Di tengah arus globalisasi saat ini, kita
(umat Islam) dihadapkan oleh berbagai permasalahan yang begitu dinamis, mulai
dari kurangnya animo umat Islam dalam memperdalam kualitas ilmu aqidah maupun
fiqh nya, kecenderungan kepada budaya Barat, minimnya ilmuwan-ilmuwan yang
berasal dari kalangan muslim, dan berbagai permasalahan lainnya yang sejatinya dapat
mengikis keutuhan agama ini. Perlu kita tekankan bahwa kelangsungan agama ini
berada di tangan umatnya.
Keutuhan ajaran Islam ini perlu dijaga,
pemahaman Islam secara fundamental sangat ditekankan karena jangan sampai
nantinya Islam hanya sebatas namanya saja, namun dalam berakhlak sama saja
dengan agama yang lain. Perlu untuk kita ketahui bahwa yang menjadi perbedaan
agama Islam dengan agama yang lainnya ialah di akhlaknya. Maka jangan sampai
justru nilai maupun sunah yang tertanam sejak dahulu ini terkikis oleh
pemikiran-pemikiran sejumlah oknum yang katanya ingin memodernisasikan agama
ini.
Kunci dalam menjaga keutuhan agama ini
ialah dengan konsistensi kita dalam berdakwah, minimal tiap orang mendakwahkan
1 ayat kepada orang lain, “Balighu anni’ wala ayat.” Dakwah kepada orang lain bukan berarti kita mesti paham betul seluk-beluk
ajaran agama ini, akan tetapi kita bisa berdakwah walaupun hanya 1 ayat saja. Dakwah
menurut Yusuf Al-Qardhawi harus bersifat seruan kebaikan, dakwah tidak boleh
dipahami sebagai seruan untuk tampil beda (Istimewa) dengan segala tujuannya.
Menurutnya karena Islam sejak awal dakwahnya merupakan sebuah risalah
universal, dakwah kepada manusia secara keseluruhan dan sebagai rahmat bagi
setiap hamba Allah.
Dalam menghadapi arus komunikasi yang
semakin canggih, begitu cepatnya penerimaan informasi antara berbagai negara,
bahkan tidak ada pembatasan konten dalam berinteraksi
lewat dunia maya. Semua ini perlu kita hadapi dengan bijak sebagai umat Islam
yang kuat imannya. Solusi yang diberikan oleh Yusuf Al-Qardhawi ialah dengan
memiliki retorika dan karakteristik yang mendasar, mampu mengantarkan substansi
dakwah kepada semua umat manusia, dapat memuaskan nalar mereka dengan hujjah
yang nyata, melunakkan hatinya dengan mauidzah yang baik, tidak menyimpang dari
hikmah.
Sebagai mahasiswa yang peduli terhadap
sesamanya tentu perlu berpartisipasi dalam gerakan dakwah ini, agama ini tidak
akan bertahan apabila pemuda-pemudinya terluluh-lantahkan oleh zaman. Di manapun kita berada, usahakan agar kita dapat menebarkan dakwah ini, di fakultak
teknik Universitas Gadjah Mada misalnya, Keluarga Muslim Teknik (KMT) dapat
dijadikan wadah dan sarana untuk memperluas dakwah kita minimal di kampus UGM
itu sendiri. Sangat dirasakan betul dampak dari budaya Barat itu terhadap
generasi muda kita, mau jadi apa agama ini
nanti jika pemuda-pemudinya saja sudah jauh dari akhlak seorang muslim sejati.
Kita perlu memanfaatkan seoptimal mungkin sarana-sarana yang ada di kampus,
memperbaiki maupun meningkatkan kualitas iman dan ilmu diri ini dengan
berorganisasi. Di KMT, dengan berbagai jenis divisi yang ada, kita dapat
belajar banyak guna memperkuat ilmu agama kita untuk lebih maksimal dalam
berdakwah, begitu pun dengan universitas-universitas lainnya, representasi Islam ada pada akhlak umatnya, jadilah seorang muslim berakhlak yang dipandang terhormat di mata umat lainnya.
Iyas Muzani, 10 Oktober 2015.
Iyas Muzani, 10 Oktober 2015.
0 comments:
Post a Comment