Thursday, December 25, 2014

Teori Konspirasi Dunia Terhadap Islam

Ada beberapa isu yang perlu dipahami muslim dalam teori konspirasi dunia:
1. Saddam Hussein di agresi barat karena menolak membagi minyak Irak kepada barat,
2. Adnan Menderes digantung oleh barat karena cukup gigih menyokong gerakan Islam dunia,
3. Samirah musa, Musthafa Musyarrafah dihabisi, sedangkan Abdul Qadir Khan ditangkap dan dipenjara, semuanya karena mereka muslim ahli nuklir dan atom, sedangkan ilmuwan Iran dan India sekelas Faraydoon Abbasy dan Avul Pakir Zainal Abdeen Abdul kalam dibiarkan, karena yang satu syiah, yang satu muslim sekuler campur hindu,
4. Zulfikar Ali Bhuto dan keluarga dihabisi karena gigih menolak kemauan barat dalam intervensi dalam negeri Pakistan, kecuali Benazir Bhuto yang tewas karena konflik politik dalam negeri,
5. Presiden Sudan Omar Al Bashir dikebiri dan diancam bunuh, sehingga sampai saat ini beliau melunak dan mengikuti kemauan barat termasuk meskipun negaranya harus dipecah-pecah,
6. Rezim Taliban digulingkan, diganti dengan rezim boneka Hamid Karzai yang sekuler, barat juga membiarkan Rusia melakukan agresi ke Afghanistan dan Kaukassus utara untuk menghabisi muslim Chechnya. Muslim Rusia yang 60 juta juga ditekan habis.
7. Muhammad Mursi dan Ikhwanul Muslimun dunia, ditekan habis-habisan dan dibunuh tokoh-tokohnya karena gerakan IM adalah gerakan muslim politik terbesar dan terkuat di dunia, kasus yang sama menimpa ikhwan Libya, ikhwan Suriah, ikhwan Tunisia dan ikhwan di beberapa negara lain, termasuk juga pemberangusan kelompok FIS di Aljazair.
8. Rezim Muammar Qaddafi dibiarkan menguasai Libya dengan kudeta, begitu juga rezim Husni Mubarok di Mesir, rezim Zainal Abidon ben Ali di Tunisia, rezim keluarga Assad di Suriah, rezim Abdullah Saleh di Yaman, rezim Dubai, rezim Saudi dan rezim Pakistan hingga saat ini, karena mereka semua mau menghamba kepada zionis Israel.
9. Target selanjutnya adalah menghabisi pergerakan Islam Indonesia dan mengikis habis potensi perlawanan umat.
Seandainya kita para umat Islam, khususnya pemuda pelanjut tongkat agama ini masih saja bermalas-malasan dalam melakukan perombakan diri sekaligus masih lemah dalam memahami pentingnya Al-Qur’an (Dhu’ful ihtimaam Bil Qur’an), maka akan jadi apa Indonesia dan Islam suatu saat nanti? Olehnya kuatkan genggaman antum kepada agama ini, lebih kepada perkara lainnya dan kuatkanlah ukhuwah, ilmu serta perlu adanya suatu pemimpin agar gerakan ini dapat testruktur dan terkordinir dengan baik, karena kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir. Sebab dalam kepemimpinan saja kita umat Islam kalah dengan umat Kristen yang memiliki Paus sebagai pemimpinnya, kita betul-betul mengalami krisis kepemimpinan. Maka buatlah sebuah ambisi buat agama kalian dengan sebaik-baik apa keahlian kalian, seperti dengan ilmu (pendidikan), ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya. Niatkanlah pekerjaan yang kalian tekuni untuk kepentingan agama ini, dan bersabarlah karena nanti akan ada saatnya kemenangan bagi kita umat Islam seandainya kita Istiqamah di jalan-Nya.
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). [QS. Al-Fath:18]


