Tuesday, September 29, 2020

Kapurung

Makanan tradisional adalah bagian dari budaya, ia hadir dari proses panjang para pendahulu kita dalam mengobservasi pangan di sekitarnya, dari observasi itu kemudian lahir suatu metodologi dalam membuat makanan. 

Termasuk kapurung, salah satu makanan rakyat yang murah, sehat, dan bahan bakunya mudah diperoleh: sagu, jantung pisang, bayam, ikan/ayam, tomat, daun kemangi, kangkung, kacang, dll. 

Selagi punya kesempatan menikmati makanan tradisional, jangan disia-siakan, jadilah anak bangsa yang lahir dan tumbuh berdampingan dengan warisan kebudayaan kita yang memiliki cita rasa yang otentik. 

Thursday, September 24, 2020

Potret Kampung

Hakikat manusia adalah ia tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain, no man is an island, olehnya untuk menjaga kelangsungan hidupnya manusia perlu untuk membuat komunitas agar bisa hidup bersama. 

Hakikat ini menjadi kenyataan hidup yang lazimnya terjadi pada keseharian kita, ia bersifat intersubjektif. Kata intersubjektif sendiri digunakan oleh Gabriel Marcel dalam bukunya berjudul The Mystery of Being (Le mystère de l'être) (1951) untuk menyatakan terma tersebut sebagai keterbukaan subyek yang satu kepada subyek yang lain, eksistensi seseorang tidak akan berarti jika tidak ada orang lain, seorang manusia harus dapat menjalin relasi dengan sesamanya.

Kondisi ini, relasi antar individu, akan semakin kuat kita temui di perkampungan atau pedesaan. Salah satu contohnya di dusun Banca, desa Bontongan, Kec. Baraka, Kab. Enrekang, Sulsel ini. Ketika akan ada hajatan atau pernikahan misalnya, setiap orang secara sukarela akan berbondong-bondong membantu keluarga calon mempelai untuk menyiapkan acaranya, khususnya para ibu-ibu yang membantu mengolah pangan. 

Potret ini adalah jati diri bangsa kita sesungguhnya, tanpa memandang jabatan, kekayaan, dan keturunan. Semuanya hidup bergandengan, rukun, dan dibangun secara egaliter. Timbul kekhawatiran sebab gaya hidup yang ada di kota (terutamanya kota-kota besar), semakin kesini semakin membuat individu nya menjadi individualis, persepsi publik terhadap kota bahkan identik dengan konotasi negatif: tidak ramah, tingkat kriminalitas tinggi, dan banyak polusi jika dibandingkan dengan desa atau kampung. 

Kesadaran bahwa kita ada untuk saling membantu satu sama lain menjadi suatu nilai yang mesti terus kita rawat dan jaga. Nilai-nilai yang ada di desa atau kampung tidak boleh pudar oleh modernitas sosial. 

Wednesday, September 23, 2020

Berislam pada Tingkat Intelektual


Bercermin pada fenomena yang sering terjadi belakangan ini, tidak sedikit para intelektual muslim yang sering memberikan pernyataan kontroversial: Pro terhadap LGBT, menghalalkan seks di luar nikah, penghapusan mata pelajaran agama dari kurikulum sekolah, mengingkari kebenaran Al-Qur’an, jilbab tidaklah wajib bagi seorang muslimah, dan lain sebagainya. Apa yang menyebabkan seorang muslim berpikiran demikian? Padahal bisa jadi mereka juga menjalankan shalat, puasa, serta menunaikan zakat. Apakah sudah tepat bagi seseorang untuk shalih secara ritual tapi tidak shalih secara intelektual? Bagaimana kita menempatkan intelektual dalam koridor keshalihan?

Ustadz Hamid Fahmy Zarkasyi menjawab fenomena tersebut dalam bukunya yang berjudul Minhaj: Berislam, dari Ritual hingga Intelektual (2019). Beliau menyampaikan jika fenomena itu adalah suatu kesalahan berpikir, lebih lanjut disampaikan bahwa mengamalkan sebagai cara pandang berbeda dengan berislam dengan mengamalkan syari’at. Sebab dengan mengamalkan syari’at tidak menjamin mengubah cara berpikir. Namun, untuk dapat berpikir dengan cara yang benar, seorang muslim pertama-tama harus dapat memahami syari’at Islam dengan baik sebagai sebuah sistem tazkiyatu al-nafs yang mempunyai tujuan (maqasid). Syariat Islam harus dikerjakan dengan keimanan atau disertai dengan aqidah. Tanpa aqidah, syari’at tidak mempunyai makna apa-apa. Aqidah-pun harus dipahami dengan sebaik-baiknya sehingga tidak ada celah untuk tergelincir pada kesalahpahaman yang menyesatkan seperti kemusyrikan dan kekufuran.

