Hingga masa kedatangan Islam dan turunnya Al-Qur an, orang hanya mengenal bulan yang mengelilingi bumi. Akan tetapi, ketika menemukan teleskop pada tahun 1610 Masehi atau lebih dari 1.000 tahun setelah turunnya Al-Qur an Galileo menemukan ada empat bulan yang berputar mengelilingi planet Jupiter. Sejalan dengan perkembangan teknologi teleskop dan penelitian angkasa luar, telah ditemukan lagi sejumlah bulan untuk planet Jupiter dan beberapa planet lain selain Merkurius dan Venus. Dengan demikian, jumlah bulan dalam tata surya yang kita kenal sekarang mencapai lebih dari 60 bulan. Banyak ahli astronomi dan astrofisika yang memperkirakan bahwa jumlah itu akan bertambah di masa-masa mendatang, setelah mereka meneliti pesan yang dikirim oleh pesawat angkasa luar yang mengunjungi planet-planet yang amat jauh itu.
Sains modern berhasil menemukan banyak matahari selain matahari yang kita kenal dan banyak bulan selain bulan yang kita ketahui. Mungkin, disekitar matahari-matahari itu masih terdapat beberapa planet lagi yang berputar mengelilingi matahari disertai dengan bulan yang mengelilingi planet-planet itu. Dengan demikian, jumlah matahari dan bulan di jagat raya ini amat banyak. Fakta ini sesuai yang diisyaratkan oleh Al-Qur an dalam Firman-Nya:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. Fushshilat:37)
Kebanyakan kitab tafsir tidak menyentuh keunikan ayat ini, yaitu penggunaan kata ganti jamak mereka (هن) yang mengandung mu’jizat, baik dari segi bahasa maupun sains. Imam fakhruddin Ar-Razi dalam At-tafsir Al-Kabir menyebutkan kata ganti pada frase khalaqahunna merujuk pada malam, siang, matahari, dan bulan karena bersasarkan kaidah bahasa Arab, status jamak benda yang tidak berakal sama dengan status mu’annats (perempuan). Misalnya, al-aqlamu baraituha atau al-aqlamu baraituhunna ‘pensil-pensil itu saya runcingkan’. (Kata ganti ha yang biasa digunakan untuk perempuan tunggal dan hunna yang digunakan untuk jama’ mu’annats, digunakan untuk merujuk aqlam, yaitu bentuk, jamak dari qalam. Lalu ketika Allah mengatakan wa min ayatihi (ayaat bentuk jamak dari ayah ‘tanda’), status ayat-ayat itu secara bahasa sama dengan status mu’annats. Oleh karena itu, Allah kemudian mengatakan khalaqahunna. Sedangkan, Al-Alusi berbicara tentang banyaknya penggunaan mu’annats untuk jamak, sampai-sampai ada yang mengatakan, “Aku tidak peduli dengan jamak mereka. Setiap bentuk jamak adalah mu’annats”).
Kemu’jizatan ayat di atas terletak pada frase khalaqahunna yang menggunakan kata ganti jamak mu’annats, bukan mutsanna (bentuk dualis). Dalam bahasa Arab jika makna ayat itu hanya terbatas pada matahari dan bulan, kata ganti yang digunkaan semestinya bentuk dualis, bukan bentuk jamak. Selain itu, partikel al pada asy-syams dan al-qamar pada ayat di atas mennunjukkan dua ketepatan penggunaannya sekaligus. Partikel al itu dapat digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang sudah diketahui orang (li al-‘ahd). Jadi, konteks ayat di atas merujuk pada matahari dan bulan yang telah diketahui orang pada umumnya ketika Al-Qur an diturunkan. Pada saat yang sama, partikel al juga dapat menjelaskan jenis (li al-jins) sehingga konteks ayat di atas berarti semua jenis matahari dan bulan, dengan bukti digunakannya kata ganti jamak hunna.
Sains modern berhasil menemukan banyak matahari selain matahari yang kita kenal dan banyak bulan selain bulan yang kita ketahui. Mungkin, disekitar matahari-matahari itu masih terdapat beberapa planet lagi yang berputar mengelilingi matahari disertai dengan bulan yang mengelilingi planet-planet itu. Dengan demikian, jumlah matahari dan bulan di jagat raya ini amat banyak. Fakta ini sesuai yang diisyaratkan oleh Al-Qur an dalam Firman-Nya:
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. Fushshilat:37)
Kebanyakan kitab tafsir tidak menyentuh keunikan ayat ini, yaitu penggunaan kata ganti jamak mereka (هن) yang mengandung mu’jizat, baik dari segi bahasa maupun sains. Imam fakhruddin Ar-Razi dalam At-tafsir Al-Kabir menyebutkan kata ganti pada frase khalaqahunna merujuk pada malam, siang, matahari, dan bulan karena bersasarkan kaidah bahasa Arab, status jamak benda yang tidak berakal sama dengan status mu’annats (perempuan). Misalnya, al-aqlamu baraituha atau al-aqlamu baraituhunna ‘pensil-pensil itu saya runcingkan’. (Kata ganti ha yang biasa digunakan untuk perempuan tunggal dan hunna yang digunakan untuk jama’ mu’annats, digunakan untuk merujuk aqlam, yaitu bentuk, jamak dari qalam. Lalu ketika Allah mengatakan wa min ayatihi (ayaat bentuk jamak dari ayah ‘tanda’), status ayat-ayat itu secara bahasa sama dengan status mu’annats. Oleh karena itu, Allah kemudian mengatakan khalaqahunna. Sedangkan, Al-Alusi berbicara tentang banyaknya penggunaan mu’annats untuk jamak, sampai-sampai ada yang mengatakan, “Aku tidak peduli dengan jamak mereka. Setiap bentuk jamak adalah mu’annats”).
Kemu’jizatan ayat di atas terletak pada frase khalaqahunna yang menggunakan kata ganti jamak mu’annats, bukan mutsanna (bentuk dualis). Dalam bahasa Arab jika makna ayat itu hanya terbatas pada matahari dan bulan, kata ganti yang digunkaan semestinya bentuk dualis, bukan bentuk jamak. Selain itu, partikel al pada asy-syams dan al-qamar pada ayat di atas mennunjukkan dua ketepatan penggunaannya sekaligus. Partikel al itu dapat digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang sudah diketahui orang (li al-‘ahd). Jadi, konteks ayat di atas merujuk pada matahari dan bulan yang telah diketahui orang pada umumnya ketika Al-Qur an diturunkan. Pada saat yang sama, partikel al juga dapat menjelaskan jenis (li al-jins) sehingga konteks ayat di atas berarti semua jenis matahari dan bulan, dengan bukti digunakannya kata ganti jamak hunna.
0 comments:
Post a Comment