Friday, December 19, 2014

Kearifan atau Keberakalan Dalam Perspektif Islam



Kearifan, maupun hikmah, juga irfan (dalam bahasa Arab) memiliki persamaan, relatif sama artinya. Sehingga apabila kita mengatakan Al-Arifu atau Al-hakim, maka kira-kira maknanya sama. Juga apabila dengan mengatakan Al-hikmatu wal irfan, kata ini memiliki arti yang sama pula.
Definisi hikmah ada dalam definisi ushul fiqih, “Al-hikmatu hiya Al-Asarulladzi yatarattabu ala fi’li syai autarqi” Hikmah adalah dampak yang timbul dari mengerjakan sesuatu atau meninggalkan sesuatu. Ulama ushul fiqih membedakan antara hikmah dan illat secara termologinya, illat berarti sebab atau alasan kita melakukan sesuatu tanpa harus menunggu adanya syarat. Contohnya seperti, “Inna Sholata tanha anil fakhsyaai wal mungkar...(shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar...)”, hikmahnya adalah apabila kita mengerjakan shalat maka akan berdampak pada tercegahnya kemungkaran. Sedangkan contoh dari illat, biasanya terdapat pada hukum mengapa sesuatu dinyatakan halal atau haram, dan hukum itu ada yang dijelaskan illatnya (Ex: berzakat) dan adapula yang tidak (Ex: larangan memakan babi).
Seseorang yang dikatakan arif atau bijak, yaitu orang yang memikirkan dampak dari perkataan maupun perbuatannya. Dampak itu ada dua jenisnya dari segi waktu, yang pertama dampak jangka pendek dan yang kedua jangka panjang. Ulama-ulama kita mengatakan, ada kata-kata yang sejenis: hakim, arif dan aqil. Tiga kata itu sejenis, perbedaannya tipis dalam terminologi Arabnya. Ulama-ulama kita mengatakan, siapa yang disebut orang yang berakal: Al-Aqilu, andharun naasu fil awaaqid. Orang yang berakal itu adalah orang yang paling jauh pandangannya tentang akibat-akibat dari segala sesuatu. Jadi yang memikirkan dampak jangka panjang dari setiap tindakannya itu. Jadi kalau kita melakukan ini sekarang, ini akan ada dampaknya.
Kearifan, hikmah, atau keberakalan adalah bahwa kita mengontrol setiap tindakan yang kita lakukan pertama kali bukan pada tindakannya tapi pada pikirannya. Dengan mengontrol tindakan pada pikiran itu maka kita memikirkan segala tindakan yang akan kita lakukan sebelum kita benar-benar melakukannya.
Ustadz Anis Matta dalam seminarnya mengatakan bahwa acap kali kita tidak pernah memikirkan apakah tindakan itu baik atau buruk, ataukah baik sejenak tetapi setelahnya akan datang keburukan. Kita (manusia seorang diri) itu mengalami pergulatan di dalam dirinya dengan unsur subjektivitas. Misalnya saat ada rasa tertarik terhadap lawan jenis dan berpikir ingin menikahinya hanya karena pandangan kepada fisiknya, biasanya kita jarang memikirkan dampak kedepannya apakah ia menjadi solusi atau justru menjadi problem buat diri sendiri nantinya. Hal ini terjadi karena kita selalu mengalami yang namanya bias, begitu kita secara fisik tertarik maka kita akan mengalami bias subjektivitas itu. Contoh lain apabila kita pernah didzalimi oleh orang lain, suatu waktu kita berada dalam power dan mungkin punya kekuatan untuk membalas orang ini, maka bias dendam itu akan ada dan mungkin kita mendapatkan pembenaran jangka pendek untuk melakukan balas dendam (reverse) tersebut.
Di dalam banyak hal terutama waktu, pilihan-pilihan tindakan dari segala sesuatu maka kita pasti akan mengalami bias. Misalnya saat memilih jurusan, bias subjektivitas itu banyak, saat pilihan-pilihan tindakan itu banyak, biasanya kita punya masalah tentang subjektivitas. Karena efek subjektivitas ini, terkadang pilihan kita atas tindakan-tindakan itu sering kali tidak tepat. Dan karena ketidaktepatan itu maka dampaknya akan muncul kemudian, beberapa waktu selanjutnya baru kita sadar ternyata pilihan ini salah.
Itulah sebabnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menderivasi kembali makna keberakalan, makna kearifan itu di dalam implementasinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Alladziina yastami’uuna qaula fayattabi’uuna ahsana. Ulaa-ika hum ulul albab” Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang terbaik dari perkataan itu, mereka itulah yang disebut ulul albab. Orang yang berakal. Jadi faktor utama yang menjadikan kita arif atau berakal yaitu kebiasaan mendengar, bukan kebiasaan bicara.
Ada pepatah yang mengatakan “ash shomtu hikmatun waqaliilun fa’iluha”. Diam itu adalah kearifan, tetapi sedikit sekali orang yang bisa melakukannya. Jadi jika Anda ingin menjadi arif, latihan pertamanya adalah kontrol mulut. Biasakan untuk tidak banyak bicara. Dan jika Anda harus bicara, pastikan bahwa yang keluar itu emas. Paling sedikit, perak. Paling sedikit lagi, perunggu. Tapi yang pasti, jangan racun.