Jika seseorang telah memahami aqidah dengan benar maka keislamannya akan meningkat menjadi akhlaq yang dijaga dengan ketaqwaan. Maka dari itu orang yang berakhlaq mulia itu mestinya tidak hanya amalan syari’atnya yang sempurna, keimanannya yang kokoh serta perilakunya (amalnya) yang shaleh, tapi juga pikirannya yang lurus, benar dan tidak keluar dari konsep-konsep yang terdapat dalam syari’at, aqidah dan akhlak. Pengetahuan (syari’ah), keimanan (aqidah), dan perbuatan (akhlaq) dalam Islam itu berpuncak pada cara pandang yang benar atau dalam pengertian umum disebut worldview.

Jika pengertian umum worldview adalah pikiran, perasaan, atau keyakinan yang menjadi motor bagi perubahan maka ini tidak lain dari iman-ilmu-amal dalam Islam. Pengertian worldview Islam adalah ilmu dan iman yang menjadi asas bagi segala perbuatan (akhlaq). Perbuatan (akhlaq-ihsan) harus berdasarkan pada keyakinan (iman) dan keimanan wajib dikaitkan dengan Islam (ilmu). Seorang muslim tidak akan berakhlaq baik jika dia tidak mempunyai ilmu tentang baik atau buruk dalam Islam. Ia juga tidak akan berpikir benar jika tidak tahu perbedaan antara salah dan benar menurut ajaran Islam. Jadi, ilmu, iman, dan amal telah merupakan worldview. Asalkan amal-amal seorang mukmin itu disertai dengan cara berpikir atau cara pandang yang benar. 

Jika seorang mukmin dan seorang muhsin beramal, dia tentu akan beramal berdasarkan pikirannya, sehingga ketika memandang dan melakukan sesuatu ia selalu berdasarkan apa yang diajarkan Islam. Seorang mukmin dan muhsin memandang segala sesuatu dari aspek duniawi dan ukhrawi, lahiriyah dan batiniyah, empiris dan non-empiris yaitu dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Ketika memakan makanan apapun seorang muslim, mukmin, dan muhsin tidak hanya melihat dari hygenis atau aspek nutrisi makanan tersebut, tapi juga melihat sesuatu dibalik itu yaitu status halal-haramnya. Seorang muslim, mukmin, dan muhsin dalam melakukan perbuatan, dia tidak akan melakukannya tanpa pertimbangan dan senantiasa berada pada batasan tujuan syari’ah.

*Dikutip dari buku karya Ustadz Hamid Fahmy Zarkasyi dengan judul Minhaj: Berislam, dari Ritual hingga Intelektual (2019)

Monday, September 21, 2020

Rumah Panggung

Rumah panggung merepresentasikan model bangunan tradisional, banyak ditemui di desa atau kampung yang ada di Sulsel, kalau yang ada di gambar itu salah satu potret rumah panggung yang ada di Banca, Kec. Baraka, Kab. Enrekang, Sulsel. 

Rumah panggung hadir tidak tanpa arti, setiap bagiannya memiliki fungsi bagi kehidupan manusia, bagi para penghuninya. Ada tiga bagian utama dari rumah panggung: 

(1) Bagian pertama adalah ruang atap atau biasa dikenal dengan loteng, ruang antara penutup atap dan langit-langit/plafon yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan bahan pangan, menjemur pakaian maupun bahan pangan, dan tempat penyimpanan benda pusaka.

(2) Bagian kedua adalah badan rumah, terletak antara langit-langit dan lantai rumah berfungsi sebagai ruang hunian, tempat manusia melakukan segala aktivitasnya; menerima tamu, berkumpul dengan keluarga, beristirahat, tidur, makan dan memasak. 

(3) Bagian ketiga adalah kolong rumah,  ruang yang terletak antara lantai rumah dan tanah. Berfungsi sebagai tempat bersantai, bermain, tempat menyimpan alat-alat pertanian dan binatang ternak. 

