Monday, December 21, 2020

Tumpas Kemiskinan dengan Membangun Desa

 

Faktanya bahwa kemiskinan di Indonesia masih terkonsentrasi di desa yang notabene penduduknya sebagian besar bermatapencaharian petani. Menjadi satu hal yang memprihatinkan, sebab sektor pertanian merupakan sektor kedua terbesar penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) dengan kontribusi sebesar 13,45% setelah sektor industri sebesar 19,62% menurut data BPS (2020), akan tetapi dari segi kesejahteraan petaninya, masih jauh dari harapan. Melihat fakta ini, maka untuk menurunkan angka kemiskinan secara signifikan, opsi yang bisa dilakukan adalah dengan berkonsentrasi penuh dalam membangun desa, khususnya sektor pertanian.


Sudah banyak negara yang memberikan contoh, bahwa untuk meningkatkan produktivitas pertanian bisa dengan modernisasi pertanian, pemberian bantuan teknologi pengolahan tani yang didukung dengan pelatihan, pembinaan, dan pengawasan oleh pemerintah maupun stakeholder lain.


Ambil contoh Belanda, negara dengan lahan yang terbatas (17.960 km persegi) dibandingkan Indonesia (570.000 km persegi) mampu masuk dalam jajaran negara pengekspor barang-barang pertanian dengan komoditas pangan salah satu yang terbesar di dunia dan sekaligus menjadi penopang pangan di eropa. Belanda, yang secara geografis sepertiga wilayahnya berada di bawah permukaan laut dan hampir tidak ada ketersediaan lahan untuk pertanian skala besar, tapi mampu membangun pertaniannya dan menguntungkan secara industri.


Apa kunci keberhasilan Belanda? Kuncinya salah satunya karena ditopang oleh teknologi: teknologi green house dan pertanian presisi, mampu menanam dengan input yang efisien menghasilkan output yang lebih produktif. Sebagai contoh, disana mampu menghasilkan 20 ton (per acre) kentang, padahal rata-rata produktivitas global hanya 9 ton (per acre). Pengairannya juga sangat efisien, dengan pengairan 90% yang lebih rendah dari pertanian pada umumnya. Selain itu, Belanda juga tidak lagi menggunakan pestisida kimia.


Dari Belanda kita bisa belajar bagaimana menjadikan pertanian sebagai sektor unggulan di lahan yang terbatas dengan teknologi. Meningkatnya produktivitas pertanian maka tentu juga akan meningkatkan perekonomian masyarakat di pedesaan, ekonomi yang terjamin akan membuat anak-anak muda menjadi tertarik untuk berkarier sebagai petani.

Wednesday, November 25, 2020

Guru: Pilar Peradaban Bangsa

Guru adalah pilar peradaban bangsa, tidak terhitung berapa jumlah anak bangsa yang tumbuh berkat jasa para guru. Harum namanya walau tidak sepopuler tokoh publik.

Ia terus mendidik dan mengajar walau tidak sedikit yang memberikan sikap buruk, cemoohan, tidur di kelas, hingga bolos. Mohon maaf karena banyak dari kami, yang dulu engkau ajar, tidak menunjukkan sopan santun dan terkesan acuh dalam pelajaran.

Perasaan bersalah yang masih teringat sampai sekarang adalah ketika berada di jenjang SMP, kelas Akselerasi SMPN 1 Sungguminasa. Kala itu, disaat harus persiapan ujian akhir, kami (para laki-laki) justru ikut pertandingan sepakbola padahal sudah ada guru yang menunggu di kelas. Mohon maaf bu Husnawati (Guru Matematika) atas kenakalan kami waktu itu.

Guru, adalah jalan pengabdian yang paling luar biasa. Darinya, orang-orang luar biasa di negeri ini dibentuk. Salam hormat kepada seluruh guru yang ada di Indonesia, khususnya di SMAN 2 Makassar, SMPN 1 Sungguminasa, dan SDN Centre Mangalli.

Monday, November 16, 2020

Mindset Pemenang

Dari sejarah kita bisa belajar, bagaimana para pemenang berhasil mengatasi setiap tantangan dan rintangan. Ambil contoh salah satu peristiwa yang terjadi pada tahun 1805, Inggris yang waktu itu berkekuatan 27 kapal mesti berhadapan dengan armada Prancis-Spanyol yang dipimpin oleh Napoleon dengan kekuatan 33 kapal.

Biasanya, taktik yang dilakukan adalah dengan bertempur berbaris berjajar lalu saling tembak. Akan tetapi, muncul ide out of the box oleh Admiral Inggris Lord Nelson, ia memecah armada Inggris menjadi dua barisan dan memajukan keduanya ke armada Prancis-Spanyol secara tegak lurus.

