Friday, November 15, 2019

Harus (selalu) Bersyukur

Takjub rasanya ketika melihat mereka yang berkebutuhan khusus tapi mampu beraktivitas layaknya orang normal bahkan jauh melampauinya, hadir ke masjid untuk ikut shalat berjama'ah di saat (mungkin) orang normal yang lain masih banyak yang berkeliaran di pusat perbelanjaan, jalanan, dan kafe. 

Masjid Al-Fattah Wirobrajan menjadi ruang bagi kami bertemu, seorang anak berkebutuhan khusus yang (mungkin) pandangan beberapa orang dianggap sebagai orang yang tidak bisa apa-apa dan menyusahkan keluarga, tapi ia membuktikan jika ia bisa. 

Saya yakin di luar sana masih banyak orang-orang hebat yang berjuang untuk bangkit dari keterbatasannya. Bahwa keterbatasan fisik bukan berarti tak berdaya dan tidak mampu beraktivitas.

Darinya saya banyak belajar untuk terus bersyukur dan introspeksi diri, amalan apa yang sudah kita lakukan hingga detik ini?dengan fisik yang normal ini? 

Saya teringat kembali oleh video wawancara Syaikh Fahad Al-Kandari dengan Muadz Al-Hafidz yang saya nonton beberapa tahun yang lalu, seorang anak yang tidak bisa melihat sejak lahir tapi memiliki semangat yang luar biasa untuk mempelajari Al-Qur'an kepada seorang syaikh yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggalnya.

Walaupun yang diajarkan dalam setiap pertemuannya hanya satu ayat, dalam satu pekan 3 kali pertemuan, tapi semangatnya untuk belajar dan memahami Al-Qur'an tidak pernah surut walau terpisah jarak yang jauh sekalipun. 

Kalau saudara kita yang terbatas dan berkebutuhan khusus bisa, kenapa kita yang normal tidak bisa? Semoga mulut, tangan, mata, telinga, dan kaki ini bisa kita pertanggungjawaban di hadapan Allah atas apa yang sudah kita lakukan terhadap pemberian-Nya.