Akh, Jadilah Kalian...

Dalam menjalani kehidupan ini, sebagai pemuda Islam perlu menanamkan nilai-nilai keislaman ke dalam diri sejak dini. Mudzakirat Syaikhut Tarbiyah yang dicetuskan oleh KH. Rahmat Abdullah memberikan 7 macam karakter pemuda dalam bertarbiyah:
Jadilah kalian orang-orang yang ...
Atsbatuhum mauqiifan, yang paling kokoh atau Sabat sikapnya
Arhabuhum shadran, yang paling lapang dadanya
A’maquhum fikran, yang paling dalam pemikirannya
Ausa’uhum nazharan, yang paling luas cara pandangnya
Ansyatuhum ‘amalan, yang paling rajin amal-amalnya
Aslabuhum tanzhiman, yang paling solid penataan organisasinya
Aktsaruhum naf’an, yang paling banyak manfaatnya
Selama mencoba dalam menerapkan nilai-nilai tersebut, Akh..

Thursday, December 18, 2014

Filosofi Air Dalam Menjalani Aktivitas Dakwah

Antum liat air? Lembut, salah satu ciri air ini tidak pernah berhenti bergerak & gerakan air itu bisa mengambil semua pola, bisa tenang, bisa mengalir terus seperti riang, bisa juga menjadi gelombang dan bisa menciptakan badai. Dia bisa menghancurkan benda keras dan dia juga bisa menjadi tempat mendapatkan inspirasi, itulah air. Dan sekarang kita gunakan filosofi ini untuk bergerak.
Air jika dibendung, ia tidak menabrak bendungan itu tapi ia naik ke atas, kalau ia terus mengalir suatu waktu ia akan melampaui bendungan itu yang membatasi geraknya. Karena dia tidak pernah berhenti bergerak, pada akhirnya orang tidak akan kuat melawan gerakan air itu. Ia adalah paduan antara kelembutan dan kekerasan, dan kalau kita membawa ke kehidupan sehari-hari, di mana Islam sebagai agama kepercayaan mayoritas di Indonesia bahkan acap kali diisukan sebagai agama penuh kekerasan oleh umatnya sendiri. Sebut saja ‘ROHIS’ yang pada beberapa tahun silam diisukan sebagai wadah teroris, sedih kita mendengarnya. Padahal ia, ‘ROHIS’ landasannya cukup jelas, sebagai pembentuk karakter kuat pemuda Islam, melahirkan Agen perubah (Anashirut taghyir) yang diharapkan nantinya bakal menjadi pembela di tengah maraknya tindak dzalim. Dengan permasalahan yang dihadapi ini, ‘ROHIS’ tidak perlu terbawa oleh arus pandangan mereka yang ‘Islamphobia’, sebaliknya ia harus tetap pada arus yang ia buat sendiri, arus yang ada sejak di hulu agar sampai ke hilir dengan hamasah (penuh semangat). Buatlah gebrakan-gebrakan yang menghancurkan bendungan kedzaliman itu.
Ikhwah Fillah, La taqul ful qabla an yashbaha fil makyul. Jangan pernah berhenti berusaha sebelum semuanya berakhir. Maka saudaraku sekalian, ishbiru washobiru warobithu wat-taqullah la'allakum tuflihun. Bersabarlah dan kuatkan kesabaran dan rapatkan barisan dan bertakwalah, agar kamu sekalian beruntung.



