Thursday, December 25, 2014

Teori Konspirasi Dunia Terhadap Islam

Ada beberapa isu yang perlu dipahami muslim dalam teori konspirasi dunia:
1. Saddam Hussein di agresi barat karena menolak membagi minyak Irak kepada barat,
2. Adnan Menderes digantung oleh barat karena cukup gigih menyokong gerakan Islam dunia,
3. Samirah musa, Musthafa Musyarrafah dihabisi, sedangkan Abdul Qadir Khan ditangkap dan dipenjara, semuanya karena mereka muslim ahli nuklir dan atom, sedangkan ilmuwan Iran dan India sekelas Faraydoon Abbasy dan Avul Pakir Zainal Abdeen Abdul kalam dibiarkan, karena yang satu syiah, yang satu muslim sekuler campur hindu,
4. Zulfikar Ali Bhuto dan keluarga dihabisi karena gigih menolak kemauan barat dalam intervensi dalam negeri Pakistan, kecuali Benazir Bhuto yang tewas karena konflik politik dalam negeri,
5. Presiden Sudan Omar Al Bashir dikebiri dan diancam bunuh, sehingga sampai saat ini beliau melunak dan mengikuti kemauan barat termasuk meskipun negaranya harus dipecah-pecah,
6. Rezim Taliban digulingkan, diganti dengan rezim boneka Hamid Karzai yang sekuler, barat juga membiarkan Rusia melakukan agresi ke Afghanistan dan Kaukassus utara untuk menghabisi muslim Chechnya. Muslim Rusia yang 60 juta juga ditekan habis.
7. Muhammad Mursi dan Ikhwanul Muslimun dunia, ditekan habis-habisan dan dibunuh tokoh-tokohnya karena gerakan IM adalah gerakan muslim politik terbesar dan terkuat di dunia, kasus yang sama menimpa ikhwan Libya, ikhwan Suriah, ikhwan Tunisia dan ikhwan di beberapa negara lain, termasuk juga pemberangusan kelompok FIS di Aljazair.
8. Rezim Muammar Qaddafi dibiarkan menguasai Libya dengan kudeta, begitu juga rezim Husni Mubarok di Mesir, rezim Zainal Abidon ben Ali di Tunisia, rezim keluarga Assad di Suriah, rezim Abdullah Saleh di Yaman, rezim Dubai, rezim Saudi dan rezim Pakistan hingga saat ini, karena mereka semua mau menghamba kepada zionis Israel.
9. Target selanjutnya adalah menghabisi pergerakan Islam Indonesia dan mengikis habis potensi perlawanan umat.
Seandainya kita para umat Islam, khususnya pemuda pelanjut tongkat agama ini masih saja bermalas-malasan dalam melakukan perombakan diri sekaligus masih lemah dalam memahami pentingnya Al-Qur’an (Dhu’ful ihtimaam Bil Qur’an), maka akan jadi apa Indonesia dan Islam suatu saat nanti? Olehnya kuatkan genggaman antum kepada agama ini, lebih kepada perkara lainnya dan kuatkanlah ukhuwah, ilmu serta perlu adanya suatu pemimpin agar gerakan ini dapat testruktur dan terkordinir dengan baik, karena kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir. Sebab dalam kepemimpinan saja kita umat Islam kalah dengan umat Kristen yang memiliki Paus sebagai pemimpinnya, kita betul-betul mengalami krisis kepemimpinan. Maka buatlah sebuah ambisi buat agama kalian dengan sebaik-baik apa keahlian kalian, seperti dengan ilmu (pendidikan), ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya. Niatkanlah pekerjaan yang kalian tekuni untuk kepentingan agama ini, dan bersabarlah karena nanti akan ada saatnya kemenangan bagi kita umat Islam seandainya kita Istiqamah di jalan-Nya.
لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا
Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). [QS. Al-Fath:18]


Friday, December 19, 2014

Kearifan atau Keberakalan Dalam Perspektif Islam



Kearifan, maupun hikmah, juga irfan (dalam bahasa Arab) memiliki persamaan, relatif sama artinya. Sehingga apabila kita mengatakan Al-Arifu atau Al-hakim, maka kira-kira maknanya sama. Juga apabila dengan mengatakan Al-hikmatu wal irfan, kata ini memiliki arti yang sama pula.
Definisi hikmah ada dalam definisi ushul fiqih, “Al-hikmatu hiya Al-Asarulladzi yatarattabu ala fi’li syai autarqi” Hikmah adalah dampak yang timbul dari mengerjakan sesuatu atau meninggalkan sesuatu. Ulama ushul fiqih membedakan antara hikmah dan illat secara termologinya, illat berarti sebab atau alasan kita melakukan sesuatu tanpa harus menunggu adanya syarat. Contohnya seperti, “Inna Sholata tanha anil fakhsyaai wal mungkar...(shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar...)”, hikmahnya adalah apabila kita mengerjakan shalat maka akan berdampak pada tercegahnya kemungkaran. Sedangkan contoh dari illat, biasanya terdapat pada hukum mengapa sesuatu dinyatakan halal atau haram, dan hukum itu ada yang dijelaskan illatnya (Ex: berzakat) dan adapula yang tidak (Ex: larangan memakan babi).
Seseorang yang dikatakan arif atau bijak, yaitu orang yang memikirkan dampak dari perkataan maupun perbuatannya. Dampak itu ada dua jenisnya dari segi waktu, yang pertama dampak jangka pendek dan yang kedua jangka panjang. Ulama-ulama kita mengatakan, ada kata-kata yang sejenis: hakim, arif dan aqil. Tiga kata itu sejenis, perbedaannya tipis dalam terminologi Arabnya. Ulama-ulama kita mengatakan, siapa yang disebut orang yang berakal: Al-Aqilu, andharun naasu fil awaaqid. Orang yang berakal itu adalah orang yang paling jauh pandangannya tentang akibat-akibat dari segala sesuatu. Jadi yang memikirkan dampak jangka panjang dari setiap tindakannya itu. Jadi kalau kita melakukan ini sekarang, ini akan ada dampaknya.
Kearifan, hikmah, atau keberakalan adalah bahwa kita mengontrol setiap tindakan yang kita lakukan pertama kali bukan pada tindakannya tapi pada pikirannya. Dengan mengontrol tindakan pada pikiran itu maka kita memikirkan segala tindakan yang akan kita lakukan sebelum kita benar-benar melakukannya.
Ustadz Anis Matta dalam seminarnya mengatakan bahwa acap kali kita tidak pernah memikirkan apakah tindakan itu baik atau buruk, ataukah baik sejenak tetapi setelahnya akan datang keburukan. Kita (manusia seorang diri) itu mengalami pergulatan di dalam dirinya dengan unsur subjektivitas. Misalnya saat ada rasa tertarik terhadap lawan jenis dan berpikir ingin menikahinya hanya karena pandangan kepada fisiknya, biasanya kita jarang memikirkan dampak kedepannya apakah ia menjadi solusi atau justru menjadi problem buat diri sendiri nantinya. Hal ini terjadi karena kita selalu mengalami yang namanya bias, begitu kita secara fisik tertarik maka kita akan mengalami bias subjektivitas itu. Contoh lain apabila kita pernah didzalimi oleh orang lain, suatu waktu kita berada dalam power dan mungkin punya kekuatan untuk membalas orang ini, maka bias dendam itu akan ada dan mungkin kita mendapatkan pembenaran jangka pendek untuk melakukan balas dendam (reverse) tersebut.
Di dalam banyak hal terutama waktu, pilihan-pilihan tindakan dari segala sesuatu maka kita pasti akan mengalami bias. Misalnya saat memilih jurusan, bias subjektivitas itu banyak, saat pilihan-pilihan tindakan itu banyak, biasanya kita punya masalah tentang subjektivitas. Karena efek subjektivitas ini, terkadang pilihan kita atas tindakan-tindakan itu sering kali tidak tepat. Dan karena ketidaktepatan itu maka dampaknya akan muncul kemudian, beberapa waktu selanjutnya baru kita sadar ternyata pilihan ini salah.
Itulah sebabnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala menderivasi kembali makna keberakalan, makna kearifan itu di dalam implementasinya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman “Alladziina yastami’uuna qaula fayattabi’uuna ahsana. Ulaa-ika hum ulul albab” Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti yang terbaik dari perkataan itu, mereka itulah yang disebut ulul albab. Orang yang berakal. Jadi faktor utama yang menjadikan kita arif atau berakal yaitu kebiasaan mendengar, bukan kebiasaan bicara.
Ada pepatah yang mengatakan “ash shomtu hikmatun waqaliilun fa’iluha”. Diam itu adalah kearifan, tetapi sedikit sekali orang yang bisa melakukannya. Jadi jika Anda ingin menjadi arif, latihan pertamanya adalah kontrol mulut. Biasakan untuk tidak banyak bicara. Dan jika Anda harus bicara, pastikan bahwa yang keluar itu emas. Paling sedikit, perak. Paling sedikit lagi, perunggu. Tapi yang pasti, jangan racun.

