Akar dari sekian banyak permasalahan yang kita
alami saat ini adalah pendidikan, sebab proses pendidikan yang kurang baik akan
melahirkan generasi yang payah dan sebaliknya proses pendidikan yang baik akan
melahirkan generasi yang gemilang. Keikutsertaan Indonesia dalam Program
Penilaian Pelajar Internasional (PISA) sejak tahun 2001 menunjukkan bahwa skor
PISA Indonesia belum mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan
laporan PISA pada tahun 2019, Indonesia masih berada dalam kategori low
performer pada tiga subjek yakni literasi, matematika, dan sains. Skor
membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, skor matematika ada di
peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara.
Kita bisa berasumsi bahwa rendahnya kualitas
SDM Indonesia adalah dampak dari buruknya proses pendidikan, belum optimalnya kompetensi
guru sebagai pilar utama dalam peningkatan kualitas peserta didik, hingga ekosistem
sekolah yang belum begitu mendukung para pelajar untuk meningkatkan kualitas
belajarnya. Ruang percakapan para pelajar lebih banyak diisi dengan hal-hal
yang tidak berguna, hari demi harinya dipenuhi oleh cerita tren anak muda masa
sekarang, bukan percakapan yang membawa mereka kepada seorang intelektual muda.
Para pelajar yang bersekolah di sekolah
unggulan atau di pusat kota mungkin akan kurang setuju dengan pendapat saya,
akan tetapi akan berbanding terbalik oleh mereka yang tinggal bukan di pusat
kota. Ini adalah dampak dari ketimpangan pada sektor pendidikan, mereka yang
bersekolah di tempat yang kondusif akan tumbuh dengan baik sebab memiliki support
yang luar biasa, berbeda dengan para siswa yang bersekolah di sudut kota hingga
pedesaan, fasilitas dan iklim pembelajaran tidak mendukung membuat mereka harus
mengeluarkan effort lebih untuk bisa bersaing.
Apa yang saya rasakan selama bersekolah di
Gowa-Makassar dari kurun waktu 2004-2015, para siswa lebih antusias untuk
berprestasi dalam bidang non akademik dibandingkan akademik. Lebih banyak
aktivitas siswa untuk futsal, basket, voli, baris-berbaris, dan pramuka. Hanya
beberapa sekolah saja (se-provinsi) yang sering menjadi langganan juara dalam
bidang akademik, ini juga karena iklim dan fasilitas di sekolahnya sudah
mendukung.
Iklim pembelajaran haruslah dibangun sedemikian
rupa sehingga memacu para pelajar untuk bisa meningkatkan kapasitas
intelektualnya, jangan sekolah itu disibukkan dengan aktivitas senioritas yang
tidak hanya menumbuhkan iklim yang tidak kondusif namun juga akan menimbulkan berbagai
macam persoalan kenakalan remaja.
Para pendidik mesti hadir di tengah-tengah pelajar
untuk membantu mereka mencapai level seorang intelektual, jangan para pendidik memberi
kesan yang buruk kepada para pelajar sehingga membuat barrier yang
menutup ruang percakapan keduanya.
Kita mengharapkan di setiap sudut sekolah, di
setiap percakapan yang terjadi, adalah diskusi-diskusi berbobot oleh para intelektual.
Sebab masa depan Indonesia ditentukan dari bagaimana kualitas ruang percakapan
anak muda Indonesia saat ini. Indonesia yang unggul di masa depan adalah anak
muda yang unggul di masa sekarang.
0 comments:
Post a Comment