Risiko tentu ada, terutama bagi kapal Inggris yang berada paling depan. Namun Nelson menilai bahwa penembak Prancis-Spanyol belum cukup terlatih dan akan kesulitan menembak di tengah ombak yang besar waktu itu.

Singkat cerita, pada pertempuran Trafalgar, pihak Prancis-Spanyol kehilangan dua puluh kapal sedangkan Inggris hanya kehilangan satu kapal saja. Meski demikian, Nelson yang berada di kapal terdepan armada Inggris terluka parah. Dan dari lukanya itu ia gugur dan dikenang sebagai pahlawan bahari terbesar Inggris.

Apa pelajaran yang bisa diambil? Bahwa faktor jumlah bukan berarti apa-apa, ide, pikiran dan kepemimpinan adalah kunci seorang pemenang. Pun juga menjadi seorang pemimpin harus berani berkorban, leiden is lijden.

Thursday, November 5, 2020

Negeri Bahari yang Tertidur


Indonesia terdiri dari 17.480 pulau, dengan garis pantai sekitar 95.181 km, luas wilayah lautan sekitar 5,8 juta km persegi. Dari luasan ini, data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) tahun 2020 memperkirakan potensi perikanan bisa mencapai 19,6 triliun per tahun, belum ditambah kontribusi dari sektor pariwisata dan juga potensi laut sebagai penghasil daya energi.

Laut beserta isinya adalah anugerah yang dititipkan kepada kita, rakyat Indonesia, untuk diolah dan dipergunakan bagi rakyat Indonesia pula. Harusnya rakyat atau paling tidak nelayan sebagai pelaku utama cukup sejahtera. Akan tetapi, faktanya terbalik. Masih banyak nelayan tradisional terus hidup di bawah garis kemiskinan dan kondisi ini sudah terstruktur dan terpola sejak lama, kemiskinan struktural yang membuat masyarakat menjadi skeptis dengan hidupnya.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan ketertinggalan dan kemiskinan nelayan tradisional: (1) tidak meratanya prasarana umum di wilayah pesisir, (2) minimnya teknologi yang digunakan, (3) tidak ada akses terhadap pasar, (4) maraknya fenomena pencurian ikan (illegal fishing).

Sudah banyak riset yang dilakukan oleh para peneliti/akademisi dari berbagai universitas maupun instansi, tapi belum memberikan dampak yang signifikan hingga saat ini. Tidak sedikit juga contoh yang ditunjukkan oleh negara-negara kepulauan lain yang berhasil memanfaatkan potensi kelautan dan perikanannya untuk kesejahteraan rakyatnya.

Setiap tahun, cukup banyak anggaran yang dikeluarkan negara untuk keperluan wakil rakyatnya kunjungan ke negara lain. Studi banding katanya, agar bisa diadopsi di Indonesia. Tapi bagaimana hasilnya sekarang?

Tentunya, kita selalu berharap bahwa kelak akan hadir pemimpin di Indonesia yang memiliki karakter berani, tegas, dan cerdas. Sebab musuh negara ini bukan hanya dari luar Indonesia, tapi juga oleh orang-orang rakus yang mengaku dirinya sebagai warga negara Indonesia tapi diam-diam menghabisi saudara se tanah airnya.

Jangan pernah berhenti berdoa, semoga negeri bahari ini segera terbangun dari tidur panjangnya.

Wednesday, November 4, 2020

Electoral College: Mungkinkah Diterapkan di Indonesia?

Yang unik di pilpres AS adalah pemenangnya ditentukan oleh 538 suara anggota electoral college dengan butuh minimal 270 suara elektoral, bukan ditentukan oleh jumlah suara pemilih (rakyat secara keseluruhan).

2 dari 5 perhelatan pilpres AS terakhir bahkan dimenangkan oleh calon yang secara jumlah suara nasional nya kalah tapi unggul di suara elektoral.

Pada tahun 2016, selisih suara yang didapat Donald Trump hampir 3 juta suara lebih sedikit daripada Hillary Clinton, namun Trump memenangkan kursi presiden. Itu karena suara elektoral yang didapatnya lebih banyak (304 electoral votes).

Pada 2000, George W Bush memenangkan 271 suara elektoral, meskipun kandidat dari Partai Demokrat, Al Gore, memenangkan suara populer dengan selisih 500.000 lebih.

Format pemilihan seperti ini saya rasa efektif untuk negara dengan jumlah penduduk tiap provinsi nya tidak merata, sehingga tidak melulu menjadikan provinsi yang penduduknya banyak sebagai lumbung suara dan prioritas untuk menang. 

Jumlah penduduk di pulau Jawa pada tahun 2019 sebanyak 150,4 juta jiwa dari total penduduk Indonesia sebanyak 266,91 juta jiwa. Artinya sekitar 56% penduduk Indonesia berada di Pulau Jawa, dengan Jawa Barat (49 juta) sebagai provinsi dengan penduduk terbanyak, disusul Jawa Timur (39,74 juta), dan Jawa Tengah (34,55 juta).