Akh, Jadilah Kalian...

Dalam menjalani kehidupan ini, sebagai pemuda Islam perlu menanamkan nilai-nilai keislaman ke dalam diri sejak dini. Mudzakirat Syaikhut Tarbiyah yang dicetuskan oleh KH. Rahmat Abdullah memberikan 7 macam karakter pemuda dalam bertarbiyah:
Jadilah kalian orang-orang yang ...
Atsbatuhum mauqiifan, yang paling kokoh atau Sabat sikapnya
Arhabuhum shadran, yang paling lapang dadanya
A’maquhum fikran, yang paling dalam pemikirannya
Ausa’uhum nazharan, yang paling luas cara pandangnya
Ansyatuhum ‘amalan, yang paling rajin amal-amalnya
Aslabuhum tanzhiman, yang paling solid penataan organisasinya
Aktsaruhum naf’an, yang paling banyak manfaatnya
Selama mencoba dalam menerapkan nilai-nilai tersebut, Akh..

Thursday, December 18, 2014

Filosofi Air Dalam Menjalani Aktivitas Dakwah

Antum liat air? Lembut, salah satu ciri air ini tidak pernah berhenti bergerak & gerakan air itu bisa mengambil semua pola, bisa tenang, bisa mengalir terus seperti riang, bisa juga menjadi gelombang dan bisa menciptakan badai. Dia bisa menghancurkan benda keras dan dia juga bisa menjadi tempat mendapatkan inspirasi, itulah air. Dan sekarang kita gunakan filosofi ini untuk bergerak.
Air jika dibendung, ia tidak menabrak bendungan itu tapi ia naik ke atas, kalau ia terus mengalir suatu waktu ia akan melampaui bendungan itu yang membatasi geraknya. Karena dia tidak pernah berhenti bergerak, pada akhirnya orang tidak akan kuat melawan gerakan air itu. Ia adalah paduan antara kelembutan dan kekerasan, dan kalau kita membawa ke kehidupan sehari-hari, di mana Islam sebagai agama kepercayaan mayoritas di Indonesia bahkan acap kali diisukan sebagai agama penuh kekerasan oleh umatnya sendiri. Sebut saja ‘ROHIS’ yang pada beberapa tahun silam diisukan sebagai wadah teroris, sedih kita mendengarnya. Padahal ia, ‘ROHIS’ landasannya cukup jelas, sebagai pembentuk karakter kuat pemuda Islam, melahirkan Agen perubah (Anashirut taghyir) yang diharapkan nantinya bakal menjadi pembela di tengah maraknya tindak dzalim. Dengan permasalahan yang dihadapi ini, ‘ROHIS’ tidak perlu terbawa oleh arus pandangan mereka yang ‘Islamphobia’, sebaliknya ia harus tetap pada arus yang ia buat sendiri, arus yang ada sejak di hulu agar sampai ke hilir dengan hamasah (penuh semangat). Buatlah gebrakan-gebrakan yang menghancurkan bendungan kedzaliman itu.
Ikhwah Fillah, La taqul ful qabla an yashbaha fil makyul. Jangan pernah berhenti berusaha sebelum semuanya berakhir. Maka saudaraku sekalian, ishbiru washobiru warobithu wat-taqullah la'allakum tuflihun. Bersabarlah dan kuatkan kesabaran dan rapatkan barisan dan bertakwalah, agar kamu sekalian beruntung.



Budaya Siri’ Na Pacce sebagai Falsafah Hidup Masyarakat Bugis-Makassar dalam Mengatasi Kekerasan


