihak di luar,
dengan sering melihat ke luar, melihat permasalahan langsung di lapangan, tentu
memudahkan kita dalam memperoleh inspirasi. Paling tidak kita mampu berbaur
dengan masyarakat, merasakan apa yang mereka rasakan itulah yang menjadi nilai
yang ingin diperoleh di KKN ini, disanalah esensi pengabdiannya.
Kenapa lokasi KKN itu hampir sebagian besar tujuannya ke desa, daerah
yang terpencil, dan bukan daerah perkotaan dengan rumah yang nyaman? Kira-kira
saya bisa menjawab seperti ini: Kita tentu sangat beruntung karena mendapatkan
kesempatan untuk berkuliah diantara puluhan juta pemuda lainnya, mereka yang
“tersisihkan” menaruh harapan kepada kita, ada juga mereka yang ingin berkuliah
tapi apa daya karena tidak punya dana jadinya tidak bisa lanjut kuliah. Setidaknya
dengan ilmu yang kita peroleh ini mampu memberikan manfaat bagi masyarakat, kita
bisa banyak mendengar apa yang menjadi keluhan mereka selama ini. Desa jauh
dari hiruk pikuk perkotaan, karakter masyarakatnya dapat dikatakan belum begitu
terpengaruh oleh budaya luar.
Dalam bukunya yang berjudul, Pribadi (Jakarta: Bulan Bintang, 1982,
cet.ke-10), Prof. Hamka memberikan gambaran tentang sosok manusia yang pandai
tapi tidak memiliki pribadi yang unggul: ”Banyak guru, dokter, hakim, insinyur,
banyak orang yang bukunya satu gudang dan diplomanya segulung besar, tiba dalam
masyarakat menjadi ”mati”, sebab dia bukan orang masyarakat. Hidupnya hanya
mementingkan dirinya, diplomanya hanya untuk mencari harta, hatinya sudah
seperti batu, tidak mampunyai cita-cita, lain dari pada kesenangan dirinya.
Pribadinya tidak kuat. Dia bergerak bukan karena dorongan jiwa dan akal.
Kepandaiannya yang banyak itu kerap kali menimbulkan takutnya. Bukan menimbulkan
keberaniannya memasuki lapangan hidup.”
Kita tidak bisa menyampingkan masyarakat pedesaan, ilmu yang kita miliki di
perkuliahan jangan menjadikan kita sombong dan enggan untuk berbaur dengan
masyarakat yang hanya lulusan SD, SMP, maupun SMA. Tan malaka bahkan mengatakan
dalam bukunya Madilog, “bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan
menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat
yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka
lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.”
Kini kita mesti harus menyadari bahwa kitalah generasi yang akan mewarisi
posisi-posisi penting di negara ini. Memahami seluk beluk masyarakat mulai dari
bawah hingga atas adalah bagian dari proses pembelajaran untuk menghadirkan negara
yang adil dan sejahtera. Sebab kita adalah masyarakat yang juga akan memberikan
manfaat kepada masyarakat, berkuliah hanyalah jalan yang kita lalui sebelum benar-benar
terjun ke masyarakat.
Iyas Muzani
Gunung Kidul, DI Yogyakarta.
Iyas Muzani
Gunung Kidul, DI Yogyakarta.
0 comments:
Post a Comment