Muncul statement bahwa jika ingin menang pemilu maka cukup dengan menggarap ketiga provinsi itu saja, bukan berarti provinsi lain diabaikan, hanya saja porsinya yang tidak merata.

Belum lagi sentimen primordial yang mengakar kuat di tengah-tengah masyarakat Indonesia masih sulit dihilangkan, preferensi masyarakat dalam memilih cenderung mengedepankan perasaan kesukaan yang berlebihan. 

Barangkali jika format ini diberlakukan, tidak menutup kemungkinan presiden Indonesia selanjutnya yang dipilih berada dari luar pulau Jawa. Atau paling tidak memutus stigma jawa-sentris yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Kembali ke pertanyaan awal, secara konstitusional, mungkinkah electoral college diterapkan di Indonesia?

Wednesday, October 28, 2020

Pemuda

Adagium bahwa gajah mati tinggalkan gading, harimau mati tinggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama, harus menjadi pelecut bagi para pemuda untuk terus bergerak bermanfaat, menjadi garda terdepan untuk membela kepentingan rakyat disaat wakil rakyatnya tutup mata dan telinga. Masih banyak lembaran kosong dalam buku harian anak muda yang perlu diisi dengan pengalaman, peran kontributif, karya, dan prestasi. 

Pemuda dengan segala potensinya ibarat gelombang di tengah lautan yang sunyi, mereka hadir sebagai pembeda. Mereka juga bak air mengalir yang selalu mencari celah untuk dilewati, setiap jejak yang ditinggalinya memberi manfaat bagi alam dan makhluk di sekitarnya. Pemuda bukanlah air yang tergenang, diam, dan menjadi sumber penyakit.

Pemuda datang dari lorong waktu yang berbeda dengan karakteristik yang juga berbeda, mereka memberi warna di zamannya dengan pikiran dan aksinya. Pemuda pada umumnya adalah kelompok yang pikirannya masih genuine pro terhadap rakyat dan relatif belum terkontaminasi oleh kepentingan tertentu.

Dalam rentetan peristiwa sejarah yang telah dilalui Indonesia bahkan dunia, anak muda kerap kali menjadi motor dalam setiap peristiwa bersejarah. Kita hafal betul bahwa di tahun 1908 semangat kebangkitan nasional sekaligus simbol pergerakan para pemuda ditandai dengan berdirinya Budi Oetomo. Tahun 1928 lahir sebuah sumpah sakral yang kita peringati setiap tanggal 28 Oktober dikenal dengan Sumpah Pemuda, dipelopori oleh Mohammad Yamin (25 tahun), Sugondo Djojopuspito (23 tahun), dan kawan-kawan lainnya. Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 juga salah satunya akibat desakan kelompok muda, oleh Wikana yang saat itu berusia 31 tahun bersama dengan kawan-kawan lainnya. Reformasi tahun 1998 juga tidak terlepas dari gerakan mahasiswa saat itu.

Di Tunisia, aksi pembakaran diri yang dilakukan oleh seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Mohammed Bouazizi pada tahun 2011 berujung pada revolusi Tunisia menuntut diakhirinya rezim Zine el-Abidine Ben Ali yang telah berkuasa selama lebih dari 23 tahun. Aksi pembakaran diri ini juga turut menginspirasi gerakan serupa di negara-negara lain di regional Timur Tengah, fenomena ini kemudian dikenal sebagai Arab Spring.

Di Prancis, gerakan kawula muda tahun 1968 bersama dengan kaum buruh mampu membentuk sebuah gerakan revolusioner. Di Spanyol, gerakan 15-M pada tahun 2014 membentuk gerakan yang diawali dengan propaganda secara online melalui media sosial dan mampu menggalakan unjuk rasa seperti Democracia Real YA (Demokrasi Nyata Sekarang) dan Juventud Sin Futuro (Pemuda Tanpa Masa Depan), dari gerakan ini lahir organisasi politik bernama Podemos untuk melawan kesenjangan pendapatan dan korupsi, dipimpin oleh tokoh politik muda bernama Pablo Iglesias (36 tahun).

Peristiwa sejarah yang lahir oleh gerakan pemuda tadi hanyalah sedikit peristiwa dari sekian banyak peristiwa yang ada, poinnya bahwa anak muda tidak bisa dianggap remeh dan dipandang enteng. Setiap negara mesti memberikan ruang yang pas bagi anak muda untuk bisa menyalurkan energinya dan membantu meningkatkan produktivitas negara atau justru sebaliknya jika tidak diberikan ruang malah akan menjadi barisan pertama yang bisa menuntut pemerintah.

Monday, October 26, 2020

Variabel Tambahan?

