Kenapa hampir setiap saat kita mendengar atau
membaca berita tentang tawuran dan balap liar di Makassar bahkan juga di beberapa daerah di Indonesia lainnya yang pelakunya bahkan
didominasi oleh anak muda? Tidak terkecuali saat bulan ramadhan ini, bulan yang
harusnya diisi dengan aktivitas ibadah malah disia-siakan dengan perilaku yang
tidak beradab. Apa yang menyebabkan tawuran dan balap liar tersebut terus eksis
dan seakan-akan tidak memberikan efek jera bagi para pelakunya? Bisa dikatakan
jika aktivitas yang dilakukan oleh sekelompok orang tersebut tumbuh karena
adanya pandangan dogmatis yang terus diturunkan antar generasi dari senior
ke juniornya: perasaan bangga, mengejar eksistensi, kalau tidak dilakukan
ketinggalan zaman.
Teringat teori broken windows nya
James Quinn Wilson dan George Lee Kelling, mereka menulis teori tersebut pada
tahun 1982 pada majalah The Atlantic Monthly, dimana tulisannya tentang broken
windows muncul dari hasil pengamatan atas jendela-jendela yang pecah di
permukiman penduduk New York kala itu. Jendela yang dibiarkan pecah memicu
pecahnya jendela lain yang disebabkan adanya persepsi bahwa perilaku
vandalisme diperbolehkan sehingga menimbulkan rasa aman untuk melakukan hal
tersebut, perilaku ini jika dibiarkan akan mendorong orang lain untuk
berbuat hal yang sama dan bahkan lebih.
Kejahatan atau kekacauan timbul akibat ketidakteraturan
kecil yang dibiarkan tanpa ada tindakan yang tegas dari pihak yang
berkepentingan sehingga mendorong orang lain berbuat hal yang sama dan
bahkan bisa lebih daripada itu, dengan kata lain tidak ada efek jera. Bisa
jadi sudah ada penindakan tapi belum membuat jera para pelaku. Awalnya tawuran
antar RW, kemudian antar kampung, tawuran dengan aparat, dan jadi pelaku begal.
Sederhananya, penerapan dari teori broken
windows untuk mengatasi tingkat kejahatan yang semakin tinggi dapat dilakukan
dengan rutin setiap hari menginspeksi titik-titik yang rawan terjadi tawuran,
balap liar, maupun begal. Inspeksi rutin ini sebagai upaya pengawasan dan pencegahan
aktivitas-aktivitas yang tidak diinginkan tersebut terjadi, yang ditakutkan
tentunya adalah korban dan pelaku yang timbul dari tindakan tersebut akan
semakin banyak jika dibiarkan terus menerus.
Malcolm Gladwell dalam bukunya The Tipping
Point: How Little Things Can Make Big Difference mengatakan bahwa penerapan
teori broken windows menjadi penyebab turunnya angka kriminalitas di New
York pada masa 1990-an. Ia juga menyebut fenomena tersebut sebagai the
power of context, yaitu sebuah pemikiran yang menyatakan bahwa manusia
sangat sensitif terhadap lingkungan mereka. Artinya, perubahan kecil dalam
lingkungan manusia akan sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia. The power
of context juga menyatakan bahwa untuk mengatasi kejahatan besar tidak
harus menyelesaikan kasus atau masalah yang besar terlebih dahulu, tapi bisa dimulai
dengan menyelesaikan masalah yang kecil.
Dari teori Broken windows kita belajar
jika kejahatan yang besar berawal dari kejahatan yang kecil, sedangkan dari
the power of context kita belajar untuk mengatasi kejahatan besar
sebaiknya dimulai dengan menyelesaikan masalah-masalah kecil. Dalam hal
ini, khususnya Pemerintah kota Makassar, bisa mencoba untuk membuatkan arena
balap motor untuk anak muda Makassar menyalurkan hobinya daripada mesti turun
ke jalan balap liar dan bisa membahayakan pengendara yang lain. Membuatkan arena
air softgun dengan ada kompetisi setiap semester/tahun agar para anak muda bisa
menyalurkan energinya pada suatu aktivitas yang tidak meresahkan masyarakat dan
dapat bermanfaat juga bagi diri mereka masing-masing.
Mari mengambil hikmah dari setiap kejadian,
barangkali ada setitik cahaya yang bisa memberi makna dan mengubah hidup
seseorang, anak muda adalah tulang pungung masa depan Indonesia.
0 comments:
Post a Comment