Konsep design dari rumah panggung ini bisa menjadi alternatif bangunan masa depan, ada beberapa alasan: 

1. Konsep design bangunan kedepan mesti punya pertimbangan daya tahan terhadap bencana, dalam hal ini model konstruksi rumah panggung sesuai sebab ia bisa bertahan dari gempa dan banjir. Tentunya dari konsep ini akan melahirkan efisiensi dan solusi dalam mengantisipasi bencana. 

2. Rumah panggung memiliki sirkulasi udara yang relatif lebih baik, bahan utama bangunannya adalah kayu dan terdapat celah kecil pada setiap unit kayu yang disatukan menjadi dinding maupun lantai, hal itu tentunya menjadi ruang bagi udara untuk mengalir. Terlebih jika material atapnya tepat, tidak terbuat dari seng tapi bahan lain yang mampu menahan panas matahari (saya sendiri belum mengkaji terlalu jauh apakah ada material yang sesuai) maka akan sangat nyaman berada di dalam ruangan di siang hari, di tengah terik matahari. Dan tentunya dengan konsep ini, sistem pendingin ruangan tidak begitu diperlukan, terlebih total konsumsi energi bangunan rata-rata saat ini didominasi oleh sistem HVAC (Heating, ventilation, and air conditioning). 

3. Rumah panggung bisa menjadi solusi atas minimnya lahan untuk parkir saat ini, bagian kolong rumah bisa dirancang sebagai ruang untuk memarkirkan kendaraan, sehingga penghuni tidak perlu lagi memarkirkan kendaraan nya di pinggir jalan yang tentunya menghalangi kendaraan yang melintas. 

Rumah panggung, bangunan yang mungkin terlihat sederhana, tapi dari konsep sederhana itu memuat banyak fungsi yang bisa menunjang kebutuhan manusia. 

Monday, September 14, 2020

Keadilan Sosial


Kutipan dalam buku karya Mohammad Hatta, Islam Masjarakat Demokrasi dan Perdamaian (1957) 

Keadilan sosial belum tercapai, apabila dalam masyarakat masih terdapat pertentangan yang hebat antara kaya dan miskin, apabila kemakmuran belum merata keseluruh lapisan masyarakat. Manusia harus terlepas dari kesengsaraan hidup, dapat merasai freedom from want, barulah tercapai keadilan sosial. Sumber-sumber produksi di dalam negeri harus dikerahkan untuk mencapai kesejahteraan rakyat semuanya. 

Salah satu jalan untuk mencapai keadilan sosial ialah koperasi, yang mewujudkan kerjasama dengan dasar tolong-menolong. Organisasi-organisasi koperasi sesuai benar dengan cita-cita Islam, karena Islam meletakkan tanggung jawab pada individu untuk keselamatan masyarakat seluruhnya. 

Selanjutnya, untuk mencapai keadilan sosial menurut Islam, negara hendaklah merupakan suatu welfare state, yang menjamin kemakmuran bagi segala orang. Bukan kemakmuran jasmani saja, melainkan juga dan terutama kemakmuran rohani. Manusia akan tetap merasa miskin, apabila ia tidak dapat serta dalam pembangunan kultur. Kesejahteraan hidup baru tercapai, apabila ada perimbangan antara kemakmuran jasmani dan rohani. Perimbangan itu hanya tercapai, apabila seruan agama cukup berpengaruh dalam masyarakat. 


Thursday, September 10, 2020

Data Seluler dan WIFI

Sekiranya ada hikmah yang bisa diambil dari penggunaan data seluler dibandingkan dengan WIFI. 

Dengan WIFI, biasanya perilaku konsumsi data kita akan boros, selalu ingin membuka ini dan itu, streaming youtube, buka banyak medsos, hingga mendownload tanpa batas. 

Tapi jika menggunakan data seluler, kita akan lebih bijak, mengakses sesuatu berdasarkan prioritas, streaming di youtube pun juga jika benar-benar butuh, semuanya dilakukan berdasarkan keperluan. 

Komparasi perilaku konsumsi data antara WIFI dengan data seluler menjadi analogi sederhana dalam kita memandang hidup ini, seseorang yang hidupnya ingin bebas tanpa dikekang oleh norma atau aturan, cenderung hidupnya tidak beraturan, apapun dilakukan berdasarkan hawa nafsunya. 