Phinisi Makassar
Makassar merupakan salah satu kota metropolitan yang ada di Indonesia, dengan jumlah penduduk lebih dari 1,5 juta jiwa1. Kota ini berada di urutan kelima dengan jumlah penduduk terbesar setelah Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan. Tumbuh menjadi kota besar di bagian timur Indonesia yang terfokus pada pembangunan fisik dan perekonomian kota, menjadikan banyak pedagang dan investor dari daerah lain datang mencari rezeki di kota Anging Mamiri ini. Hasilnya, kota Makassar memperlihatkan pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan yaitu pada tahun 2009 tercatat sebesar 9,20 persen dan tahun 2013 yang lalu sebesar 9,88 persen2.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut tentu membuat kita sebagai masyarakat Makassar bangga menjadikan kota ini besar di mata orang Indonesia dan masyarakat dunia. Kini, Makassar dituntut untuk memberikan perhatian lebih terhadap keamanan dan kenyamanan masyarakatnya. Ini menjadi pekerjaan rumah yang berat buat pemerintah kota. Berdasarkan catatan dan survei oleh Indonesia Research Center (IRC) pada 2-6 Maret 2013, kota Makassar masuk dalam kota tak aman keempat di Indonesia setelah Medan, Samarinda, dan Palembang. Namun, jika dilihat dari sudut pandang kebudayaan, saling menghargai antarmanusia merupakan hal yang di junjung tinggi sejak dahulu oleh masyarakat Bugis-Makassar.
Kota Makassar dikenal dengan budaya Siri’ na Pacce. Layaknya seperti sebuah tradisi, budaya ini telah tertanam di setiap masyarakat Bugis-Makassar secara turun temurun dan senantiasa menjadi pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Budaya Siri’ na Pacce di dalam kehidupan masyarakat Bugis-Makassar mamiliki makna bahwa manusia dituntut memiliki keberanian dan pantang menyerah dalam menghadapi segala tantangan dan ujian yang dihadapi.
Siri’ sendiri merupakan sebuah konsep kesadaran hukum dan falsafah dalam masyarakat Bugis-Makassar yang dianggap sakral. Sehingga apabila seseorang kehilangan Siri’nya atau de’ni gaga siri’na, maka tak ada lagi artinya dia menempuh kehidupan sebagai manusia. Bahkan orang Bugis-Makassar berpendapat kalau mereka itu sirupai olo’ kolo’e (seperti binatang). Petuah Bugis berkata: ‘Siri’mi Narituo’ (karena malu kita hidup). Bagi orang Bugis-Makassar, tidak ada tujuan atau alasan hidup yang lebih tinggi daripada menjaga Siri’nya. Jika mereka tersinggung atau dipermalukan (Nipakasiri’), mereka lebih senang mati dengan perkelahian untuk memulihkan Siri’nya daripada hidup tanpa Siri’. Sedangkan Pacce sendiri merupakan sebuah nilai falsafah yang dapat dipandang sebagai rasa kebersamaan (kolektivitas), simpati dan empati yang melandasi kehidupan kolektif masyarakat Bugis-Makassar. Hal ini terlihat jika seorang kerabat, tetangga atau seorang anggota komunitas dalam masyarakat Bugis-Makassar yang mendapatkan sebuah musibah, maka para kerabat atau tetangga yang lain dengan senang hati membantu meringankan beban yang terkena musibah. Seolah-olah merekalah yang terkena musibah tersebut.
Namun, yang terjadi sekarang sangatlah memprihatinkan. Maraknya tindakan kekerasan seksual dan aksi geng motor di sejumlah wilayah yang dilakukan oleh para pemuda asli Bugis-Makassar, menjadikan budaya ini tercoreng dan bertolak belakang dengan falsafah hidup yang telah menjiwai dan menjadi pegangan masyarakat. Kebanggaan masyarakat Bugis-Makassar selama ini ternodai oleh perbuatan kriminal sejumlah pemuda yang belum paham arti kehidupan dan budaya Siri’ na Pacce itu sendiri.
Maraknya aksi anarkis oleh segelintir generasi muda di Makassar tentu menarik perhatian kita semua. Jika dilihat dari metode pembelajaran yang diterapkan oleh sekolah-sekolah di Makassar, tidak banyak sekolah yang mengedepankan pembentukan karakter kepada siswanya. Hal ini yang menjadi faktor utama banyaknya pelaku kriminal dari kalangan pelajar, khususnya tindakan kekerasan seksual. Salah satu contohnya yaitu tindak kekerasan seksual oleh anak kelas 4 SD Inpres Tamalanrea terhadap adik kelasnya yang masih duduk di kelas 2.
Apabila tindakan kekerasan dan kejahatan lainnya terus dilakukan tanpa adanya perhatian khusus, maka kota Makassar akan masuk ke zona krisis moral yang berdampak pada generasi selanjutnya. Krisis moral dianggap sebagai suatu krisis terparah karena krisis moral dapat melemahkan sendi atau aspek dalam kehidupan bernegara atau bermasyarakat.
Krisis ini bisa diminimalisir dengan meningkatan mutu pendidikan dan  memasukkan budaya Siri’ na Pacce dalam proses pembelajaran. Hal ini agar tercipta pola pikir yang sehat serta pemahaman masyarakat yang kuat.
Perubahan metode pembelajaran yang lebih mendidik perlu dilakukan secara serius. Keberadaan keluarga juga dianggap vital dalam mengawasi dan membatasi tingkah laku anak dan teman bermainnya karena proses pembentukan karakter anak yang paling utama ialah dari faktor lingkungannya.
Selain itu, pengaruh budaya barat saat ini telah memberikan pengaruh negatif yang cukup besar bagi masyarakat Makassar maupun Indonesia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat tidak terbantahkan lagi. Masyarakat dunia dapat dengan mudahnya mengakses banyak konten tanpa filter melalui internet. Seluruh lapisan masyarakat dapat melihat konten masyarakat luar hanya dengan mengetik di mesin pencarian yang tersedia. Tontonan yang tidak seharusnya dilihat oleh anak-anak kini dengan mudah dapat diakses di internet. Inilah yang dapat mengikis budaya lokal yang ada.
Pada hakikatnya, remaja memiliki rasa keingintahuan yang tinggi yang di dukung oleh mudahnya untuk mengakses informasi. Sehingga mendorong mereka untuk bebas mengekspresikan diri tanpa mengetahui batas-batas dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Disinilah peran masyarakat sangat dibutuhkan untuk memperbaiki tingkah laku mereka. Bukan menghakimi mereka.
Dalam membangun kota Makassar yang nyaman dan aman, tentu saja tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh kerja keras pemerintah dan kesadaran seluruh lapisan masyarakat. Falsafah hidup kita sejak dulu yang kini mulai jarang terlihat oleh masyarakat Bugis-Makassar perlu dihidupkan kembali. Agar cita-cita masyarakat yaitu kota Makassar menjadi kota dunia dapat terwujud.
Rasanya, terlalu dini buat kita berbangga-bangga akan pesatnya kemajuan kota Makassar ini. Dengan masalah yang dihadapi, mengharuskan segala elemen pemerintahan berintrospeksi diri. Jangan terus menyalahkan apa yang dilakukan oleh para anggota geng motor maupun tindakan tidak terpuji lainnya oleh para pelajar, tetapi perlu ada penanggulangan sampai ke akarnya. Melakukan tindakan preventif dengan mengedepankan budaya lokal juga harus diterapkan dan dijunjung tinggi.

1”Buku Induk Kode Dan Data Wilayah Administrasi Pemerintah Per Provinsi, Kabupaten/Kota Dan Kecamatan Seluruh Indonesia” (2013)

2”Pertumbuhan Ekonomi Makassar di Atas Sembilan Persen”, http://makassar.antaranews.com/berita/53330/pertumbuhan-ekonomi-makassar-di-atas-sembilan-persen (Maret. 3, 2014)