Produktivitas negara bergantung pada mutu SDM yang ada di dalamnya, apabila mutu SDM nya baik maka produktivitas negara akan beranjak naik, akan tetapi jika mutu SDM rendah maka produktivitas negara akan stagnan. Mutu SDM bisa ditinjau dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), secara nasional tren IPM Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun menjadi 0,707 pada tahun 2019 lalu dengan rata-rata pertumbuhan IPM Indonesia sebesar 0,87% per tahun. Akan tetapi jika dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia masih kalah dari Filipina (0,712), Thailand (0,756), Malaysia (0,804), Brunei Darussalam (0,845), dan Singapura (0,935). 

IPM dengan produktivitas negara memiliki korelasi yang positif, artinya pada setiap peningkatan angka IPM maka angka produktivitas negara juga akan meningkat. Ada tiga faktor yang mempengaruhi IPM yakni: pertama, kesehatan yang diukur dari Umur Harapan Hidup (UHH) saat lahir. Kedua, pendidikan yang dilihat dari dua indikator yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Ketiga, standar hidup layak yang dilihat dari indikator Pengeluaran per Kapita yang disesuaikan (PPP).

Salah satu komponen dari IPM tadi adalah pendidikan, kualitas pendidikan yang baik tentunya akan mendongkrak angka IPM. Akan tetapi sejauh ini harus kita akui bahwa disparitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat luas. Dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan wilayahnya yang sangat luas, persoalan pemerataan pendidikan di setiap wilayah harus diakui menjadi PR yang cukup rumit. Dalam konteks Indonesia, pulau Jawa masih menjadi episentrum pendidikan, hal ini yang membuat setiap orang berlomba-lomba untuk bisa mengenyam pendidikan disana. Ambil contoh, 8 kampus terbaik di Indonesia versi QS World University Ranking semuanya berasal dari tanah Jawa. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan mutu SDM khususnya pendidikan masyarakat di Jawa dengan masyarakat yang berada di luar Jawa.

Mutu SDM mestinya juga akan berpengaruh terhadap undang-undang yang dibuat oleh para legislator, regulasi yang baik lahir dari hasil pemikiran yang baik, bagaimana ia mengidentifikasi persoalan yang ada di tengah masyarakat, berdialog dengan masyarakat dan stakeholder terkait, berdiskusi dengan para ahli untuk meramu solusinya, adalah suatu mekanisme yang tidak sederhana, butuh seorang pemikir untuk melahirkan regulasi yang cemerlang. Akan tetapi menariknya fakta di lapangan ternyata berkata lain, trend semakin membaiknya tingkat pendidikan caleg terpilih terus meningkat, namun kecenderungan itu tidak serta merta menjelaskan hubungan linear dengan kinerja DPR. Bahkan tidak sedikit undang-undang yang disahkan membuat konflik dan memantik emosi publik, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dicap sebagai perantara cukong dan hanya memuluskan kepentingan segelintir orang dan mengabaikan kepentingan rakyatnya. Terlebih DPR menjadi lembaga negara dengan jumlah kasus korupsi yang lebih banyak dibandingkan lembaga negara lainnya menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan jumlahnya dari 2014 hingga 2019 sebanyak 255 orang.

Poinnya bahwa ternyata harus ada variabel tambahan selain daripada tingkat pendidikan untuk bisa benar-benar menghasilkan undang-undang yang berkualitas dan berpihak kepada rakyat, variabel tambahan ini adalah kunci untuk perubahan ke depannya. Kira-kira apa variabel tambahan itu? Pertanyaan yang jawabannya saya rasa kita semua paham jika beragama dengan benar.

Tuesday, October 13, 2020

Imaji Berkembang

Pada setiap perjalanan yang ditempuh akan meninggalkan jejak pikiran yang sangat berharga, jejak dan pandangan selama perjalanan akan membentuk imaji. Apa yang dilihat dan dirasakan membuat orang-orang bertambah pengalaman dan pengetahuannya, mampu mengubah orang yang awalnya tidak bisa bercerita menjadi bisa. Seperti kata Ibn Battuta bahwa, traveling, it leaves you speechless, then turns you into a storyteller.

Tidak semua orang mungkin bisa untuk melakukan perjalanan setiap waktu, barangkali kesibukan di kampus/kantor yang monoton setiap hari tidak memberikan cukup waktu untuk menjelajahi beberapa sudut bumi yang sangat indah.

Mumpung masih muda, mumpung belum disibukkan dengan studi lanjut ataupun pekerjaan, manfaatkan setiap waktu untuk terus bergerak. Jelajahi setiap sudut bumi yang bisa dijangkau, resapi dan maknai setiap langkah yang dilalui, ambil hikmahnya sebab itu menjadi bekal yang sangat berharga buat masa depan kita. Pada setiap perjalanan yang dilalui, jadikan ia sebagai proses pembelajaran.

