Saturday, August 29, 2020

Menjaga Diri

 


Mencari perhatian tidak membuat kita menjadi lebih baik, mengejar pujian tidak menjadikan kita menjadi orang yang lebih besar, terlibat di dakwah kampus bahkan hingga akhir masa kuliah tidak berarti kita menjadi lebih alim dibanding yang lain.

Ada orang yang awalnya lurus niatnya bergabung dalam lembaga dakwah namun di tengah jalan berubah dan menyimpang disebabkan oleh nafsu syahwat, kekuasaan, follower, juga pujian. Ya jangan salah, ‘aktivis dakwah’ juga manusia biasa yang bisa terlena.

Di dalam keseharian kita, kita mengenal adanya terma hijab terutama ketika berinteraksi dengan non mahram, yang mana ini menjadi tuntunan syariat sebagai upaya untuk menjaga diri masing-masing dari sesuatu hal yang tidak diinginkan, hijab adalah instrumen untuk menjaga interaksi agar tidak melewati batas.

Cara kita berkomunikasi dan merespon perlu dijaga, tidak hanya dibuktikan secara fisik namun juga terderivasi dalam perilaku atau akhlak kita. Yang putra penting untuk menjaga izzah sedangkan yang putri menjaga iffah nya.

Menjadi kekhawatiran kita bersama tatkala waktu, tenaga, pikiran yang kita keluarkan untuk agenda dakwah menjadi sia-sia karena ketiadaan akhlak dari para aktivis dakwah nya, membuat keberkahan dalam setiap kegiatan tersebut menjadi hilang.

Saking pentingnya akhlak ini, Dr. Abd. Haris dalam bukunya Etika Hamka: Konstruksi Etik Berbasis Rasional Religius menuliskan bahwa Buya Hamka membuat konsep struktur ajaran Islam, dimana akhlak menempati urutan kedua setelah ajaran inti, yakni tauhid. Artinya akhlak Islami seharusnya dijiwai oleh makna Laa Ilaaha Illa Allah.

Upaya yang bisa kita lakukan agar menjaga diri ini adalah dengan berdoa dan berikhtiar, semoga kita senantiasa dijauhkan dari perbuatan yang tidak diinginkan, senantiasa dikuatkan dengan qolbun salim (hati yang selamat) wa lisanan dzakiron (lisan yang senantiasa berdzikir), dan semoga kita tetap istiqomah di jalan dakwah ini.

 

Monday, August 17, 2020

MERDEKA



Adakalanya kita perlu meluangkan waktu untuk berkunjung ke alam yang luas nan indah Indonesia, berjalan menyusuri badan gunung, memandang hamparan alam bak permadani dari atas gunung, menikmati sejuknya embun di pagi hari, dan rasa bahagia saat mencapai puncak. 


Keindahan Indonesia adalah anugerah yang harus terus disyukuri, dijaga, dan dirawat bersama. Keindahan alam yang diperoleh berkat darah dan keringat para pejuang kemerdekaan.


Bapak proklamasi Indonesia Ir. Soekarno menyampaikan bahwa aku tinggalkan kekayaan alam Indonesia, biar semua negara besar dunia iri dengan Indonesia, dan aku tinggalkan hingga bangsa Indonesia sendiri yang mengolahnya.


Merdeka, berarti bahwa bangsa ini telah lepas dari cengkeraman asing.


Merdeka, berarti bahwa bangsa ini berdiri di atas kaki sendiri dan berhak untuk menentukan nasibnya sendiri.


Merdeka, berarti bahwa segala kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.


Kita telah merdeka sejak 75 tahun yang lalu, banyak rintangan yang telah dilalui, setiap langkah yang dilewati adalah proses pembelajaran untuk menjadi bangsa yang besar dan mandiri.


Bangkitlah negeriku harapan itu masih ada.

Thursday, August 6, 2020

Ruang Percakapan yang Mengubah Masa Depan Indonesia

Guru Honorer Pedalaman Cuma Digaji Rp78 Ribu : Okezone News

Akar dari sekian banyak permasalahan yang kita alami saat ini adalah pendidikan, sebab proses pendidikan yang kurang baik akan melahirkan generasi yang payah dan sebaliknya proses pendidikan yang baik akan melahirkan generasi yang gemilang. Keikutsertaan Indonesia dalam Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) sejak tahun 2001 menunjukkan bahwa skor PISA Indonesia belum mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan laporan PISA pada tahun 2019, Indonesia masih berada dalam kategori low performer pada tiga subjek yakni literasi, matematika, dan sains. Skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara.

Kita bisa berasumsi bahwa rendahnya kualitas SDM Indonesia adalah dampak dari buruknya proses pendidikan, belum optimalnya kompetensi guru sebagai pilar utama dalam peningkatan kualitas peserta didik, hingga ekosistem sekolah yang belum begitu mendukung para pelajar untuk meningkatkan kualitas belajarnya. Ruang percakapan para pelajar lebih banyak diisi dengan hal-hal yang tidak berguna, hari demi harinya dipenuhi oleh cerita tren anak muda masa sekarang, bukan percakapan yang membawa mereka kepada seorang intelektual muda.

Para pelajar yang bersekolah di sekolah unggulan atau di pusat kota mungkin akan kurang setuju dengan pendapat saya, akan tetapi akan berbanding terbalik oleh mereka yang tinggal bukan di pusat kota. Ini adalah dampak dari ketimpangan pada sektor pendidikan, mereka yang bersekolah di tempat yang kondusif akan tumbuh dengan baik sebab memiliki support yang luar biasa, berbeda dengan para siswa yang bersekolah di sudut kota hingga pedesaan, fasilitas dan iklim pembelajaran tidak mendukung membuat mereka harus mengeluarkan effort lebih untuk bisa bersaing.

Apa yang saya rasakan selama bersekolah di Gowa-Makassar dari kurun waktu 2004-2015, para siswa lebih antusias untuk berprestasi dalam bidang non akademik dibandingkan akademik. Lebih banyak aktivitas siswa untuk futsal, basket, voli, baris-berbaris, dan pramuka. Hanya beberapa sekolah saja (se-provinsi) yang sering menjadi langganan juara dalam bidang akademik, ini juga karena iklim dan fasilitas di sekolahnya sudah mendukung.

Iklim pembelajaran haruslah dibangun sedemikian rupa sehingga memacu para pelajar untuk bisa meningkatkan kapasitas intelektualnya, jangan sekolah itu disibukkan dengan aktivitas senioritas yang tidak hanya menumbuhkan iklim yang tidak kondusif namun juga akan menimbulkan berbagai macam persoalan kenakalan remaja.

Para pendidik mesti hadir di tengah-tengah pelajar untuk membantu mereka mencapai level seorang intelektual, jangan para pendidik memberi kesan yang buruk kepada para pelajar sehingga membuat barrier yang menutup ruang percakapan keduanya.

Kita mengharapkan di setiap sudut sekolah, di setiap percakapan yang terjadi, adalah diskusi-diskusi berbobot oleh para intelektual. Sebab masa depan Indonesia ditentukan dari bagaimana kualitas ruang percakapan anak muda Indonesia saat ini. Indonesia yang unggul di masa depan adalah anak muda yang unggul di masa sekarang.