Monday, November 10, 2014

PEMIKIRAN ISLAM


1. Saat ini terlalu banyak perbedaan-perbedaan gagasan di dalam Islam yg ujung" nya memecah belahkan kita, puncaknya -> pertengkaran
2. Kelemahan inilah yang kita rasakan saat ini.. Adanya ragam pemikiran-pemikiran yg kritis yg dapat dianggap jauh dari kerasionalitasan..
3. Ambillah contoh gagasan yg mempertentangkan antara Islam politik vs Islam budaya.. Islam fundamentalis vs Islam liberal..
4. Pendekatan tekstual vs pendekatan kontekstual.. debat pro kontra formalisasi penerapan syari'at Islam.
5. Pemisahan ini sejatinya sejak awal menunjukkan "kerapuhan ilmiah" yg fatal..
6. ..Yang menjelaskan mengapa keduanya tidak pernah dapat dipertemukan...
7. Pemisahan ini lahir dari tendensi mazhabisasi yg tidak disertai dengan dukungan metodologi yg kuat..
8. Sudah banyak pemikiran-pemikiran yg tidak berdasarkan Al-Qur'an dan hadits..
9. Mengapa? Tentu karena adanya campur tangan dari "godaan-godaan". Alhasil pemikiran yg tercipta sejatinya tdk Islamis..
10. Adanya keinginan untuk memunculkan sebuah gagasan baru dengan dalih gagasan tsb sesuai dengan zaman skrg.
11. Inilah yang membuat kita para mujtahid dakwah perlu mempertahankan keutuhan pemikiran Islamis tsb..
12. Yang ingin kita capai dalam ijtihad dakwah adalah mempertemukan kebenaran dan ketepatan...
13. Kebenaran substansi hukum dan sikapnya, dan ketepatan pada konteks waktu dan ruangnya..
14. Kebenaran mengacu kepada referensi dan metodologi, sementara ketepatan kepada objek, subjek, dan konteks ruang & waktu penetapan hukum..
15. Ijtihad dalam dakwah menjadi sebuah proses pengintegrasian kebenaran-kebenaran wahyu dengan orang-orangnya & situasinya..
16. Ijtihad itu sebuah keniscayaan dalam dakwah..
17. Rahasia besar yg menjelaskan mengapa Islam dapat mempertahankan kemurnian ajaran-ajarannya..
18. ...dengan tetap mempertahankan relevansinya dalam berbagai perubahan besar yg terjadi di sepanjang kehidupan manusia -> Ijtihad.
19. Siapa saja yg mempelajari susunan & muatan ajaran" Islam yg tertuang dalam Al-Qur'an & As-Sunnah dengan lebih teliti..
20. Ia akan menemukan bahwa sejak awalnya Islam telah memberi ruang yg begitu luas bagi akal" Muslim untuk berijtihad..
21. Namun sayangnya, mengapa masih banyak dari kita yg jauh dari hal tsb..
22. Jauh dari Islam sebenarnya.. Dimana pikiran mereka melampaui yg namanya "Rasionalitas"
23. Ia mengaku Islam tapi tidak melaksanakan, mengajarkan dan mengamalkan Al-Qur'an..
24. Justru malah mempertanyakan kejadian-kejadian yg dijelaskan dalam Al-Qur'an.. Mengapa?
25. Janganlah kita memisahkan sebuah hal yg paling mendasar dari sebuah sistem dengan alasan perbedaan zaman..
26. Politik dan budaya adalah dua hal yg tidak dapat dipisahkan.. Demikian juga perjuangan dgn melalui kedua jalur itu..
27. Setiap kali kita memilih salah satunya, itu sama artinya dgn menafikan sebuah faktor penentu kehidupan yg tidak mungkin dinafikan..
28. Islam sbg sistem yg komprehensif tidak pernah memisahkan keduanya..(Sejatinya)
29. Rasulullah SAW yg membawa risalah ini menggunakan kedua pendekatan itu sekaligus..
30. Bisakah kita mengatakan bahwa perjuangan di Mekah bersifat kultural murni padahal tokoh Quraisy yg direkrut Rasulullah SAW ...
31. ...adalah tokoh-tokoh kunci di struktural kekuasaan?

32. Pola pemikiran yang parsial akan melahirkan pola pergerakan yg parsial juga..

Sunday, October 5, 2014

Al-Quran Adalah Sumber Keberkahan




عن عُثْمَانَ بنِ عَفّانَ أَنّ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم قالَ: «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلّمَ القُرْآنَ وَعَلّمَهُ» رواه البخاري

Dari Utsman bin ‘affan radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,” Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya” (HR Bukhari)

1. Rosulullah saw setelah menerima wahyu Al-Qur’an menjadi orang yang paling berkah, paling baik, paling mulia, paling bahagia, paling sukses, pemimpin para nabi dan para rasul. Akhlak Rasul saw adalah Al-Qur’an. Padahal sebelum menerima wahyu Al-Qur’an beliau disebut dalam surat Ad-Dhuha dengan ungkapan dhaal (bingung). [وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ]

2. Para sahabat adalah generasi terbaik karena interaksi mereka dengan Al-Qur’an, bahkan disebut generasi Al-Qur’an.

3. Individu, keluarga, masyarakat dan bangsa yang terbaik adalah mereka yang beriman dan berinteraksi dengan Al-Qur’an mulai dari belajar, membaca, memahami, menghafal, mengamalkan, mengajarkan, menjadikan akhlak dan menjadikan Al-Qur’an pedoman dalam kehidupan mereka.

4. Individu, keluarga, masyarakat dan bangsa yang paling buruk, paling sengsara dan paling sesat adalah mereka yang tidak beriman dengan Al-Qur’an dan tidak berinteraksi dengannya.

5. Al-Qur’an menggambarkan orang yang tidak beriman dengan Al-Qur’an, tidak berinteraksi dengannya dan tidak menjadikannya pedoman seperti binatang bahkan lebih sesat lagi (7: 179).  Langkahnya kacau seperti orang yang berjalan dengan kepalanya (67:22), dan hidupnya  paling sempit dan sengsara (20:124).

6. Lembaga pendidikan dan sekolah terbaik manakala ada proses belajar dan mengajar Al-Qur’an, baik membaca Al-Qur’an, memahami atau tafsir Al-Qur’an, ilmu Al-Qur’an dan yang sesuai dengan Al-Qur’an. Sebaliknya lembaga pendidikan dan sekolah yang terburuk adalah yang tidak ada proses belajar dan mengajar Al-Qur’an.

7. Al-Qur’an sumber segala sesuatu,  Al-Qur’an sumber hidayah, sumber kebenaran, sumber ilmu pengetahuan, sumber kebaikan, sumber keindahan, sumber keberkahan, sumber kesuksesan dan sumber kebahagiaan.

8. Umat akhir zaman ini tidak akan baik kecuali dengan mengikuti kebaikan umat pada generasi awal. Rahasianya  menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup mereka.

9. Alhamdulillah sekarang sudah banyak lembaga Al-Qur’an, sekolah dan pesantren yang mengajarkan Al-Qur’an, masyarakat yang belajar  Al-Qur’an.

10. Langkah berikutnya menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dalam kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan bangsa.

11.  Muhammad Mursi adalah satu-satunya presiden yang hafal Al-Qur’an di abad modern dan akan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman di negara Mesir, namun dengan konspirasi orang-orang kafir, munafik dan sekuler beliau dikudeta. Allah Ta’ala berfirman: “Mereka ingin hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci” (QS As-Shaff 8).

12. Cahaya Allah, yaitu Islam atau Al-Qur’an tidak mungkin dipadamkan oleh orang kafir, bagaimana mungkin mereka memadamkan cahaya Allah, memadamkan cahaya matahari dan bulan saja tidak mungkin. Dan cahaya Allah itu akan disempurnakan oleh Allah langsung. Siapakah diantara kita yang mau ikut dan siap menjadi bagian dari proyek menyempurnakan cahaya Allah tersebut ?


Iman Santoso, Lc. MA
Pengasuh Pesantren Al-Qur’an Nurhasanat Karawang

Tuesday, September 30, 2014

Berapa Banyak Bulan di Semesta Ini?

Hingga masa kedatangan Islam dan turunnya Al-Qur an, orang hanya mengenal bulan yang mengelilingi bumi. Akan tetapi, ketika menemukan teleskop pada tahun 1610 Masehi atau lebih dari 1.000 tahun setelah turunnya Al-Qur an Galileo menemukan ada empat bulan yang berputar mengelilingi planet Jupiter. Sejalan dengan perkembangan teknologi teleskop dan penelitian angkasa luar, telah ditemukan lagi sejumlah bulan untuk planet Jupiter dan beberapa planet lain selain Merkurius dan Venus. Dengan demikian, jumlah bulan dalam tata surya yang kita kenal sekarang mencapai lebih dari 60 bulan. Banyak ahli astronomi dan astrofisika yang memperkirakan bahwa jumlah itu akan bertambah di masa-masa mendatang, setelah mereka meneliti pesan yang dikirim oleh pesawat angkasa luar yang mengunjungi planet-planet yang amat jauh itu.