Kelak di masa yang akan datang kita akan merindukan masa-masa kecil, ingatan masa lalu yang akan terus membekas di dalam pikiran, biarkan dan terus tumbuhkan imaji itu agar hidup kita lebih berwarna. Pahami dan kenali betul alammu sebelum berkontribusi lebih jauh disana, agar engkau tahu seperti apa peran yang perlu diberikan, dengan pengetahuan dan rasa cintalah daerah ini bisa berkembang.

Saturday, October 10, 2020

Sistem Kontrol

Manifestasi dari proses panjang tarbiyah/pendidikan yang dilalui seseorang adalah adanya perbaikan terhadap pemahaman dan cara pandangnya, yang mana dari keduanya akan membentuk akhlak yang semakin baik pula. Poin-poin tersebut juga termaktub di dalam muwashofat muslim yang menjadi rujukan atau output dari suatu proses panjang yang didesain.

Jikalau ditemukan satu, dua, bahkan lebih orang yang ditarbiyah sejak lama tapi ternyata tidak mencerminkan pribadi yang sesuai dengan muwashofat muslim, maka jangan buru-buru menjustifikasi, check it.

Ibarat dalam suatu sistem kontrol, sistem tersebut harus mampu membuat process/controlled variable (proses tarbiyah) sesuai dengan set point (muwashofat muslim) sehingga output nya tercapai. 

Jika ternyata ditemukan output yang berbeda dengan set point, maka jangan langsung menyalahkan sistem kontrol itu, bisa saja ada kekeliruan dari controlled variable, bisa saja ada error yang terjadi dan kita luput dalam manipulated variable. Benahi dan perbaiki.

Konsep dari sistem kontrol ini menjadi pelajaran berharga buat kita, agar tidak terlalu mudah menjustifikasi dan menyalahkan, jangan buru-buru mengganti sistemnya, cek terlebih dahulu. Barangkali solusinya hanya dengan memperbaiki sistem tersebut.

Paling penting, tarbiyah madal hayah.

Tuesday, September 29, 2020

Kapurung

Makanan tradisional adalah bagian dari budaya, ia hadir dari proses panjang para pendahulu kita dalam mengobservasi pangan di sekitarnya, dari observasi itu kemudian lahir suatu metodologi dalam membuat makanan. 

Termasuk kapurung, salah satu makanan rakyat yang murah, sehat, dan bahan bakunya mudah diperoleh: sagu, jantung pisang, bayam, ikan/ayam, tomat, daun kemangi, kangkung, kacang, dll. 

Selagi punya kesempatan menikmati makanan tradisional, jangan disia-siakan, jadilah anak bangsa yang lahir dan tumbuh berdampingan dengan warisan kebudayaan kita yang memiliki cita rasa yang otentik. 

Thursday, September 24, 2020

Potret Kampung

Hakikat manusia adalah ia tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain, no man is an island, olehnya untuk menjaga kelangsungan hidupnya manusia perlu untuk membuat komunitas agar bisa hidup bersama. 

Hakikat ini menjadi kenyataan hidup yang lazimnya terjadi pada keseharian kita, ia bersifat intersubjektif. Kata intersubjektif sendiri digunakan oleh Gabriel Marcel dalam bukunya berjudul The Mystery of Being (Le mystère de l'être) (1951) untuk menyatakan terma tersebut sebagai keterbukaan subyek yang satu kepada subyek yang lain, eksistensi seseorang tidak akan berarti jika tidak ada orang lain, seorang manusia harus dapat menjalin relasi dengan sesamanya.

Kondisi ini, relasi antar individu, akan semakin kuat kita temui di perkampungan atau pedesaan. Salah satu contohnya di dusun Banca, desa Bontongan, Kec. Baraka, Kab. Enrekang, Sulsel ini. Ketika akan ada hajatan atau pernikahan misalnya, setiap orang secara sukarela akan berbondong-bondong membantu keluarga calon mempelai untuk menyiapkan acaranya, khususnya para ibu-ibu yang membantu mengolah pangan. 

Potret ini adalah jati diri bangsa kita sesungguhnya, tanpa memandang jabatan, kekayaan, dan keturunan. Semuanya hidup bergandengan, rukun, dan dibangun secara egaliter. Timbul kekhawatiran sebab gaya hidup yang ada di kota (terutamanya kota-kota besar), semakin kesini semakin membuat individu nya menjadi individualis, persepsi publik terhadap kota bahkan identik dengan konotasi negatif: tidak ramah, tingkat kriminalitas tinggi, dan banyak polusi jika dibandingkan dengan desa atau kampung. 

Kesadaran bahwa kita ada untuk saling membantu satu sama lain menjadi suatu nilai yang mesti terus kita rawat dan jaga. Nilai-nilai yang ada di desa atau kampung tidak boleh pudar oleh modernitas sosial. 

