Wednesday, May 15, 2019

Kita Akan Tetap Berada di Jalan-Nya, InsyaAllah


Bergerak seirama dalam sebuah tujuan yang sama memberikan energi positif di dalam ruang hati dan pikiran agar kita bisa semakin bijak dan cerdas dalam bersikap. Hati dan pikiran menjadi instrumen terpenting pada diri seseorang dalam menentukan arah hidupnya ke depan mau seperti apa, salah satu kaidah yang ditulis oleh Syaikh Muhammad al Ghazali bahwa anta maa kaifa tufakkir, anda akan menjadi seperti apa yang anda pikirkan. Artinya bahwa realitas seseorang di alam kenyataan timbul karena sebelumnya pikiran-pikiran itu telah terakomodasi menjadi sebuah realitas di alam pemikiran. Hati yang bersih dan pikiran yang jernih, ketika kedua bekal ini bersatu padu maka insyaAllah realitas di alam pemikiran kita akan mengarahkan kita pada jalan kebaikan. Berkumpul bersama orang-orang sholih menjadi salah satu upaya dalam menjaga hati dan pikiran kita, menjaga realitas yang ada di alam pemikiran untuk kemudian hadir menjadi realitas di alam kenyataan.

Saya bersyukur karena Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa menjaga diri saya, dengan menempatkan saya berada di dalam lingkungan orang-orang sholih. Lingkungan dimana akan selalu ada kawan yang meluruskan disaat saya melakukan kesalahan, banyak inspirasi-inspirasi yang lahir dari mereka. Memang, setiap orang pasti pernah dan akan berada pada titik kefuturan, akan tetapi yang membedakan adalah turning point-nya, bagaimana perlakuan kita atas setiap dosa-dosa yang telah diperbuat. Berkumpul bersama orang-orang sholih tidak hanya bicara tentang targetan di dunia melainkan bagaimana kita bisa menjadikan setiap target kita menjadi ladang amal untuk melipatgandakan pahala yang akan memberikan manfaat bagi diri pribadi maupun orang lain kini maupun di akhirat nanti.

Jika di dalam kebersamaan saja kita tertatih-tatih, apatah lagi jika kita berada dalam kesendirian. Jika kita masih biasa melakukan perbuatan dosa di dalam kebersamaan, apatah lagi jika kita berada dalam kesendirian. Maka berkumpul dengan orang-orang sholih insyaAllah akan menghadirkan suasana keimanan di dalam diri kita, membuat turning point yang lebih cepat dibandingkan saat kita berada dalam kesendirian.

Yang paling penting dari kebersamaan tentunya adalah jangan sampai kebersamaan yang kita hadirkan justru membuat kita malah menjauh dari Allah Subhanahu wa ta’ala dan semakin banyak perbuatan dosa yang kita lakukan. Kebersamaan yang kita harapkan tentu yang senantiasa mengingatkan kita di dalam setiap kebaikan, jika diibaratkan dalam grafik fungsi eksponensial, yang kita harapkan adalah grafik dengan fungsi y = 2x bukan fungsi y = (½)x.

Terakhir, hati kita menyerupai kunci dari perubahan besar pada kehidupan kita. Agar hati kita lebih terhubung dengan Allah, maka kita bisa menyelami lebih dalam makna kebersamaan di jalan dakwah ini. Bersama-sama kita memandang sesuatu yang lebih dalam, dari apa yang kita lihat secara kasat bahkan dari apa yang kita rasa. Itulah mengapa kita hadir disini, bukan karena kebetulan, namun karena Allah sudah menakdirkan kita bersama menyeberangi lautan perjuangan hingga sampai pada batas kehidupan terakhir kita, insyaAllah.


Thursday, May 9, 2019

Betapa Ruginya Saya



Setiap orang memiliki 24 jam dalam sehari, orang kaya atau miskin, bahagia atau sengsara, mahasiswa atau dosen, kita semua memiliki waktu yang sama. Dalam sebuah penelitian, Michael Fortino, seorang pakar manajemen waktu asal Amerika, mengungkapkan hasil penelitian selama 20 tahun bahwa orang biasa menggunakan waktunya 7 tahun di kamar mandi, 6 tahun di meja makan, 6 bulan berhenti di lampu merah, 120 jam untuk sikat gigi.”  Setiap orang memiliki porsi waktu yang sama, tidak ada yang berbeda walau cuma sedetik pun itu. Orang-orang yang selalu mengeluh karena tidak punya waktu, persoalan utamanya justru bukan terletak pada tidak adanya waktu yang cukup untuk mewujudkan sesuatu yang ingin dikerjakan. Melainkan, masalahnya ada pada ketidakmampuan kita dalam memanfaatkan waktu dengan baik dan benar untuk mengerjakan sesuatu yang harus dilakukan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan bahwa ni'matani magbunun fihima katsirun minannaas ashhihatu walfarooq, dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya yaitu kesehatan dan waktu luang.

Seseorang ditanya mengapa kamu jarang beribadah di masjid? Jawabnya karena ia merasa dirinya masih muda, masih ingin menikmati masa-masa muda dengan hura-hura, bermain, biarlah urusan ibadah nanti ketika sudah tua. Padahal urusan kematian tidak ada yang tahu, bisa jadi kita akan dipanggil oleh Allah Subhanahu wa ta’ala besok. Ada anak muda yang fisiknya terlihat kuat, ia jarang sekali sakit, tiga kali dalam sepekan ia berolahraga, tapi belum cukup usianya 20 tahun telah dipanggil oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Ada juga seseorang yang sejak lahir tidak bisa melihat, berjalan tertatih-tatih, oleh dokter diprediksi tidak akan hidup lama, namun masih bisa bertahan hidup sampai sekarang.

Waktu yang kita punya terbatas, maka jadikanlah setiap jam setiap menit setiap detik itu memberikan manfaat kepada diri kita maupun orang lain. Belajar dari para ulama terdahulu, ruhbanun bil lail wa fursanun bin nahar, mereka bagai rahib di waktu malam dan pejuang di waktu siang, artinya bahwa malam harinya diisi dengan menjadi hamba yang selalu terjaga untuk berdzikir dan siang hari menjadi pekerja keras yang tangguh. Amr bin Dinar biasa membagi waktu malam menjadi tiga: sepertiga untuk tidur, sepertiga untuk berdiskusi, sepertiga untuk shalat malam. Imam Syafi’i membagi waktu malamnya menjadi tiga: sepertiga malam pertama untuk menulis, sepertiga malam kedua untuk shalat (malam) dan sepertiga malam terakhir untuk tidur.

Hikmah dari para salafus sholih semoga membuat hidup kita menjadi lebih teratur, bisa lebih baik lagi dalam mengatur waktu, mengatur skala prioritas, menjaga hubungan dengan Allah Subhanahu wa ta’ala juga manusia yang lain. Setiap aktivitas yang kita pilih memberikan konsekuensi terhadap kehidupan kita, maka bijaklah dalam memilih.