Sains modern berhasil menemukan banyak matahari selain matahari yang kita kenal dan banyak bulan selain bulan yang kita ketahui. Mungkin, disekitar matahari-matahari itu masih terdapat beberapa planet lagi yang berputar mengelilingi matahari disertai dengan bulan yang mengelilingi planet-planet itu. Dengan demikian, jumlah matahari dan bulan di jagat raya ini amat banyak. Fakta ini sesuai yang diisyaratkan oleh Al-Qur an dalam Firman-Nya:

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. Fushshilat:37)

Kebanyakan kitab tafsir tidak menyentuh keunikan ayat ini, yaitu penggunaan kata ganti jamak mereka (هن) yang mengandung mu’jizat, baik dari segi bahasa maupun sains. Imam fakhruddin Ar-Razi dalam At-tafsir Al-Kabir menyebutkan kata ganti pada frase khalaqahunna merujuk pada malam, siang, matahari, dan bulan karena bersasarkan kaidah bahasa Arab, status jamak benda yang tidak berakal sama dengan status mu’annats (perempuan). Misalnya, al-aqlamu baraituha atau al-aqlamu baraituhunna ‘pensil-pensil itu saya runcingkan’. (Kata ganti ha yang biasa digunakan untuk perempuan tunggal dan hunna yang digunakan untuk jama’ mu’annats, digunakan untuk merujuk aqlam, yaitu bentuk, jamak dari qalam. Lalu ketika Allah mengatakan wa min ayatihi (ayaat bentuk jamak dari ayah ‘tanda’), status ayat-ayat itu secara bahasa sama dengan status mu’annats. Oleh karena itu, Allah kemudian mengatakan khalaqahunna. Sedangkan, Al-Alusi berbicara tentang banyaknya penggunaan mu’annats untuk jamak, sampai-sampai ada yang mengatakan, “Aku tidak peduli dengan jamak mereka. Setiap bentuk jamak adalah mu’annats”).

Kemu’jizatan ayat di atas terletak pada frase khalaqahunna yang menggunakan kata ganti jamak mu’annats, bukan mutsanna (bentuk dualis). Dalam bahasa Arab jika makna ayat itu hanya terbatas pada matahari dan bulan, kata ganti yang digunkaan semestinya bentuk dualis, bukan bentuk jamak. Selain itu, partikel al pada asy-syams dan al-qamar pada ayat di atas mennunjukkan dua ketepatan penggunaannya sekaligus. Partikel al itu dapat digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang sudah diketahui orang (li al-‘ahd). Jadi, konteks ayat di atas merujuk pada matahari dan bulan yang telah diketahui orang pada umumnya ketika Al-Qur an diturunkan. Pada saat yang sama, partikel al juga dapat menjelaskan jenis (li al-jins) sehingga konteks ayat di atas berarti semua jenis matahari dan bulan, dengan bukti digunakannya kata ganti jamak hunna.

Foto: ‎Jumlah Bulan:

Hingga masa kedatangan Islam dan turunnya Al-Qur an, orang hanya mengenal bulan yang mengelilingi bumi. Akan tetapi, ketika menemukan teleskop pada tahun 1610 Masehi atau lebih dari 1.000 tahun setelah turunnya Al-Qur an Galileo menemukan ada empat bulan yang berputar mengelilingi planet Jupiter. Sejalan dengan perkembangan teknologi teleskop dan penelitian angkasa luar, telah ditemukan lagi sejumlah bulan untuk planet Jupiter dan beberapa planet lain selain Merkurius dan Venus. Dengan demikian, jumlah bulan dalam tata surya yang kita kenal sekarang mencapai lebih dari 60 bulan. Banyak ahli astronomi dan astrofisika yang memperkirakan bahwa jumlah itu akan bertambah di masa-masa mendatang, setelah mereka meneliti pesan yang dikirim oleh pesawat angkasa luar yang mengunjungi planet-planet yang amat jauh itu.

Sains modern berhasil menemukan banyak matahari selain matahari yang kita kenal dan banyak bulan selain bulan yang kita ketahui. Mungkin, disekitar matahari-matahari itu masih terdapat beberapa planet lagi yang berputar mengelilingi matahari disertai dengan bulan yang mengelilingi planet-planet itu. Dengan demikian, jumlah matahari dan bulan di jagat raya ini amat banyak. Fakta ini sesuai yang diisyaratkan oleh Al-Qur an dalam Firman-Nya:

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Dan sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah. (QS. Fushshilat:37)

Kebanyakan kitab tafsir tidak menyentuh keunikan ayat ini, yaitu penggunaan kata ganti jamak mereka (هن) yang mengandung mu’jizat, baik dari segi bahasa maupun sains. Imam fakhruddin Ar-Razi dalam At-tafsir Al-Kabir menyebutkan kata ganti pada frase khalaqahunna merujuk pada malam, siang, matahari, dan bulan karena bersasarkan kaidah bahasa Arab, status jamak benda yang tidak berakal sama dengan status mu’annats (perempuan). Misalnya, al-aqlamu baraituha atau al-aqlamu baraituhunna ‘pensil-pensil itu saya runcingkan’. (Kata ganti ha yang biasa digunakan untuk perempuan tunggal dan hunna yang digunakan untuk jama’ mu’annats, digunakan untuk merujuk aqlam, yaitu bentuk, jamak dari qalam. Lalu ketika Allah mengatakan wa min ayatihi (ayaat bentuk jamak dari ayah ‘tanda’), status ayat-ayat itu secara bahasa sama dengan status mu’annats. Oleh karena itu, Allah kemudian mengatakan khalaqahunna. Sedangkan, Al-Alusi berbicara tentang banyaknya penggunaan mu’annats untuk jamak, sampai-sampai ada yang mengatakan, “Aku tidak peduli dengan jamak mereka. Setiap bentuk jamak adalah mu’annats”).

Kemu’jizatan ayat di atas terletak pada frase khalaqahunna yang menggunakan kata ganti jamak mu’annats, bukan mutsanna (bentuk dualis). Dalam bahasa Arab jika makna ayat itu hanya terbatas pada matahari dan bulan, kata ganti yang digunkaan semestinya bentuk dualis, bukan bentuk jamak. Selain itu, partikel al pada asy-syams dan al-qamar pada ayat di atas mennunjukkan dua ketepatan penggunaannya sekaligus. Partikel al itu dapat digunakan untuk menjelaskan hal-hal yang sudah diketahui orang (li al-‘ahd). Jadi, konteks ayat di atas merujuk pada matahari dan bulan yang telah diketahui orang pada umumnya ketika Al-Qur an diturunkan. Pada saat yang sama, partikel al juga dapat menjelaskan jenis (li al-jins) sehingga konteks ayat di atas berarti semua jenis matahari dan bulan, dengan bukti digunakannya kata ganti jamak hunna.‎