Wednesday, September 23, 2020

Berislam pada Tingkat Intelektual


Bercermin pada fenomena yang sering terjadi belakangan ini, tidak sedikit para intelektual muslim yang sering memberikan pernyataan kontroversial: Pro terhadap LGBT, menghalalkan seks di luar nikah, penghapusan mata pelajaran agama dari kurikulum sekolah, mengingkari kebenaran Al-Qur’an, jilbab tidaklah wajib bagi seorang muslimah, dan lain sebagainya. Apa yang menyebabkan seorang muslim berpikiran demikian? Padahal bisa jadi mereka juga menjalankan shalat, puasa, serta menunaikan zakat. Apakah sudah tepat bagi seseorang untuk shalih secara ritual tapi tidak shalih secara intelektual? Bagaimana kita menempatkan intelektual dalam koridor keshalihan?

Ustadz Hamid Fahmy Zarkasyi menjawab fenomena tersebut dalam bukunya yang berjudul Minhaj: Berislam, dari Ritual hingga Intelektual (2019). Beliau menyampaikan jika fenomena itu adalah suatu kesalahan berpikir, lebih lanjut disampaikan bahwa mengamalkan sebagai cara pandang berbeda dengan berislam dengan mengamalkan syari’at. Sebab dengan mengamalkan syari’at tidak menjamin mengubah cara berpikir. Namun, untuk dapat berpikir dengan cara yang benar, seorang muslim pertama-tama harus dapat memahami syari’at Islam dengan baik sebagai sebuah sistem tazkiyatu al-nafs yang mempunyai tujuan (maqasid). Syariat Islam harus dikerjakan dengan keimanan atau disertai dengan aqidah. Tanpa aqidah, syari’at tidak mempunyai makna apa-apa. Aqidah-pun harus dipahami dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada celah untuk tergelincir pada kesalahpahaman yang menyesatkan seperti kemusyrikan dan kekufuran.

Jika seseorang telah memahami aqidah dengan benar maka keislamannya akan meningkat menjadi akhlaq yang dijaga dengan ketaqwaan. Maka dari itu orang yang berakhlaq mulia itu mestinya tidak hanya amalan syari’atnya yang sempurna, keimanannya yang kokoh serta perilakunya (amalnya) yang shaleh, tapi juga pikirannya yang lurus, benar dan tidak keluar dari konsep-konsep yang terdapat dalam syari’at, aqidah dan akhlak. Pengetahuan (syari’ah), keimanan (aqidah), dan perbuatan (akhlaq) dalam Islam itu berpuncak pada cara pandang yang benar atau dalam pengertian umum disebut worldview.

Jika pengertian umum worldview adalah pikiran, perasaan, atau keyakinan yang menjadi motor bagi perubahan maka ini tidak lain dari iman-ilmu-amal dalam Islam. Pengertian worldview Islam adalah ilmu dan iman yang menjadi asas bagi segala perbuatan (akhlaq). Perbuatan (akhlaq-ihsan) harus berdasarkan pada keyakinan (iman) dan keimanan wajib dikaitkan dengan Islam (ilmu). Seorang muslim tidak akan berakhlaq baik jika dia tidak mempunyai ilmu tentang baik atau buruk dalam Islam. Ia juga tidak akan berpikir benar jika tidak tahu perbedaan antara salah dan benar menurut ajaran Islam. Jadi, ilmu, iman, dan amal telah merupakan worldview. Asalkan amal-amal seorang mukmin itu disertai dengan cara berpikir atau cara pandang yang benar. 

Jika seorang mukmin dan seorang muhsin beramal, dia tentu akan beramal berdasarkan pikirannya, sehingga ketika memandang dan melakukan sesuatu ia selalu berdasarkan apa yang diajarkan Islam. Seorang mukmin dan muhsin memandang segala sesuatu dari aspek duniawi dan ukhrawi, lahiriyah dan batiniyah, empiris dan non-empiris yaitu dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Ketika memakan makanan apapun seorang muslim, mukmin, dan muhsin tidak hanya melihat dari hygenis atau aspek nutrisi makanan tersebut, tapi juga melihat sesuatu dibalik itu yaitu status halal-haramnya. Seorang muslim, mukmin, dan muhsin dalam melakukan perbuatan, dia tidak akan melakukannya tanpa pertimbangan dan senantiasa berada pada batasan tujuan syari’ah.

*Dikutip dari buku karya Ustadz Hamid Fahmy Zarkasyi dengan judul Minhaj: Berislam, dari Ritual hingga Intelektual (2019)

Monday, September 21, 2020

Rumah Panggung

Rumah panggung merepresentasikan model bangunan tradisional, banyak ditemui di desa atau kampung yang ada di Sulsel, kalau yang ada di gambar itu salah satu potret rumah panggung yang ada di Banca, Kec. Baraka, Kab. Enrekang, Sulsel. 