Akan tetapi berbeda bagi yang hidupnya terikat oleh aturan, terikat oleh norma, wabilkhusus bagi umat beragama yang terikat oleh ajaran agamanya. Orang tersebut akan lebih bijak, hidup secara teratur, tidak menjadi parasit, dan berusaha untuk menghadirkan kedamaian serta keselamatan bagi seluruh makhluk.

Wednesday, September 9, 2020

Terperangkap dalam Status Quo

 

Pada tahun 1911 Marsekal Ferdinand Foch, seorang expert dalam bidang militer Perancis dan komandan perang dunia I mengatakan bahwa Les avions sont des jouets interessants mais n’ont aucune utilite militaire, pesawat terbang memang mainan menarik tetapi tidak ada nilainya secara militer. Argumen serupa juga hadir bahkan menjadi bahan tertawaan orang-orang dikala Orville dan Wilbur Wright tengah sibuk dalam menguji ide percobaan pesawat terbang pertama kali pada 30 Mei 1899. Akan tetapi, saat Wright bersaudara membuktikan bahwa benda yang lebih berat dari udara bisa terbang atau saat Amerika mulai masif dalam menggunakan pesawat dalam perang, barulah tawa lugu berhenti dan pikiran lama berganti. Dari dua cerita ini paling tidak kita bisa mengambil pelajaran, yang pertama bahwa tidak selalu seseorang yang punya status sosial yang tinggi di tengah masyarakat memiliki pendapat yang terjamin kebenarannya, ia tetap akan dihadapkan pada realitas dan konsep baru yang lebih segar. Kedua, para pemikir yang mengubah tatanan kehidupan dunia selalu berawal dari pemikiran-pemikiran out of the box, ide-ide yang muncul melampaui zamannya, maka jangan menyepelekan ide-ide yang barangkali menurut kita konyol atau aneh pada masa kini.

Perubahan akan terus terjadi seiring berjalannya waktu dan di masa kini teknologi menjadi topik yang sangat hangat, juga memiliki tingkat perubahan yang sangat cepat dan eksponensial. MIT Sloan Management Review dalam salah satu studi digital bisnisnya (2016) menunjukkan bahwa 87% para eksekutif mengatakan teknologi digital akan mengganggu kelangsungan industri mereka, tetapi hanya 44% yang mengatakan perusahaan mereka melakukan cukup persiapan untuk menghadapi teknologi digital. Nokia sebagai perusahaan besar yang sangat populer pada masanya bahkan menjadi salah satu korban akibat minimnya inovasi, tidak mampu bersaing dengan teknologi lain yang menawarkan fitur yang semakin canggih.

Kurva tingkat perubahan teknologi melampaui tingkat perubahan yang mampu dilakukan oleh individu, sektor bisnis dan kebijakan publik. Artinya bahwa teknologi yang kita gunakan sekarang ini, bisa jadi akan berbeda total dengan teknologi yang ada pada tahun depan.

Disruption, demikian istilah yang diungkapkan oleh Rhenald Kasali dalam merespon fenomena perubahan besar-besaran yang dialami oleh banyak industri saat ini. Kita menyaksikan banyak terobosan baru yang digagas lewat cara baru, peradaban kita berpindah dari dunia industri ke dunia digital. Rhenald Kasali di dalam bukunya The Great Shifting mengatakan bahwa, disruption telah menimbulkan peristiwa-peristiwa shifting yang tak kecil. Namun, disruption tak hanya menimbulkan efek shifting, melainkan juga efek psikologis yang besar bagi mereka yang pelanggan-pelanggannya berpindah. Masih ingat dengan cerita driver Gojek di awal-awal perintisannya? Banyak dari mereka yang di-bully oleh ojek pengkolan karena dianggap menarik pelanggan mereka.

Bisa dibayangkan jika para ojek pengkolan masih ngotot untuk mempertahankan cara mereka dalam menggaet konsumen, maka pastinya mereka akan tenggelam oleh platform yang menawarkan cara baru yang lebih fleksibel, murah, dan nyaman bagi konsumen. Sehingga pilihannya, mau tidak mau harus beradaptasi dengan cara-cara baru.

Dalam setiap era, para pemenang hadir dengan inovasinya, mereka menawarkan ide-ide out of the box yang belum pernah ada sebelumnya. Yang kalah tentunya adalah mereka yang tidak mau keluar dari zona nyaman, terperangkap dalam status quo. Ke depan jika kita ingin bersaing, berinovasilah.