Saturday, August 30, 2014

[KISAH] Hafidz Qur’an Murtad Hanya Karena Wanita


Kisah pilu seorang tabiin yang hafidz Quran namun murtad pada saat berjihad. Hanya karena asmara...
Lelaki gagah itu mengayunkan pedangnya menebas tubuh demi tubuh pasukan Romawi. Ia adalah seorang tabiin (270H) yang hafal Quran. Namanya adalah sebaik-baik nama, Abdullah bin Abdurrahim. Keimanannya tak diragukan. Adakah bandingannya di dunia ini seorang mujahid nan hafal Quran. Namun lacur akhir hayatnya mati dalam kemurtadan dan hilang hafalannya melainkan 2 ayat sahaja yang tersisa. Yaitu surah al hijr ayat 2-3, rubamaa yawaddulladziina kafaru lau kaanu muslimiin, dzarhum ya`kulu wayatamatta'u wayulhihimul amal-fasaw faya'lamuun. (Orang-orang kafir itu di akhirat nanti sering menginginkan andai di dunia dulu mereka muslim. Biarkanlah mereka makan dan senang-senang, dilalaikan oleh angan-angan kosong belaka, kelak mereka akan tahu akibatnya). Seolah ayat ini adalah kutukan sekaligus peringatan اَللّه yang terakhir namun tak digubrisnya. Apakah penyebabnya? Penyebabnya adalah wanita. Inilah kisahnya; Pedangnya masih berkilat2 memantul sinar mentari. Masih segar berlumur merahnya darah orang Romawi. Ia hantarkan orang Romawi itu ke neraka dengan pedangnya. Tak disangka nantinya dirinya pun dihantar ke neraka oleh seorang wanita Romawi, tidak dengan pedang melainkan dengan asmara. Kaum muslimin sedang mengepung kampung Romawi. Tiba-tiba mata Abdullah tertuju kepada seorang wanita Romawi di dalam benteng. Kecantikan dan pesona wanita pirang itu begitu dahsyat mengobrak-abrik hatinya. Dia lupa bahwa tak seorang pun dijamin tak lolos su'ul khotimah. Dia lupa bahwa maksiat dan pandangan haram adalah gerbang kekufuran. Tak tahan, ia pun mengirimkan surat cinta kepada wanita itu. Isinya kurang lebih: "Adinda, bagaimana caranya agar aku bisa sampai ke pangkuanmu?" Perempuan itu menjawab: "Kakanda, masuklah agama Nasrani maka aku jd milikmu."Syahwat telah memenuhi relung hati Abdullah sampai-sampai ia menjadi lupa beriman, tuli peringatan dan buta Al-Qur’an. Hatinya terbangun tembok anti hidayah. Khotamallaahu 'ala qulubihim wa'ala sam'ihim wa'ala abshorihim ghisyawah... Astaghfirullah, ma'adzallah. Pesona wanita itu telah mampu mengubur imannya di dasar samudra. Demi tubuh cantik nan fana itu ia rela tinggalkan islam. Ia rela murtad. Menikahlah dia di dalam benteng. Kaum muslimin yang menyaksikan ini sangat terguncang. Bagaimana mungkin? How come? Bagaimana bisa seorang hafidz yang hatinya dipenuhi Al-Qur’an meninggalkan اَللّه dan menjadi hamba salib? Ketika dibujuk untuk taubat ia tak bisa. Dikatakannya bahwa ia telah lupakan Quran kecuali 2 ayat di atas saja dan ia bahagia hidup berlimpah harta dan keturunan bersama kaum Nasrani. Dalam keadaan seperti itulah dia sampai wafatnya.
Ya اَللّه seorang hafidz nan mujahid sahaja bisa Kau angkat nikmat imannya berbalik murtad jika sudah ditetapkan murtad, apatah lagi hamba yang banyak cacat ini. Tak punya amal andalan.
Saudaraku, doakan aku dan aku doakan pula kalian agar اَللّه lindungi kita dari fitnah wanita dan fitnah dunia serta dihindarkan dari ketetapan yang buruk di akhir hayat. Ma taraktu ba'di fitnatan adhorro 'ala ar rijaal min nisaa... "Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang maha dahsyat bahayanya bagi lelaki kecuali fitnah wanita" (muttafaq 'alaih).
Disarikan dari tulisan DR. Hamid Ath Thahir dlm Dibawah Kilatan Pedang (101 kisah heroik mujahidin)


Monday, August 4, 2014

Mari “Media” kan Gerakan Dakwah Ini


Apakah gerakan dakwah sudah sampai merambah ke dunia media massa? Apakah dakwah sudah mampu mengontrol dan mewarnai media? Misalkan saja apakah siaran keagamaan di media sudah dapat dikendalikan dan diwarnai agar menjadi sarana efektif untuk melakukan perubahan di masyarakat. Apakah dakwah melalui media dapat memberikan “frame” pemahaman dan kesadaran beragama (tadayyun sya’bi) masyarakat secara tepat. Kenyataannya, hal itu masih jauh dari kondisi yang seharusnya, karena misalnya pada saat masyarakat Indonesia perlu digerakkan untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi, para penceramah di televisi malah memberikan materi zuhud dengan pengertian yang tidak proporsional.


Bila setiap hari emosi seseorang “teraduk-aduk” karena membaca dan mendengar berita-berita negatif dan digabungkan dengan emosi orang-orang lainnya maka akan membentuk “publicmood”. Perasaan yang dominan di masyarakat adalah putus asa dan ketidakberdayaan menghadapi persoalan-persoalan bangsa.

Sunday, August 3, 2014

Hari Pertama Penuh Inspirasi


Hidup di perkampungan yang terisolasi dan jauh dari kota mungkin dianggap sebagian orang sebagai ketertinggalan di tengah semakin canggihnya teknologi yang ada saat ini. Disaat masyarakat perkotaan sedang asik menyaksikan pertandingan sepak bola di layar kaca, bercanda gurau dengan teman jejaring sosial lewat gadget canggihnya dan menyantap ria makanan modern, tahukah kita bahwa masih ada saudara yang tinggal jauh di daerah terpencil sama sekali tidak tersentuh oleh kecanggihan maupun kemajuan era dan teknologi tersebut? Tapi, bukan permasalahan itu yang akan ana’ angkat pada tulisan kali ini, akan tetapi masalah itulah yang menjadi latar belakang dan In sya Allah dengan keterbelakangan itu pula yang akan menginspirasi kita semua di tulisan berikut ini.

Ada sesuatu yang amatlah mengasyikkan kiranya dapat menjatuhkan kita ke dalam jurang kebathilan, sesuatu yang asyik itu timbul akibat dorongan hawa nafsu dan godaan syaitan. Apa itu? Sesuatu yang asyik itu sebenarnya hanyalah sebuah keasyikan sementara dan fana tak berarti dibanding keasyikan akhirat sana, sudah tahu? Betul, keasyikan duniawi ini seakan menggoyahkan hasrat seseorang yang tak memiliki iman yang kuat. Sehingga apapun kewajibannya sebagai umat Islam dapat ia tinggalkan hanya karena keasyikan ini.