Budaya Siri’ Na Pacce sebagai Falsafah Hidup Masyarakat Bugis-Makassar dalam Mengatasi Kekerasan


Phinisi Makassar
Makassar merupakan salah satu kota metropolitan yang ada di Indonesia, dengan jumlah penduduk lebih dari 1,5 juta jiwa1. Kota ini berada di urutan kelima dengan jumlah penduduk terbesar setelah Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan. Tumbuh menjadi kota besar di bagian timur Indonesia yang terfokus pada pembangunan fisik dan perekonomian kota, menjadikan banyak pedagang dan investor dari daerah lain datang mencari rezeki di kota Anging Mamiri ini. Hasilnya, kota Makassar memperlihatkan pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan yaitu pada tahun 2009 tercatat sebesar 9,20 persen dan tahun 2013 yang lalu sebesar 9,88 persen2.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut tentu membuat kita sebagai masyarakat Makassar bangga menjadikan kota ini besar di mata orang Indonesia dan masyarakat dunia. Kini, Makassar dituntut untuk memberikan perhatian lebih terhadap keamanan dan kenyamanan masyarakatnya. Ini menjadi pekerjaan rumah yang berat buat pemerintah kota. Berdasarkan catatan dan survei oleh Indonesia Research Center (IRC) pada 2-6 Maret 2013, kota Makassar masuk dalam kota tak aman keempat di Indonesia setelah Medan, Samarinda, dan Palembang. Namun, jika dilihat dari sudut pandang kebudayaan, saling menghargai antarmanusia merupakan hal yang di junjung tinggi sejak dahulu oleh masyarakat Bugis-Makassar.
Kota Makassar dikenal dengan budaya Siri’ na Pacce. Layaknya seperti sebuah tradisi, budaya ini telah tertanam di setiap masyarakat Bugis-Makassar secara turun temurun dan senantiasa menjadi pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Budaya Siri’ na Pacce di dalam kehidupan masyarakat Bugis-Makassar mamiliki makna bahwa manusia dituntut memiliki keberanian dan pantang menyerah dalam menghadapi segala tantangan dan ujian yang dihadapi.
Siri’ sendiri merupakan sebuah konsep kesadaran hukum dan falsafah dalam masyarakat Bugis-Makassar yang dianggap sakral. Sehingga apabila seseorang kehilangan Siri’nya atau de’ni gaga siri’na, maka tak ada lagi artinya dia menempuh kehidupan sebagai manusia. Bahkan orang Bugis-Makassar berpendapat kalau mereka itu sirupai olo’ kolo’e (seperti binatang). Petuah Bugis berkata: ‘Siri’mi Narituo’ (karena malu kita hidup). Bagi orang Bugis-Makassar, tidak ada tujuan atau alasan hidup yang lebih tinggi daripada menjaga Siri’nya. Jika mereka tersinggung atau dipermalukan (Nipakasiri’), mereka lebih senang mati dengan perkelahian untuk memulihkan Siri’nya daripada hidup tanpa Siri’. Sedangkan Pacce sendiri merupakan sebuah nilai falsafah yang dapat dipandang sebagai rasa kebersamaan (kolektivitas), simpati dan empati yang melandasi kehidupan kolektif masyarakat Bugis-Makassar. Hal ini terlihat jika seorang kerabat, tetangga atau seorang anggota komunitas dalam masyarakat Bugis-Makassar yang mendapatkan sebuah musibah, maka para kerabat atau tetangga yang lain dengan senang hati membantu meringankan beban yang terkena musibah. Seolah-olah merekalah yang terkena musibah tersebut.
Namun, yang terjadi sekarang sangatlah memprihatinkan. Maraknya tindakan kekerasan seksual dan aksi geng motor di sejumlah wilayah yang dilakukan oleh para pemuda asli Bugis-Makassar, menjadikan budaya ini tercoreng dan bertolak belakang dengan falsafah hidup yang telah menjiwai dan menjadi pegangan masyarakat. Kebanggaan masyarakat Bugis-Makassar selama ini ternodai oleh perbuatan kriminal sejumlah pemuda yang belum paham arti kehidupan dan budaya Siri’ na Pacce itu sendiri.
