Monday, January 8, 2018

Keberanian: Kunci Perubahan Indonesia


Kita mungkin pernah mendengar ungkapan seperti ini: “Tidak terasa sudah semester 3 aja, padahal rasanya baru kemarin selesai Masa Orientasi Kampus”. Beberapa dari kita mungkin merasakan jika waktu berjalan begitu cepat, perubahan terjadi setiap waktu dengan arus globalisasi yang sulit kita duga, kita tidak menyangka bahwa sekarang dihadapan kita gejala gadget telah mendominasi manusia, padahal satu dekade lalu fiturnya hanya sebatas SMS dan menelpon, kini untuk membaca koran pun bisa lewat gadget. Charles Darwin dalam teori survival of the fittest yang dibangunnya (1809-1882) mengatakan bahwa, “Bukan yang terkuat yang mampu bertahan, melainkan yang paling adaptif dalam merespon perubahan”.
Waktu terus berjalan, di sisi lain kewajiban kita semakin banyak. Akan ada masalah di setiap waktu yang kita lewati, masalah yang ada tentu mesti kita respon dengan cara baru, sebagaimana yang dikatakan oleh Albert Einstein, “Kita tidak bisa memecahkan masalah-masalah baru dengan cara-cara lama”. Apapun yang terjadi, kita dituntut untuk terus belajar dan memperbarui diri, memahami dunia sekarang dan mencari jalan keluar atas permasalahan yang dihadapi. Tentu tuntutan kita pun juga akan semakin meningkat, kewajiban kita saat SD tidak lebih berat dari SMP, kewajiban ketika SMP tidak seberat ketika berada di SMA, ketika kita sudah berkuliah maka kewajiban-kewajiban itu akan terus bertambah, satu poin yang perlu digaris bawahi ketika sudah masuk dunia perkuliahan adalah kita dituntut untuk bisa mandiri.
Masing-masing dari kita pasti memiliki impian, paling minimal adalah kita ingin menjadi apa di masa depan besok, dulu saat masih kecil mungkin banyak dari kita yang ingin menjadi dokter, pilot, guru, maupun pemadam kebakaran. Sadar atau tidak sadar profesi itu menjadi cita-cita yang sering dilontarkan oleh kita dulu, wajar, karena mindset yang ditumbuhkan ketika berada di TK hingga SD tidak jauh dari itu. Sayapun demikian, saat kecil dulu bercita-cita ingin menjadi dokter, akan tetapi saat ini saya berada di program studi Teknik Fisika yang dulu bahkan saya tidak tahu apa itu, ini terjadi karena kita terus belajar. Informasi yang kita peroleh akan terus bertambah, dalam satu waktu kita akan memahami bahwa problematika yang ada sekarang begitu kompleks lebih dari yang kita bayangkan dulu. Inilah hidup, dinamis, masalah-masalah baru akan terus bertambah seiring bertambahnya usia juga pengetahuan, seperti kata Jamil Azzaini bahwa semakin banyak belajar ternyata kita semakin merasa bodoh, bodoh bukan dalam artian fakir ilmu, akan tetapi kita akan menyadari bahwa masih banyak hal yang mesti kita pelajari lagi.
Harapan kita generasi muda yang ada saat ini mampu menjadi penerus bangsa di masa depan dengan ide-ide cemerlangnya, begitu juga apa yang saya pikirkan saat ini, berkuliah di Teknik Fisika Universitas Gadjah Mada, besar harapan saya dari tempat inilah ilmu yang kemudian saya peroleh mampu membantu mengatasi krisis energi yang menimpa Indonesia, contoh kecil permasalahan yang ada saat ini adalah masih banyaknya desa di Indonesia yang belum teraliri listrik, berdasarkan data Kementerian ESDM (2016), terdapat 12 ribu desa di Indonesia yang belum teraliri listrik dengan baik. Sebanyak 2.915 desa diantaranya hidup dalam gelap, atau belum teraliri listrik sama sekali, sedangkan 9.000 desa lainnya hanya dialiri listrik 2-3 jam dalam sehari. Untuk mengatasinya tentu kita mesti masuk ke dalam sistemnya, mengambil peran strategis untuk kemudian membenahi segala persoalan yang ada.
Persoalan lain yang tidak kalah penting adalah kerusakan moral yang kini terus mewabah di bangsa ini, kecurangan ada dimana-mana, meningkatnya prostitusi dan penyalahgunaan narkoba, hingga korupsi yang semakin merajalela sampai-sampai kita bosan melihat tayangan TV karena hampir setiap hari beritanya itu-itu saja, hari ini jaksa yang ditangkap, besok gubernur yang ditangkap, besoknya lagi anggota dewan yang ditangkap. Indonesia hari ini ibarat singa yang sedang tidur, ia punya power untuk bisa menjadi magnet dunia akan tetapi terbelenggu oleh dogma orang-orang berpikiran picik dan dangkal yang hanya mementingkan dirinya sendiri sehingga kita sulit untuk keluar dari segala macam persoalan ini, kita krisis orang-orang jujur yang berani dan lantang mengatakan kebenaran. Inilah impian saya, tegas terhadap orang-orang yang ingin merusak bangsa juga kukuh dalam membentuk generasi muda, karena saya optimis Indonesia kelak akan menjadi pusat perhatian dunia dengan prestasinya. Mungkin ini akan terlihat mustahil bagi sebagian orang, seperti kata Gandhi, “pertama-tama mereka tak mempercayai Anda, lalu menertawakannya, setelah itu menyerang Anda. Tetapi Anda akan tertawa kemudian.”