Berbagai macam alasan muncul secara tiba-tiba saat diperhadapkan dengan perkara kebaikan, mulai dari kesibukan hingga keasyikan duniawi. Ya, ana’ bisa katakan bahwa semua ini dikarenakan ulah gadget super modern itu. Banyak yang lebih memilih bersantai di sofa empuk sambil memainkan gadgetnya ketimbang duduk khusyuk menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pertama kali sejak masuk SMA ana’ mengunjungi kampung halaman tercinta yaitu Desa Banca, Kecamatan Baraka, Kabupaten Enrekang yang jauh sekali dari keriuhan seperti kota Makassar-Gowa dan tinggi beribu meter di atas permukaan laut ini. Ada satu hal yang terlintas di benak ana’, mata seolah berkaca serta jiwa terasa bergetar saat melihat semangat beribadah penduduk kampung yang begitu tinggi ini mengisi penuh saf-saf masjid di malam terakhir shalat tarawih di bulan suci ramadhan. “Jauhnya masjid dari tempat tinggalnya tak menyurutkan langkah untuk menghadap kepada-Nya” In sya Allah di mata Allah Subhanahu wa Ta’ala akhlak mereka kan dibalas dengan rahmat-Nya. Disamping itu, meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah satu sama lain tapi hubungan kekeluargaannya begitu kental terasa, ukhuwah mereka amatlah terjaga.

“Daya listrik memang begitu rendah, akan tetapi tak merendahkan semangat beribadahnya kepada Rabb pemilik semesta alam.”

Banyak pelajaran yang dapat ana’ petik pada kunjungan yang penuh rindu ini, satu yang pasti bahwa meski mereka jauh tertinggal dari pesatnya pertumbuhan teknologi tapi In sya Allah mereka jauh lebih unggul pada urusan akhirat, karena mereka sangat yakin bahwa masih ada kehidupan yang akan dijalani setelah ini dan sifatnya abadi. “Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar-Rum:7) Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!


~Ditulis di tengah gelapnya hari dan sejuknya udara di pegunungan. Semoga      menginspirasi J .. Barakalallahu fiik, wassalamu alaikum.

Tuesday, July 22, 2014

SURAH AL KAHFI - AL QUR’AN MEMBUKTIKAN KEBENARAN TEORI EINSTEIN


Pada surah al-Kahfi dikabarkan tentang beberapa orang yang “tertidur” selama 309 tahun. Dan ternyata kejadian ini berkaitan dengan teori relativitas Einstein. Para Ashabul Kahfi hidup melintas jaman. Mereka serasa tertidur 1 hari di dalam sebuah goa, namun ternyata jaman telah berganti selama 309 tahun. “Dan mereka tinggal dalam gua mereka tigaratus tahun dan ditambah sembilan tahun lagi” (QS 18 – Al Kahfi : 25)

Teori relativitas Einstein menyatakan: “Jika suatu benda, mahluk hidup atau apa saja bergerak dengan kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya, maka benda tersebut akan mengalami ‘dilatasi waktu’ dan mengalami ‘kontraksi’ (memanjang dan memendek). Di dalam surah al-Kahfi termaktub: “Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka itu tidur; dan Kami balik-balikan mereka ke kanan dan ke kiri, sedangkan anjing mereka menjulurkan kedua kakinya di muka pintu gua. Dan jika kamu menyaksikan mereka, tentulah kamu akan berpaling dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan rasa ketakutan terhadap mereka” (QS 18 – Al Kahfi : 18)

Dalam firman Allah di atas ada kalimat: ‘Kami balik-balikan mereka ke kanan dan ke kiri’. Berarti mereka yang berada di dalam gua itu bergerak (digerakkan) dengan kecepatan tertentu. Berapakah kecepatan mereka, sehingga mereka dapat hidup melintasi jaman?
Dari informasi dalam surah al-Kahfi ini, maka berikut ini adalah sebuah analisis guna menjawab pertanyaan diatas, ‘berapakah kecepatan mereka saat itu?’, sekaligus membuktikan kebenaran peristiwa ashabul Kahfi tersebut. Waktu bagi mereka yang “tertidur” = t0 = 1 hari. Waktu yang sebenarnya = t = 309 tahun = 109.386 hari. (1 tahun Qomariah = 354 hari)
Dari penurunan rumus dilatasi waktu: Kecepatannya mendekati kecepatan cahaya atau V = 0,999999C Jika para Ashabul Kahfi bergerak (digerakkan) mendekati kecepatan cahaya, maka hal itu membuktikan bahwa peristiwa itu rasional.

Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman seperti ayat di atas: “Dan jika kamu menyaksikan mereka, tentulah kamu akan berpaling dengan melarikan (diri) dan tentulah (hati) kamu akan dipenuhi dengan rasa ketakutan terhadap mereka” Mengapa orang yang melihat mereka akan ketakutan? Kembali, teori Relativitas Einstein menyatakan: “Jika suatu benda, mahluk hidup atau apa saja bergerak dengan kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya, maka benda tersebut akan mengalami dilatasi dan kontraksi waktu (memanjang dan memendek)”


Jika V mendekati kecepatan cahaya maka nilai L1 (panjang benda) akan mendekati nol (0). Ini berarti Ashabul Kahfi sudah hampir tidak terlihat wujudnya oleh orang yang melihatnya dari luar. Mereka digerakkan olehNya ke kanan dan ke kiri. Berarti mereka bergerak (digerakkan) bolak balik Teori fisika: Sebuah benda yang bergerak berbalik arah akan berhenti sesaat sebelum berbalik arah. Ketika berhenti sesaat itu, maka panjangnya akan kembali ke panjang semula. Setiap saat mereka akan berubah dari ukuran semula à memendek à menghilang à memanjang à kembali ke panjang semula. Begitulah seterusnya dengan kecepatan yang sangat tinggi. Bisa dibayangkan bagaimana wujud mereka. Tentulah orang luar yang melihatnya akan ketakutan.

Selanjutnya adalah tentang BUNYI atau SUARA. Dalam Surah Al Kahfi, Allah Subhaanahu wa ta’ala juga berfirman: “Maka kami tutup telinga mereka beberapa tahun dalam gua itu” (QS 18 – Al Kahfi : 11) Mengapa telinga mereka ditutup? Sebagaimana kita ketahui, bunyi atau suara ditimbulkan dari suatu benda yang bergetar. Getaran benda itu menggetarkan udara. Udara yang bergetar menggetarkan gendang telinga, di mana frekuensi getaran gendang telinga akan sama dengan frekuensi getaran benda itu. Karena frekuensinya sama, maka menjadi bisa didengar. Namun, jika suatu benda bergetar di atas kecepatan suara, maka akan terjadi patahan gelombang suara (Supersonic Fracture = SF). SF akan menimbulkan ledakan suara yang luar biasa kuatnya. Misalnya di jaman sekarang, pesawat supersonic akan menghasilkan suara yang meledak-ledak dan bisa memecahkan kaca kaca dan meruntuhkan bangunan. Demikian pula dengan Ashabul Kahfi. Getaran mereka di atas kecepatan suara dan mendekati kecepatan cahaya. Otomatis terjadi SF yang menimbulkan suara ledakan yang luar biasa. Oleh karena itu di ayat 11 surah Al Kahfi itu dinyatakan bahwa telinga mereka ditutup selama beberapa tahun. Ini guna melindungi gendang telinga mereka dari ledakan-ledakansuara akibat gerakan mereka yang amat sangat cepat.

Sesuatu yang tadinya tidak masuk akal, akan menjadi masuk akal bagi mereka yang mampu menganalisis dan mencerna


Sunday, June 29, 2014

“AWAS” Ramadhan


Ahlan WA Sahlan ya Ramadhan,
Bulan suci umat Islam telah tiba, kehadirannya memberikan semangat islami yang baru. Ikhwan dan Akhwat yang sebelumnya disibukkan oleh aktivitas kantor maupun sekolah kini menghentikannya sejenak untuk beribadah intensif dalam sebulan penuh, ini dilakukan hanya semata-mata ingin mencapai fitrahnya.  Betapa harunya kita melihat saudara seiman kita sampai saat ini masih memperlihatkan jati dirinya sebagai seorang muslim dan Insya Allah di hadapannya nampak seorang Al Mukminun.