Maraknya aksi anarkis oleh segelintir generasi muda di Makassar tentu menarik perhatian kita semua. Jika dilihat dari metode pembelajaran yang diterapkan oleh sekolah-sekolah di Makassar, tidak banyak sekolah yang mengedepankan pembentukan karakter kepada siswanya. Hal ini yang menjadi faktor utama banyaknya pelaku kriminal dari kalangan pelajar, khususnya tindakan kekerasan seksual. Salah satu contohnya yaitu tindak kekerasan seksual oleh anak kelas 4 SD Inpres Tamalanrea terhadap adik kelasnya yang masih duduk di kelas 2.
Apabila tindakan kekerasan dan kejahatan lainnya terus dilakukan tanpa adanya perhatian khusus, maka kota Makassar akan masuk ke zona krisis moral yang berdampak pada generasi selanjutnya. Krisis moral dianggap sebagai suatu krisis terparah karena krisis moral dapat melemahkan sendi atau aspek dalam kehidupan bernegara atau bermasyarakat.
Krisis ini bisa diminimalisir dengan meningkatan mutu pendidikan dan  memasukkan budaya Siri’ na Pacce dalam proses pembelajaran. Hal ini agar tercipta pola pikir yang sehat serta pemahaman masyarakat yang kuat.
Perubahan metode pembelajaran yang lebih mendidik perlu dilakukan secara serius. Keberadaan keluarga juga dianggap vital dalam mengawasi dan membatasi tingkah laku anak dan teman bermainnya karena proses pembentukan karakter anak yang paling utama ialah dari faktor lingkungannya.
Selain itu, pengaruh budaya barat saat ini telah memberikan pengaruh negatif yang cukup besar bagi masyarakat Makassar maupun Indonesia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat tidak terbantahkan lagi. Masyarakat dunia dapat dengan mudahnya mengakses banyak konten tanpa filter melalui internet. Seluruh lapisan masyarakat dapat melihat konten masyarakat luar hanya dengan mengetik di mesin pencarian yang tersedia. Tontonan yang tidak seharusnya dilihat oleh anak-anak kini dengan mudah dapat diakses di internet. Inilah yang dapat mengikis budaya lokal yang ada.
Pada hakikatnya, remaja memiliki rasa keingintahuan yang tinggi yang di dukung oleh mudahnya untuk mengakses informasi. Sehingga mendorong mereka untuk bebas mengekspresikan diri tanpa mengetahui batas-batas dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Disinilah peran masyarakat sangat dibutuhkan untuk memperbaiki tingkah laku mereka. Bukan menghakimi mereka.
Dalam membangun kota Makassar yang nyaman dan aman, tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh kerja keras pemerintah dan kesadaran seluruh lapisan masyarakat. Falsafah hidup kita sejak dulu yang kini mulai jarang terlihat oleh masyarakat Bugis-Makassar perlu dihidupkan kembali. Agar cita-cita masyarakat yaitu kota Makassar menjadi kota dunia dapat terwujud.
Rasanya, terlalu dini buat kita berbangga-bangga akan pesatnya kemajuan kota Makassar ini. Dengan masalah yang dihadapi, mengharuskan segala elemen pemerintahan berintrospeksi diri. Jangan terus menyalahkan apa yang dilakukan oleh para anggota geng motor maupun tindakan tidak terpuji lainnya oleh para pelajar, tetapi perlu ada penanggulangan sampai ke akarnya. Melakukan tindakan preventif dengan mengedepankan budaya lokal juga harus diterapkan dan dijunjung tinggi.

1”Buku Induk Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintah Per Provinsi, Kabupaten/Kota Dan Kecamatan Seluruh Indonesia” (2013)

2”Pertumbuhan Ekonomi Makassar di Atas Sembilan Persen”, http://makassar.antaranews.com/berita/53330/pertumbuhan-ekonomi-makassar-di-atas-sembilan-persen (Maret. 3, 2014)