Friday, March 29, 2019

Apa yang Mempengaruhi Persepsi dan Perilaku Kita?



Ketidakpahaman, rasa iri, dan benci menjadi alasan hilangnya akal sehat seseorang dalam memberikan penilaian maupun komentar. Terkadang kita dengan mudah memberikan justifikasi hanya dengan bermodalkan sepotong kalimat yang dibaca dari media, yang dimana bisa jadi kalimat itupun dipelintir oleh media untuk bisa menjadi viral. Terlebih lagi jika kutipan dari media itu sesuai dengan apa yang kita yakini selama ini, maka akan semakin menjadi-jadilah persepsi kita. Ketika seseorang sudah merasa benci kepada sosok figur, maka apapun kebenaran yang ada pada figur tersebut akan menjadi salah di mata orang tadi. Orang yang sudah fanatik kepada salah seorang figur, biasanya faktor yang mempengaruhinya adalah karena informasi yang ia peroleh hanya didapatkan dari satu sisi saja, terlebih di era big data ini. Big data memiliki peran dalam mengarahkan penggunanya terhadap informasi yang akan diperoleh selanjutnya, kebiasaan seseorang dalam berinteraksi melalui media sosial akan membuat grafik data tersendiri, setiap postingan atau informasi yang diakses akan terkumpul di dalam ekosistem big data. Sebagai contoh orang yang suka mengakses informasi tentang sepakbola pasti akan selalu memantau akun sepakbola, terlibat dalam forum diskusi tentang sepakbola, maka dari situ big data bisa mengetahui keinginan pengguna yang selanjutnya akan diberikan penawaran-penawaran mengenai sepakbola dalam bentuk iklan atau informasi.

Hadirnya pers/media daring di zaman sekarang ini memberikan pengaruh besar terhadap persepsi seseorang. Redaktur Pelaksana Republika Elba Damhuri (2018) mengatakan bahwa di Indonesia ada sekitar 130 juta orang yang menggunakan media sosial, yang menarik adalah dari jumlah tersebut ternyata hanya ada 6 juta orang yang membaca berita online (daring). Ini menunjukkan bahwa hanya sekitar 4% pengguna media sosial yang benar-benar membaca konten sepenuhnya dari berita yang biasa berkeliaran di media sosial, selebihnya hanya ikut-ikutan atau sekedar menarik kesimpulan dari judul berita saja. Pembaca media daring di Indonesia mengalami tren kenaikan grafik menjadi enam juta jiwa pada tahun 2018 dan pembaca media cetak turun menjadi 4,5 juta. Meski demikian, secara teori pembaca berita di Indonesia tidak ada peningkatan. Terbukti, pada 2014 ada 11,5 juta jiwa penduduk Indonesia yang membaca berita dan pada 2017 ada 10,5 juta pembaca. Membuktikan bahwa masyarakat Indonesia secara literasi masih belum cukup bagus, generasi milenial masih banyak yang tidak membaca berita di situs berita.

Ibnu Qayyim mengatakan, “Hati-hatilah terhadap lintasan pikiran yang melintas dalam pikiran Anda.” Mengutip perkataan Anis Matta dalam bukunya Model Manusia Muslim Pesona Abad ke-21 bahwa awal dari semua yang kita lakukan berasal dari lintasan pikiran. Setiap harinya ratusan lintasan pikiran lewat dalam pikiran kita. Dari ratusan lintasan pikiran itu ada satu atau dua yang seringkali terlintas, mungkin karena bendanya sering terlihat. Lintasan yang sering terlintas akan termemorikan. Semakin sering terlintas, lama-kelamaan lintasan itu akan menjadi gagasan. Jika gagasan itu menguat dalam diri kita, maka ia akan menjadi sebuah keyakinan. Dan jika keyakinan telah menguat juga dalam diri kita, maka ia akan menjadi kemauan. Jika telah menjadi sebuah kemauan, maka kita akan melakukannya. Itulah tahapan yang akan membentuk perilaku seseorang yang tidak terlihat dari luar. Ini semua terjadi secara internal. Lanjut Anis Matta dalam bukunya tersebut juga mengatakan jika ada perilaku dari diri kita yang ingin diubah, cara paling tepat yang bisa dilakukan adalah dengan mengubah pada skala pemikiran. Jika seseorang sering berpikir kotor, maka kata-kata yang akan dikeluarkan adalah kata-kata kotor pula. Secara teoritis, seorang anak kecil yang menguasai sekitar 2500 kata itu berarti segala tindakan dan kata-kata yang keluar dari lisannya tidak akan jauh dari 2500 kosa kata tersebut. Jumlah kosa kata yang dominan dalam diri seseorang itulah yang akan menentukan setiap kata yang keluar dari mulutnya.

Setiap orang tentu memiliki pilihan masing-masing dan itu menjadi hak setiap individu, Ibrahim Elfiky (2009) mengatakan bahwa segala perbuatan manusia adalah hasil langsung dari pikirannya sebagaimana ia berdiri, bangkit, dan produktif karena dorongan pikirannya. Berpikir positiflah dan berusaha untuk obyektif dalam menilai dan memilah informasi di era sekarang ini.