Rumah panggung hadir tidak tanpa arti, setiap bagiannya memiliki fungsi bagi kehidupan manusia, bagi para penghuninya. Ada tiga bagian utama dari rumah panggung: 

(1) Bagian pertama adalah ruang atap atau biasa dikenal dengan loteng, ruang antara penutup atap dan langit-langit/plafon yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan pangan, menjemur pakaian maupun bahan pangan, dan tempat penyimpanan benda pusaka.

(2) Bagian kedua adalah badan rumah, terletak antara langit-langit dan lantai rumah berfungsi sebagai ruang hunian, tempat manusia melakukan segala aktivitasnya; menerima tamu, berkumpul dengan keluarga, beristirahat, tidur, makan dan memasak. 

(3) Bagian ketiga adalah kolong rumah,  ruang yang terletak antara lantai rumah dan tanah. Berfungsi sebagai tempat bersantai, bermain, tempat menyimpan alat-alat pertanian dan binatang ternak. 

Konsep design dari rumah panggung ini bisa menjadi alternatif bangunan masa depan, ada beberapa alasan: 

1. Konsep design bangunan kedepan mesti punya pertimbangan daya tahan terhadap bencana, dalam hal ini model konstruksi rumah panggung sesuai sebab ia bisa bertahan dari gempa dan banjir. Tentunya dari konsep ini akan melahirkan efisiensi dan solusi dalam mengantisipasi bencana. 

2. Rumah panggung memiliki sirkulasi udara yang relatif lebih baik, bahan utama bangunannya adalah kayu dan terdapat celah kecil pada setiap unit kayu yang disatukan menjadi dinding maupun lantai, hal itu tentunya menjadi ruang bagi udara untuk mengalir. Terlebih jika material atapnya tepat, tidak terbuat dari seng tapi bahan lain yang mampu menahan panas matahari (saya sendiri belum mengkaji terlalu jauh apakah ada material yang sesuai) maka akan sangat nyaman berada di dalam ruangan di siang hari, di tengah terik matahari. Dan tentunya dengan konsep ini, sistem pendingin ruangan tidak begitu diperlukan, terlebih total konsumsi energi bangunan rata-rata saat ini didominasi oleh sistem HVAC (Heating, ventilation, and air conditioning). 

3. Rumah panggung bisa menjadi solusi atas minimnya lahan untuk parkir saat ini, bagian kolong rumah bisa dirancang sebagai ruang untuk memarkirkan kendaraan, sehingga penghuni tidak perlu lagi memarkirkan kendaraan nya di pinggir jalan yang tentunya menghalangi kendaraan yang melintas. 

Rumah panggung, bangunan yang mungkin terlihat sederhana, tapi dari konsep sederhana itu memuat banyak fungsi yang bisa menunjang kebutuhan manusia. 

Monday, September 14, 2020

Keadilan Sosial


Kutipan dalam buku karya Mohammad Hatta, Islam Masjarakat Demokrasi dan Perdamaian (1957) 

Keadilan sosial belum tercapai, apabila dalam masyarakat masih terdapat pertentangan yang hebat antara kaya dan miskin, apabila kemakmuran belum merata keseluruh lapisan masyarakat. Manusia harus terlepas dari kesengsaraan hidup, dapat merasai freedom from want, barulah tercapai keadilan sosial. Sumber-sumber produksi di dalam negeri harus dikerahkan untuk mencapai kesejahteraan rakyat semuanya. 

Salah satu jalan untuk mencapai keadilan sosial ialah koperasi, yang mewujudkan kerjasama dengan dasar tolong-menolong. Organisasi-organisasi koperasi sesuai benar dengan cita-cita Islam, karena Islam meletakkan tanggung jawab pada individu untuk keselamatan masyarakat seluruhnya. 

Selanjutnya, untuk mencapai keadilan sosial menurut Islam, negara hendaklah merupakan suatu welfare state, yang menjamin kemakmuran bagi segala orang. Bukan kemakmuran jasmani saja, melainkan juga dan terutama kemakmuran rohani. Manusia akan tetap merasa miskin, apabila ia tidak dapat serta dalam pembangunan kultur. Kesejahteraan hidup baru tercapai, apabila ada perimbangan antara kemakmuran jasmani dan rohani. Perimbangan itu hanya tercapai, apabila seruan agama cukup berpengaruh dalam masyarakat. 


Thursday, September 10, 2020

Data Seluler dan WIFI

Sekiranya ada hikmah yang bisa diambil dari penggunaan data seluler dibandingkan dengan WIFI. 

Dengan WIFI, biasanya perilaku konsumsi data kita akan boros, selalu ingin membuka ini dan itu, streaming youtube, buka banyak medsos, hingga mendownload tanpa batas. 

Tapi jika menggunakan data seluler, kita akan lebih bijak, mengakses sesuatu berdasarkan prioritas, streaming di youtube pun juga jika benar-benar butuh, semuanya dilakukan berdasarkan keperluan. 

