Hidup di perkampungan yang terisolasi dan jauh dari kota
mungkin dianggap sebagian orang sebagai ketertinggalan di tengah semakin
canggihnya teknologi yang ada saat ini. Disaat masyarakat perkotaan sedang asik
menyaksikan pertandingan sepak bola di layar kaca, bercanda gurau dengan teman
jejaring sosial lewat gadget canggihnya dan menyantap ria makanan modern,
tahukah kita bahwa masih ada saudara yang tinggal jauh di daerah terpencil sama
sekali tidak tersentuh oleh kecanggihan maupun kemajuan era dan teknologi
tersebut? Tapi, bukan permasalahan itu yang akan ana’ angkat pada tulisan kali ini, akan tetapi masalah itulah yang
menjadi latar belakang dan In sya Allah dengan keterbelakangan itu pula yang
akan menginspirasi kita semua di tulisan berikut ini.
Ada sesuatu yang amatlah mengasyikkan kiranya dapat
menjatuhkan kita ke dalam jurang kebathilan, sesuatu yang asyik itu timbul
akibat dorongan hawa nafsu dan godaan syaitan. Apa itu? Sesuatu yang asyik itu
sebenarnya hanyalah sebuah keasyikan sementara dan fana tak berarti dibanding
keasyikan akhirat sana, sudah tahu? Betul, keasyikan duniawi ini seakan
menggoyahkan hasrat seseorang yang tak memiliki iman yang kuat. Sehingga apapun
kewajibannya sebagai umat Islam dapat ia tinggalkan hanya karena keasyikan ini.
Berbagai macam alasan muncul secara tiba-tiba saat
diperhadapkan dengan perkara kebaikan, mulai dari kesibukan hingga keasyikan
duniawi. Ya, ana’ bisa katakan bahwa
semua ini dikarenakan ulah gadget super modern itu. Banyak yang lebih memilih
bersantai di sofa empuk sambil memainkan gadgetnya ketimbang duduk khusyuk
menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pertama kali sejak masuk SMA ana’ mengunjungi kampung halaman tercinta yaitu Desa Banca,
Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang yang jauh sekali dari keriuhan seperti kota
Makassar-Gowa dan tinggi beribu meter di atas permukaan laut ini. Ada satu hal
yang terlintas di benak ana’, mata
seolah berkaca serta jiwa terasa bergetar saat melihat semangat beribadah
penduduk kampung yang begitu tinggi ini mengisi penuh saf-saf masjid di malam
terakhir shalat tarawih di bulan suci ramadhan. “Jauhnya masjid dari tempat tinggalnya tak menyurutkan langkah untuk
menghadap kepada-Nya” In sya Allah di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala akhlak mereka kan dibalas dengan rahmat-Nya. Disamping
itu, meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah satu sama lain tapi hubungan
kekeluargaannya begitu kental terasa, ukhuwah mereka amatlah terjaga.
“Daya listrik
memang begitu rendah, akan tetapi tak merendahkan semangat beribadahnya kepada
Rabb pemilik semesta alam.”
Banyak pelajaran yang dapat ana’ petik pada kunjungan yang penuh rindu ini, satu yang pasti
bahwa meski mereka jauh tertinggal dari pesatnya pertumbuhan teknologi tapi In
sya Allah mereka jauh lebih unggul pada urusan akhirat, karena mereka sangat yakin
bahwa masih ada kehidupan yang akan dijalani setelah ini dan sifatnya abadi. “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari
kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS.
Ar-Rum:7) Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!
~Ditulis di tengah gelapnya hari dan
sejuknya udara di pegunungan. Semoga menginspirasi J .. Barakalallahu fiik, wassalamu alaikum.
0 comments:
Post a Comment