Phinisi Makassar |
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
tersebut tentu membuat kita sebagai masyarakat Makassar bangga menjadikan kota
ini besar di mata orang Indonesia dan masyarakat dunia. Kini, Makassar dituntut
untuk memberikan perhatian lebih terhadap keamanan dan kenyamanan masyarakatnya.
Ini menjadi pekerjaan rumah yang
berat buat pemerintah kota. Berdasarkan catatan dan survei oleh Indonesia Research Center (IRC) pada 2-6
Maret 2013, kota Makassar masuk dalam kota tak aman keempat di Indonesia
setelah Medan, Samarinda, dan Palembang. Namun, jika dilihat dari sudut pandang
kebudayaan, saling menghargai antarmanusia merupakan hal yang di junjung tinggi
sejak dahulu oleh masyarakat Bugis-Makassar.
Kota Makassar dikenal dengan budaya Siri’ na Pacce. Layaknya seperti sebuah
tradisi, budaya ini telah tertanam di setiap masyarakat Bugis-Makassar secara
turun temurun dan senantiasa menjadi pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Budaya Siri’ na Pacce di dalam
kehidupan masyarakat Bugis-Makassar mamiliki makna bahwa manusia dituntut memiliki
keberanian dan pantang menyerah dalam menghadapi segala tantangan dan ujian
yang dihadapi.
Siri’ sendiri merupakan sebuah konsep kesadaran hukum dan
falsafah dalam masyarakat Bugis-Makassar yang dianggap sakral. Sehingga apabila
seseorang kehilangan Siri’nya atau de’ni gaga siri’na, maka tak ada lagi
artinya dia menempuh kehidupan sebagai manusia. Bahkan orang Bugis-Makassar
berpendapat kalau mereka itu sirupai olo’
kolo’e (seperti binatang). Petuah Bugis berkata: ‘Siri’mi Narituo’ (karena malu kita hidup). Bagi orang
Bugis-Makassar, tidak ada tujuan atau alasan hidup yang lebih tinggi daripada
menjaga Siri’nya. Jika mereka
tersinggung atau dipermalukan (Nipakasiri’),
mereka lebih senang mati dengan perkelahian untuk memulihkan Siri’nya daripada hidup tanpa Siri’. Sedangkan Pacce sendiri merupakan sebuah nilai falsafah yang dapat dipandang
sebagai rasa kebersamaan (kolektivitas), simpati dan empati yang melandasi
kehidupan kolektif masyarakat Bugis-Makassar. Hal ini terlihat jika seorang
kerabat, tetangga atau seorang anggota komunitas dalam masyarakat Bugis-Makassar
yang mendapatkan sebuah musibah, maka para kerabat atau tetangga yang lain
dengan senang hati membantu meringankan beban yang terkena musibah. Seolah-olah
merekalah yang terkena musibah tersebut.
Namun, yang terjadi sekarang sangatlah
memprihatinkan. Maraknya tindakan kekerasan seksual dan aksi geng motor di
sejumlah wilayah yang dilakukan oleh para pemuda asli Bugis-Makassar, menjadikan
budaya ini tercoreng dan bertolak belakang dengan falsafah hidup yang telah
menjiwai dan menjadi pegangan masyarakat. Kebanggaan masyarakat Bugis-Makassar
selama ini ternodai oleh perbuatan kriminal sejumlah pemuda yang belum paham arti
kehidupan dan budaya Siri’ na Pacce itu
sendiri.
Maraknya aksi anarkis oleh segelintir
generasi muda di Makassar tentu menarik perhatian kita semua. Jika dilihat dari
metode pembelajaran yang diterapkan oleh sekolah-sekolah di Makassar, tidak
banyak sekolah yang mengedepankan pembentukan karakter kepada siswanya. Hal ini
yang menjadi faktor utama banyaknya pelaku kriminal dari kalangan pelajar, khususnya
tindakan kekerasan seksual. Salah satu contohnya yaitu tindak kekerasan seksual
oleh anak kelas 4 SD Inpres Tamalanrea terhadap adik kelasnya yang masih duduk
di kelas 2.
Apabila tindakan kekerasan dan kejahatan
lainnya terus dilakukan tanpa adanya perhatian khusus, maka kota Makassar akan masuk
ke zona krisis moral yang berdampak pada generasi selanjutnya. Krisis moral
dianggap sebagai suatu krisis terparah karena krisis moral dapat melemahkan
sendi atau aspek dalam kehidupan bernegara atau bermasyarakat.
Krisis ini bisa diminimalisir dengan
meningkatan mutu pendidikan dan memasukkan budaya Siri’ na Pacce dalam proses pembelajaran. Hal ini agar tercipta
pola pikir yang sehat serta pemahaman masyarakat yang kuat.
Perubahan metode pembelajaran yang lebih
mendidik perlu dilakukan secara serius. Keberadaan keluarga juga dianggap vital
dalam mengawasi dan membatasi tingkah laku anak dan teman bermainnya karena
proses pembentukan karakter anak yang paling utama ialah dari faktor
lingkungannya.
Selain itu, pengaruh budaya barat saat
ini telah memberikan pengaruh negatif yang cukup besar bagi masyarakat Makassar
maupun Indonesia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat tidak terbantahkan
lagi. Masyarakat dunia dapat dengan mudahnya mengakses banyak konten tanpa
filter melalui internet. Seluruh lapisan masyarakat dapat melihat konten
masyarakat luar hanya dengan mengetik di mesin pencarian yang tersedia.
Tontonan yang tidak seharusnya dilihat oleh anak-anak kini dengan mudah dapat
diakses di internet. Inilah yang dapat mengikis budaya lokal yang ada.
Pada hakikatnya, remaja memiliki rasa
keingintahuan yang tinggi yang di dukung oleh mudahnya untuk mengakses
informasi. Sehingga mendorong mereka untuk bebas mengekspresikan diri tanpa
mengetahui batas-batas dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Disinilah peran
masyarakat sangat dibutuhkan untuk memperbaiki tingkah laku mereka. Bukan
menghakimi mereka.
Dalam membangun kota Makassar yang nyaman
dan aman, tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh kerja
keras pemerintah dan kesadaran seluruh lapisan masyarakat. Falsafah hidup kita
sejak dulu yang kini mulai jarang terlihat oleh masyarakat Bugis-Makassar perlu
dihidupkan kembali. Agar cita-cita masyarakat yaitu kota Makassar menjadi kota
dunia dapat terwujud.
Rasanya, terlalu dini buat kita
berbangga-bangga akan pesatnya kemajuan kota Makassar ini. Dengan masalah yang
dihadapi, mengharuskan segala elemen pemerintahan berintrospeksi diri. Jangan
terus menyalahkan apa yang dilakukan oleh para anggota geng motor maupun
tindakan tidak terpuji lainnya oleh para pelajar, tetapi perlu ada
penanggulangan sampai ke akarnya. Melakukan tindakan preventif dengan mengedepankan
budaya lokal juga harus diterapkan dan dijunjung tinggi.
1”Buku
Induk Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintah Per Provinsi,
Kabupaten/Kota Dan Kecamatan Seluruh Indonesia” (2013)
2”Pertumbuhan
Ekonomi Makassar di Atas Sembilan Persen”, http://makassar.antaranews.com/berita/53330/pertumbuhan-ekonomi-makassar-di-atas-sembilan-persen (Maret. 3, 2014)
0 comments:
Post a Comment