Tak jarang kita mendapati orang yang
hatinya tengah gundah akan hal percintaan yang ia alami, dan kebanyakan perasaan
itu dialami oleh remaja yang tengah beranjak dewasa. Ia penasaran akan hal
percintaan yang ia kira dapat mendatangkan kebahagiaan, pikirnya bagaimana bisa
mendapat pendamping hidup yang baik jika tak kenal satu sama lain sebelumnya, “Tak kenal maka tak sayang.” Tentu ini berbeda
dengan pemuda-pemuda generasi sebelumnya. Sulit melihat sosok pemuda sekarang yang
memiliki semangat juang tinggi layaknya Al-Fatih & Salahuddin Al-Ayyubi.
Banyak yang menghiraukan sekaligus
mengacuhkan. Dan parahnya, itu sudah dianggap wajar oleh kalangan umum terutama
orang tua. Merasa itu bukanlah suatu masalah serius yang perlu dihadapi, Padahal
perasaan seperti itu sudahlah menjadi bibit penyakit dan dapat merusak agama
Islam secara perlahan. Mengapa? Karena secara tak sadar mempengaruhi motivasi pemuda
Islam untuk mengarungi kehidupan dengan penuh semangat. Sungguh kegalauan itu
membuatnya merana.
Seorang pemimpin Barat pernah
berkata, “Umat muslim tidak akan pernah dikalahkan selama mereka masih
berpegang teguh pada Al-Qur’an.” Perkataan pemimpin barat itu ada benarnya,
sekarang sudah terlihat bagaimana banyak pemuda dengan kesenangan &
kegalauannya melupakan darimana ia berasal, siapa yang menciptakannya, untuk
apa ia hidup. Mereka semakin jauh kepada rabbNya, kepada kita suci Al-Qur’an. Mereka
lupa akan Allah sebagai tujuan, Rasulullah sebagai teladan, dan Al-Qur’an
sebagai pedoman hidupnya.
Tak ada daya selain saling
mengingatkan, “Yang tahu memberitahukan, dan yang belum tahu menyadarkan diri.”
Sungguh, mereka yang lebih paham hanya bisa mengingatkan dan kesadaran atau
hidayah dari Allah tergantung pribadi masing-masing. Apakah siap untuk berubah?
Wallahua’lam
bisshawab..
Jazakumullah Khairan Katsiran..
Wassalamu alaikum..
Jazakumullah Khairan Katsiran..
Wassalamu alaikum..
0 comments:
Post a Comment