Kuliah
Ramadhan Jelang Berbuka ke-1
Oleh Ust. Adian
Husaini
Bulan Ramadhan seharusnya bisa kita optimalkan
juga oleh pemerintah, perlu ada anggaran khusus dari negara untuk mengalokasikan
pendidikan di bulan ramadhan, mengoptimalkan kajian-kajian yang intensif untuk
meningkatkan kualitas diri kita.
Pendidikan intinya adalah bagaimana kita
menjadi manusia yang baik, di dalam konstitusi kita pasal 31 ayat 3 dikatakan
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional
yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa tujuan kita
berpuasa adalah untuk bertaqwa, la allakum tattaqun, kita diwajibkan
berpuasa tujuannya bertaqwa. Tujuan pendidikan nasional kita adalah beriman,
bertaqwa, dan berakhlak mulia.
Manusia beriman itu apa? Manusia bertaqwa itu
apa? Manusia berakhlak mulia itu apa? Menjadi aneh ketika kita mengikuti
konsep-konsep pendidikan yang mereduksi hakikat pendidikan nasional
tersebut yang tujuannya untuk membentuk manusia yang baik: beriman, bertaqwa,
dan berakhlak mulia. Akan tetapi selama ini direduksi tujuan pendidikan menjadi
hanya sekedar bagaimana mengembangkan potensi anak didik supaya dia bisa
bekerja mencari nafkah. Tidak salah, tapi hal tersebut menjadi sebagian kecil
dari tujuan yang besarnya.
Kalau bicara tentang pendidikan Prof. Ahmad
Tafsir mengingatkan empat hal: (1) tujuannya, (2) kurikulum, (3) program,
(4) evaluasi. Menetapkan tujuan ini sangat penting, kalau kita mau
membentuk pendidikan yang baik maka tetapkan dulu tujuannya, dari tujuan ini
diturunkan menjadi bentuk rinci target-target pendidikan dan bisa berbeda untuk
setiap jenjang bahkan setiap anak. Tujuan ini dicapai melalui kurikulum.
Di zaman Anies Baswedan menjadi menteri
pendidikan beliau mengeluarkan permen no 20 tahun 2016 tetang SKL (standar
kompetensi lulusan), yang mana ada 3 yang diukur dari SKL tersebut: sikap,
pengetahuan, keterampilan.
Mari kita manfaatkan dengan betul ramadhan ini
sebagai bulan pendidikan, inilah bulan untuk mendidik kita semua menjadi orang
yang baik, inna akromakum indallahi atqokum, sesungguhnya yang paling
mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kalian. Bahkan kita
diajari doa, robbana hab lana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a’yun waj’alna
lilmuttaqina imamaa, wahai Robb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan
kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami. Jadikanlah pula kami sebagai
imam bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Al-Furqon:74). Menjadi orang taqwa itu
mulia, menjadi orang taqwa itu susah, karena meraih derajat kemuliaan itu tidak
mudah.
Qod aflaha man zakkaha waqod khoba man dassaha,
beruntunglah
orang-orang yang membersihkan jiwanya dan celakalah orang-orang yang mengotori
jiwanya. Ibadah di bulan ramadhan ini luar biasa untuk menempa jiwa kita untuk
semakin takut kepada Allah dan khawatir jika melanggar perintah Allah.
Ibadah shaum ini ibadah yang tidak
kelihatan, orang tidak bisa pura-pura berpuasa, artinya jiwa kita dididik
jujur. Jujur ini menjadi kunci, sebab menjadi kunci bagi kebaikan yang lain.
Bagaimana kita bisa mencari ilmu sukses? Menurut Imam Syafi’I, ala lantanalal ‘ilma illa bisittatin sa’umbii kamaj’mu illa bi bayani, seseorang yang menuntut ilmu
tidaklah jauh dari 6 syarat utama, 6 syarat dalam menuntut ilmu itu diantaranya
adalah:
1.
Dzakkaun (Cerdas, mengerti)
Orang itu dikarunia akal, bisa
berpikir dan cerdas. Otak kalau tidak dibiasakan berpikir maka akan tumpul,
maka di dalam Al-Qur’an banyak perintah yang meminta kita untuk terus berpikir.
Dalam surah Al-Mulk ayat 10 dikatakan jika penduduk neraka sa’ir menyesal
karena mereka waktu di dunia tidak mau berpikir, wa qolu lau kunna nasma’u
au na’qilu ma kunna fii ashabi sa’ir, Dan berkata (mereka penghuni neraka)
andai ada kami (di dunia) mendengar atau kami berakal maka tidak ada kami
penghuni neraka sa’ir. Orang yang masuk neraka ini malas berpikir.
2.
Hirsun (Senang
hati, ikhlas)
Seseorang dalam menuntut ilmu ia
harus haus ilmu, kalau dalam gurindam 12 Raja Ali Haji beliau mengubah syair
yang indah “Jika hendak mengenal orang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah
jemu.” Jadi ciri orang yang berilmu adalah yang rajin bertanya dan tentu
bertanya tidak sembarangan, karena ada adabnya.
3.
Ishtibaarun (Sabar)
Seorang yang menuntut ilmu harus
senantiasa bersabar
4.
Bulghaatun (Modal, biaya)
Perlu pengorbanan
5.
Irsyaadu Ustaadzi (Patuh kepada guru)
Perlu bimbingan guru, belajar itu
ada yang mengarahkan dan ada kurikulumnya, sebab bahaya jika seseorang diminta
membaca tanpa diarahkan, Prof. Mohammad Nur di dalam bukunya budaya ilmu
mengatakan bahwa banyak informasi belum tentu berilmu sebab orang dikatakan
berilmu ketika ia bermakna, kita tidak bisa mengatakan komputer itu berilmu karena
banyaknya informasi. Banyak orang tersesat karena salah pilih guru.
6.
Thuuluz Zamaani (Waktu yang lama)
Perlu waktu yang panjang,
Untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, kata
Imam Az-Zarnuji dalam kitabnya Ta’limul Muta’allim adalah ilmu yang bermanfaat
itu memiliki 2 kriteria yakni ilmu itu diamalkan dan ilmu itu diajarkan.
1 comments:
Jazakumullah. Uraiannya bagus dan bermanfaat
Post a Comment