Komparasi perilaku konsumsi data antara WIFI dengan data seluler menjadi analogi sederhana dalam kita memandang hidup ini, seseorang yang hidupnya ingin bebas tanpa dikekang oleh norma atau aturan, cenderung hidupnya tidak beraturan, apapun dilakukan berdasarkan hawa nafsunya. 

Akan tetapi berbeda bagi yang hidupnya terikat oleh aturan, terikat oleh norma, wabilkhusus bagi umat beragama yang terikat oleh ajaran agamanya. Orang tersebut akan lebih bijak, hidup secara teratur, tidak menjadi parasit, dan berusaha untuk menghadirkan kedamaian serta keselamatan bagi seluruh makhluk.

Wednesday, September 9, 2020

Terperangkap dalam Status Quo

 

Pada tahun 1911 Marsekal Ferdinand Foch, seorang expert dalam bidang militer Perancis dan komandan perang dunia I mengatakan bahwa Les avions sont des jouets interessants mais n’ont aucune utilite militaire, pesawat terbang memang mainan menarik tetapi tidak ada nilainya secara militer. Argumen serupa juga hadir bahkan menjadi bahan tertawaan orang-orang dikala Orville dan Wilbur Wright tengah sibuk dalam menguji ide percobaan pesawat terbang pertama kali pada 30 Mei 1899. Akan tetapi, saat Wright bersaudara membuktikan bahwa benda yang lebih berat dari udara bisa terbang atau saat Amerika mulai masif dalam menggunakan pesawat dalam perang, barulah tawa lugu berhenti dan pikiran lama berganti. Dari dua cerita ini paling tidak kita bisa mengambil pelajaran, yang pertama bahwa tidak selalu seseorang yang punya status sosial yang tinggi di tengah masyarakat memiliki pendapat yang terjamin kebenarannya, ia tetap akan dihadapkan pada realitas dan konsep baru yang lebih segar. Kedua, para pemikir yang mengubah tatanan kehidupan dunia selalu berawal dari pemikiran-pemikiran out of the box, ide-ide yang muncul melampaui zamannya, maka jangan menyepelekan ide-ide yang barangkali menurut kita konyol atau aneh pada masa kini.

Perubahan akan terus terjadi seiring berjalannya waktu dan di masa kini teknologi menjadi topik yang sangat hangat, juga memiliki tingkat perubahan yang sangat cepat dan eksponensial. MIT Sloan Management Review dalam salah satu studi digital bisnisnya (2016) menunjukkan bahwa 87% para eksekutif mengatakan teknologi digital akan mengganggu kelangsungan industri mereka, tetapi hanya 44% yang mengatakan perusahaan mereka melakukan cukup persiapan untuk menghadapi teknologi digital. Nokia sebagai perusahaan besar yang sangat populer pada masanya bahkan menjadi salah satu korban akibat minimnya inovasi, tidak mampu bersaing dengan teknologi lain yang menawarkan fitur yang semakin canggih.

Kurva tingkat perubahan teknologi melampaui tingkat perubahan yang mampu dilakukan oleh individu, sektor bisnis dan kebijakan publik. Artinya bahwa teknologi yang kita gunakan sekarang ini, bisa jadi akan berbeda total dengan teknologi yang ada pada tahun depan.

Disruption, demikian istilah yang diungkapkan oleh Rhenald Kasali dalam merespon fenomena perubahan besar-besaran yang dialami oleh banyak industri saat ini. Kita menyaksikan banyak terobosan baru yang digagas lewat cara baru, peradaban kita berpindah dari dunia industri ke dunia digital. Rhenald Kasali di dalam bukunya The Great Shifting mengatakan bahwa, disruption telah menimbulkan peristiwa-peristiwa shifting yang tak kecil. Namun, disruption tak hanya menimbulkan efek shifting, melainkan juga efek psikologis yang besar bagi mereka yang pelanggan-pelanggannya berpindah. Masih ingat dengan cerita driver Gojek di awal-awal perintisannya? Banyak dari mereka yang di-bully oleh ojek pengkolan karena dianggap menarik pelanggan mereka.

Bisa dibayangkan jika para ojek pengkolan masih ngotot untuk mempertahankan cara mereka dalam menggaet konsumen, maka pastinya mereka akan tenggelam oleh platform yang menawarkan cara baru yang lebih fleksibel, murah, dan nyaman bagi konsumen. Sehingga pilihannya, mau tidak mau harus beradaptasi dengan cara-cara baru.

Dalam setiap era, para pemenang hadir dengan inovasinya, mereka menawarkan ide-ide out of the box yang belum pernah ada sebelumnya. Yang kalah tentunya adalah mereka yang tidak mau keluar dari zona nyaman, terperangkap dalam status quo. Ke depan jika kita ingin bersaing, berinovasilah.