Hati terasa sejuk saat berada di sekitar mereka yang berlomba-lomba mengisi saf terdepan shalat berjamaah di masjid. Jiwa terasa bergetar saat saudara kita yang kurang mampu menginfaqkan hartanya demi meraih pahala, sedang ia sendiri tak tahu harus berbuka apa. Mata terasa ingin menitihkan airnya saat melihat seorang bapak yang dari paginya bekerja mencari sebotol air mineral bekas hingga waktu buka tiba hanya karena ingin membelikan anaknya segelas es buah segar. Mereka dengan segala keterbatasan ekonomi masih memiliki semangat untuk beribadah, mereka masih mewarisi semangat dalam berlomba-lomba dalam kebaikan “Fastabiqul Khoirat”. Sedang kita yang sehari-harinya disejukkan dengan dinginnya ruangan yang ber-AC, nikmatnya makanan dan minuman saat perut terasa lapar – dahaga dan berlimpahnya harta yang terisi penuh di brankas, apakah kita masih bisu akan beribadah dan meraih amalan-amalanNya?

Sampai kapankah kita ingin menjadi umat duniawi, hingga memalingkan muka akan kehidupan akhirat nanti? Akankah bulan suci Ramadhan ini menjadi pengubah hidup kita kedepannya? Menjadikan kita hamba rabbani bukan hamba Ramadhani,  menjadikan kita hamba yang ingin beribadah semata-mata karena Allah dan bukan karena ingin terlihat religius di mata hambaNya. Syukron, jazakallahu khairan katsiran wa jazakumullah ahsanul jaza.

Kutulis dalam menangis, semoga menjadi pengingat yang terwaris
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..


Tuesday, June 24, 2014

Keterhijaban dan Baik Sangka

Oleh Salim A Fillah

SEORANG KAWAN bertanya dengan nada mengeluh. “Di mana keadilan Alloh?”, ujarnya. “Telah lama aku memohon dan meminta pada-Nya satu hal saja. Kuiringi semua itu dengan segala ketaatan pada-Nya. Kujauhi segala larangannya. Kutegakkan yang wajib. Kutekuni yang sunnah. Kutebarkan shodaqoh. Aku berdiri di waktu malam. Aku bersujud di kala dhuha. Aku baca kalam-Nya. Aku upayakan sepenuh kemampuan mengikut jejak Rosul-Nya. Tapi hingga kini Alloh belum mewujudkan harapanku itu. Sama sekali.”

Saya menatapnya iba. Lalu tertunduk sedih.

“Padahal,” lanjutnya sambil kini berkaca-kaca, “Ada teman yang aku tahu ibadahnya berantakan. Wajibnya tak utuh. Sunnahnya tak tersentuh. Akhlaknya kacau. Otaknya kotor. Bicaranya bocor. Tapi begitu dia berkata bahwa dia menginginkan sesuatu, hari berikutnya segalanya telah tersaji. Semua yang dia minta didapatkannya. Di mana keadilan Alloh?”

Rasanya saya punya banyak kata-kata untuk menghakiminya. Saya bisa saja mengatakan, “Kamu sombong. Kamu bangga diri dengan ibadahmu. Kamu menganggap hina orang lain. Kamu tertipu oleh kebaikanmu sebagaimana Iblis telah terlena! Jangan heran kalau do’amu tidak diijabah. Kesombonganmu telah menghapus segala kebaikan. Nilai dirimu hanya anai-anai beterbangan. Mungkin kawan yang kau rendahkan jauh lebih tinggi kedudukannya di sisi Alloh karena dia merahasiakan amal sholihnya!”

Saya bisa mengucapkan itu semua. Atau banyak kalimat kebenaran lainnya.

Tapi saya sadar. Ini ujian dalam dekapan ukhuwah. Maka saya memilih sudut pandang lain yang saya harap lebih bermakna baginya daripada sekedar terinsyafkan tapi sekaligus terluka. Saya khawatir, luka akan bertahan jauh lebih lama daripada kesadarannya.

Maka saya katakan padanya, “Pernahkah engkau didatangi pengamen?”
“Maksudmu?”
“Ya, pengamen,” lanjut saya seiring senyum. “Pernah?”
“Iya. Pernah.” Wajahnya serius. Matanya menatap saya lekat- lekat.

“Bayangkan jika pengamennya adalah seorang yang berpenam- pilan seram, bertato, bertindik, dan wajahnya garang mengerikan. Nyanyiannya lebih mirip teriakan yang memekakkan telinga. Suaranya kacau, balau, sengau, parau, sumbang, dan cemprang. Lagunya malah menyakitkan ulu hati, sama sekali tak dapat dinikmati. Apa yang akan kau lakukan?”

“Segera kuberi uang,” jawabnya, “Agar segera berhenti menyanyi dan cepat-cepat pergi.
“Lalu bagaimana jika pengamen itu bersuara emas, mirip sempurna dengan Ebiet G. Ade atau Sam Bimbo yang kau suka, menyanyi dengan sopan dan penampilannya rapi lagi wangi, apa yang kau lakukan?”

“Ku dengarkan, kunikmati hingga akhir lagu,” dia menjawab sambil memejamkan mata, mungkin membayangkan kemerduan yang dicanduinya itu. “Lalu kuminta dia menyanyikan lagu yang lain lagi. Tambah lagi. Dan lagi.”

Saya tertawa.
Dia tertawa.

“Kau mengerti kan?” tanya saya. “Bisa saja Alloh juga berlaku begitu pada kita, para hamba-Nya. Jika ada manusia yang fasik, keji, munkar, banyak dosa, dan dibenci-Nya berdo’a memohon pada-Nya, mungkin akan Dia firmankan pada malaikat: “Cepat berikan apa yang dia minta. Aku muak dengan mendengar ocehannya. Aku benci menyimak suaranya. Aku risi mendengar pintanya!”

“Tapi,” saya melanjutkan sambil memastikan dia mencerna setiap kata, “Bila yang menadahkan tangan adalah hamba yang dicintai-Nya, yang giat beribadah, yang rajin bersedekah, yang menyempurnakan wajib dan menegakkan sunnah; maka mungkin saja Alloh akan berfirman pada malaikat-Nya: ‘Tunggu! Tunda dulu apa yang menjadi hajatnya. Sungguh Aku bahagia bila diminta. Dan biarlah hamba-Ku ini terus meminta, terus berdo’a, terus menghiba. Aku menyukai do’a-do’anya. Aku menyukai kata-kata dan tangis isaknya. Aku menyukai khusyu’ dan tunduknya. Aku menyukai puja dan puji yang dilantunkannya. Aku tak ingin dia menjauh dari-Ku setelah mendapat apa yang dia pinta. Aku mencintainya.”

“Oh ya?” matanya berbinar. “Betul demikiankah yang terjadi padaku?”
“Hm… Pastinya, aku tidak tahu,” jawab saya sambil tersenyum. Dia agak terkejut. Segera saya sambung sambil menepuk pundaknya, “Aku hanya ingin kau berbaik sangka.”

Dan dia tersenyum. Alhamdulillah.