Pembelajaran formal melalui universitas memberikan
kita proses edukasi metodologis dan sistematis. Pembentukan cara berpikir ini menjadi
hal substansial yang perlu kita peroleh di universitas, Sebab kata Imam Al-Ghazali,
ilmu bukanlah setumpuk informasi yang dikumpulkan, dikompilasi, lalu sekedar
dibaca tapi ilmu dibangun di atas metodologi.
Stimulus akademis yang diperoleh dari
universitas menjadi modal seseorang dalam menjalani fase selanjutnya dengan
berbagai opsi yang dihadapkan: melanjutkan studi S2, berkarir di industri, mengembangankan
startup, mengabdi bagi kampung halaman, hingga menikah. Keputusan-keputusan
yang diambil insyaAllah tidak ada yang keliru selama ia terus berikhtiar
melangkah ke depan dan yakin dengan pilihannya. Urusan rezeki? Allah sudah atur,
kita hanya diminta untuk tidak berhenti berikhtiar.
Kata Muhammad Elvandi dalam bukunya Sang Pemuda
(2020) universitas merupakan kesempatan sang pemuda menyerap cara terbaik menjadi
expert melalui para dosen berkualifikasi, kuliah yang diisi oleh
dosen-dosen dengan otoritas spesialis. Objek pembicaraan dalam ruang kelas
adalah pengetahuan dan perkembangan terbaru sebuah bidang studi. Pikiran akan
dipaksa untuk berpikir menuju pengembangan pengetahuan yang ideal, terlepas dari
tidak idealnya realitas sosial. Sense of idealism bahkan terkadang bagi
seorang aktivis kampus sekalipun akan hilang karena luntur seiring dengan dipertemukannya
dengan realitas dan rutinitas yang diperoleh di kehidupan pasca kampus.
Bagi seorang muslim, tentunya kita berharap
agar ilmu yang kita peroleh dapat bermanfaat bagi semesta alam, Rasulullah
menyatakan dalam haditsnya bahwa salu Allah ilman nafi’an wa ta’awwadzu min ‘ilmin
la yanfa’u, mintalah kepada Allah ilmu yang bermanfaat dan berlindunglah
kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat.
Ilmu (knowledge) atau proses pengilmuan
(knowing) oleh Prof. Naquib Al-Attas di dalam Prolegomena didefinisikan
sebagai hadirnya makna di dalam jiwa (arrival of meaning to the soul). Definisi
ini melihat kepada Tuhan sebagai pemberi aktif dan manusia sebagai penerima pasif.
Apabila melihat manusia sebagai penerima aktif maka ilmu atau proses pengilmuan
sebagai sampainya jiwa kepada makna (arrival of the soul at meaning). Manusia
sebagai pencari ilmu selalu berkaitan dengan proses aktif dan pasif, aktif
menuntut dan mendapatkan ilmu serta pasif menerima anugerah ilmu dari-Nya.
0 comments:
Post a Comment