Monday, February 17, 2014

Membangun Obsesi


Bismillahirrahmanirrahim..
Obsesi??
Satu kata yang sering didengar dan sering digunakan dalam mengharapkan sesuatu yang benar-benar ingin diraih. Banyak di antara kita memiliki obsesi namun tak tahu batas-batas obsesi itu sampai mana. Bahkan banyak yang mengartikan obsesi itu sekedar pengharapan dunia saja, tanpa berharap lebih jauh kepada akhirat-Nya.

Kita mulai dari awal, obsesi itu apa sih?
Obsesi dalam pengertian luasnya bisa diartikan sebagai cita-cita, “motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan.” Sekiranya dengan motivasi lebih kita akan merasa lebih nyaman dengan pekerjaan kita dalam meraih sebuah impian. Namun masalahnya sekarang, masih banyak di antara kita yang ragu-ragu dalam menentukan cita-cita, masih takut dalam menentukan langkah pijakan selanjutnya. Perlu diketahui bahwa cita-cita ada yang bersifat tinggi atau rendah. Ada orang yang bercita-cita tinggi, setinggi langit dan ada juga yang bercita-cita sederhana, hina dan rendah hingga tingkatan yang paling buruk. Ibnu Qoyyim Rahimahullah memaknai hal tersebut dengan:
Cita-cita tinggi adalah (jiwa) yang tak akan pernah terhenti kecuali kepada Allah, tidak akan tergantikan dengan sesuatu apapun oleh selain-Nya, tidak rela ditukar oleh yang lain sebagai ganti-Nya, tidak akan menjual apa yang ia peroleh dari Allah berupa kedekatan, kelembutan, kesenangan dan kegembiraan dengan harga yang murah dan fana. Maka, cita-cita tinggi jika dibandingkan dengan cita-cita yang lainnya bagaikan burung yang terbang tinggi menjulang dengan burung-burung lain (yang ada di bawahnya). Ia tidak rela jatuh ke bawah, tidak akan mudah tersentuh oleh penyakit hingga sampai kepada mereka, karena semakin tinggi cita-cita semakin jauh dari penyakit (virus) dan semakin rendah cita-cita maka akan mudah diserang oleh berbagai penyakit dari setiap arah.”

Hal yang paling mendasari mereka yang bercita-cita rendah adalah karena rasa pesimis yang tertanam dalam dirinya, hal ini karena mereka menganggap dirinya tidaklah sebaik orang lain, tidaklah sepintar orang lain, tidaklah sehebat orang lain. Padahal sebenarnya kita semua sama, hanya usaha lah yang membedakan. Tentu akan ada hasil yang diraih jika usaha kita sungguh-sungguh adanya.

Bagaimana menanamkan sikap obsesi yang baik?
Perlu kita ketahui sebelumnya bahwa hidup akan lebih indah dengan obsesi!
Alangkah lebih indahnya jika obsesi itu ditanamkan dengan kemuliaan jiwa. Dengan merasakan nikmatnya dalam mengenal dan mencintai Allah, rindu bertemu dengan-Nya, menyenangi apa yang disukai dan diridhoi oleh-Nya. Dan bersikap positif terhadap pengharapan yang dicita-citakan.

Obsesi yang positif adalah dorongan terbesar yang akan membebaskan belenggu ketakutan yang anda rasakan selama ini. Membangun obsesi berarti menata rencana hidup menjadi lebih baik setiap hari juga senantiasa memelihara pengharapan dan cita-cita demi membangun kepribadian dan kehidupan yang lebih bermakna.
Tidaklah keinginan itu dapat diraih dengan angan-angan, tetapi dengan menjadikan dunia sebagai pengorbanannya.”

Dibalik obsesi tinggi terhadap dunia, perlu ada pengorbanan yang besar dalam meraih tujuan akhir yang hakiki yakni obsesi dalam meraih surga-Nya. Karena sungguh pada akhirnya kita akan kembali kepada-Nya.

                Wallahu A’lam Bishawab..
                Jazakallahu Khairan Katsiran..
                

Wednesday, February 12, 2014

Valentine Day? Denaturasi Akhlak Remaja

Valentine Day, lemahnya aqidah remaja
Perlu disadari bersama merayakan Valentine Day merupakan penyimpangan aqidah, karena lahirnya Valentine Day sangat erat hubungannya dengan agama hal ini dipertegas dengan sabda Rasul Sahallallahu ‘alaihi wasallam yang telah melarang untuk mengikuti tata cara peribadatan selain Islam: “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” (HR. at-Tirmidzi). Aqidah Islam telah sempurna memberikan aturan kehidupan bagi hamba-hambanya tentu saja aturan itu semata-mata Allah turunkan sebagai bentuk petunjuk hidup, namun pada kenyataannya Aqidah remaja kita masih dangkal pemikirannya, sehingga pola sikap yang dibentuknya pun cenderung dibiarkan bebas menuruti hawa nafsunya, tanpa menyadari akibat dari perbuatannya.

