Arya Sandhiyudha
dalam bukunya Renovasi Dakwah Kampus (2006) mengatakan bahwa pengalaman yang
kami dapat selama ini menunjukkan bahwa yang menjadi sebab seorang disukai atau
tidak, diterima atau tidak, alasan dominannya terletak bukan pada apa identitas
kita. Kepercayaan dan penerimaan (trust
and respect) masyarakat pada umumnya terletak pada kualitas pergaulan yang
baik dengan lingkungan sosial kita. Profil semacam ini memang sudah sepatutnya
ada dalam diri seorang muslim dan da’i, seperti dalam sebuah hadits shahih
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Orang yang mencampuri (bergaul) dengan manusia dan bersabar terhadap cobaan
mereka, lebih baik daripada orang yang tidak bercampur dengan manusia dan tidak
sabar terhadap cobaan mereka.” (H.R. Ibnu Majah dan Tirmidzi).
Banyak orang
menganggap Aktivis Dakwah Kampus (ADK) eksklusif karena tidak mau bergaul
dengan masyarakat, ia membentuk lingkungan sendiri, membuat pergaulan dengan
sesama para ADK. Tentu sikap ini kurang tepat, sebab mereka para da’i sudah
semestinya berbaur di tengah-tengah masyarakat untuk mengajak mereka kepada
kebaikan, menjadi orang yang mengajak masyarakat beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Aktivis Dakwah
Kampus (ADK) jangan pernah merasa bahwa dirinya suci sehingga tidak mau bergaul
dengan masyarakat, ia tidak boleh menutup diri dari lingkungannya, sebab
disanalah tujuan mereka berdakwah. Mengajak mereka yang jauh dari Islam menjadi
dekat dengan Islam, mereka yang dekat dengan Islam menjadi ta’at beribadah,
mereka yang ta’at beribadah menjadi penggerak dakwah. Aktivis Dakwah Kampus
(ADK) harus menjadi matahari yang meskipun sendiri namun senantiasa menyinari
lingkungannya, memancarkan nilai-nilai positif, memberikan manfaat bagi
sekitarnya. Waktu liburan bagi ADK bukanlah kesempatan untuk berleha-leha,
tidak ada kata istirahat dalam menyeru kepada kebaikan. Pulang kampung hanyalah
perpindahan tempat saja, tapi aktivitas positif dan bermanfaat tetap
dijalankan.
Berdakwah di
masyarakat tentu memiliki atmosfir yang cenderung berbeda dalam dunia kampus, ADK
jangan sampai bersikap seolah-olah menggurui masyarakat. Pendekatan yang
dilakukan sebagaimana apa yang dijelaskan pada awal tulisan ini, penerimaan
masyarakat tergantung dari bagaimana pergaulan kita kepada mereka, perlihatkanlah
bagaimana karakter seorang muslim sesungguhnya, berakhlak yang baik kepada
masyarakat, rajin-rajin dalam memberikan salam dan senyuman kepada masyarakat, karena
ini juga bagian dari hablum minannas.
Masjid yang
sebelumnya sepi oleh pemuda kita ramaikan, ajak setiap orang yang kita kenal
untuk shalat berjama’ah di masjid. Awalnya mungkin masih cenderung berat bagi
mereka, tapi jika sering-sering diajak, akhirnya mereka juga menjadi sungkan
untuk menolak ajakan. Hidayah tergantung dari Allah Subhanahu wa ta’ala, tugas seorang muslim adalah berikhtiar
semaksimal mungkin dalam menyampaikan kebaikan. Ayo, segera bangun lalu wudhu,
shaf ini harus segera diluruskan kembali. Jangan sampai liburan ini justru
menjadikan kita tidak produktif dalam beramal, ikhwah.
0 comments:
Post a Comment