Valentine Day, buah negara sekuler
Negara seharusnya menjadi eksekutor pertama yang melindungi segenap umatnya dari bahaya pendangkalan aqidah, tapi kita paham betul Indonesia adalah negara sekuler yang menjauhkan manusia dari aturan agamanya , sehingga wajar kiranya apabila kita melihat negara malah memfasilitasi maksiat, seperti diperbolehkannya mall-mall merayakan Valenbtine Day, tontonan acara di layar kaca begitu kuat mengarahkan remaja kita untuk berperilaku hedonisme termasuk di dalamnya budaya pacaran yang ujung-ujungnya kepada seks bebas yang menghasilkan aborsi dan berbagai penyakit kelamin, di sisi lain semaraknya Velentine Day menguntungkan pihak kapitalis dalam meraup keuntungan. Telah tampak jelas kerusakan akibat diterapkan sistem sekulerisme di Indonesia, apakah kita masih mau berada dalam cengkramanya? Wallahu’Alam

Valentine Day Sebagai Hari Free Sex

Meski Valentines’ Day (14 Februari) masih beberapa hari lagi, remaja muslim dan muslimah sudah ada yang merencanakan dan memboking tempat untuk memperingati hari kasih sayang itu di hotel-hotel, café-café, di Puncak, dan berbagai tempat lainnya. Dari tahun ke tahun, perayaan Valentines’Day telah menelan banyak korban. Diantara mereka, ada yang mati konyol saat pesta miras, hamil di luar nikah, dan kecelakaan setelah menggunakan narkotika pada moment Valentines’ Day.

Siapa yang bisa mengelak, bahwa Valentine’s Day di kalangan remaja yang tumbuh di Kota Besar, identik dengan dunia gemerlap (dugem), pesta miras, perzinahan, dan mengkonsumsi barang-barang terlarang, seperti ekstasi, sabu-sabu dan sejenisnya.

Menurut keterangan saksi korban, peristiwa itu berawal ketika Mawar diajak jalan-jalan oleh pacarnya Her (17) ke daerah Ciater. Waktu itu Her berdalih ingin memanjakan korban pada hari kasih sayang. Selain membawa korban, Her juga mengajak sahabat-sahabat-nya yang lain yang rata-rata masih berusia 17 hingga 18 tahun. Setiba di Subang, mereka tiba-tiba mengurungkan niat untuk pergi ke Ciater, tetapi malah kembali ke Pagaden dan sepakat merayakan valentine dengan cara pesta minuman keras di sebuah gang sempit di Dusun Wanakersa, Pagaden.

Saat itu, korban terus didesak Her untuk mencicipi minuman keras. Beberapa menit setelah meminum minuman keras itu, korban merasakan pusing kepala. Kondisi seperti itu rupanya malah dimanfaatkan Her dan teman-temannya untuk melampiaskan nafsu. Setelah puas mereka langsung pergi dan membiarkan korban tergeletak di pinggir gang.

Di Banjarmasin, Perayaan "valentine`s day" juga  menelan korban. Dilaporkan, pada malam hari kasih sayang itu, seorang remaja tewas overdosis (OD) mengonsumsi ineks (ekstasi) di tempat hiburan malam.


Bukan Tradisi Islam
Patut diketahui, acara Valentine’s Day itu bukan berasal dari tradisi Islam. Dalam Islam, berkasih sayang itu tidak dikhususkan hanya pada tanggal 14 Februari saja. Dan kasih sayang itu tidak ditujukan kepada seorang kekasih, terkait asmara dan jalinan cinta sepasang kekasih yang belum menikah. Islam mengajarkan agar berkasih sayang setiap waktu. Kasih sayang itu bisa kepada ayah-ibu, kakak, adik, saudara, sahabat, kepada binatang dan tumbuh-tumbuhan sekalipun.

Perlu juga diketahui, bahwa Valentines’Day adalah hari kematian seorang yang bernama Valentine. Adapun Valentine atau Valentinus itu sendiri sesungguhnya adalah seorang yang terbunuh mempertahankan ajaran agamanya. Bahkan, Valentine adalah seorang tokoh beragama Kristen, yang karena kedermawanannya diberi gelar Saint atau Santo. Saint itu sendiri kerap dihubungkan dengan nama seorang penganjur atau pemimpin besar agama Kristen. Disebabkan pertentangannya dengan penguasa Romawi ketika itu, ajal Valentine berakhir dengan pembunuhan atas dirinya pada abad ketiga masehi, tepatnya tanggal 14 Februari tahun 270 M.

Rupanya kematian Valentine tersebut tak dapat dilupakan oleh para pengikutnya. Valentine dijadikan simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan seorang Kristiani menghadapi kenyataan dalam hidupnya. Hari Valentine ini kemudian dihubungkan dengan pesta atau perjamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang disebut Supercalia yang biasanya jatuh pada tanggal 15 Februari. Setelah orang Romawi itu masuk Kristen, maka pesta Supercalia itu secara religius dikaitkan dengan upacara kematian Santo Valentine. Namun, upacara peringatan yang semula bersifat religius mulai berubah dengan upacara non agamis.

Di Amerika, Valentine ini dipopulerkan dalam bentuk Greeting Card (kartu ucapan selamat), terutama sejak berakhirnya Perang Dunia I. Lama kelamaan, sepasang kekasih diwujudkan dengan saling tukar menukar kado. Ironisnya lagi , Valentines dirayakan dengan pesta miras dan narkoba, bahkan seorang gadis rela kehilangan keperawanannya demi merayakan Valentine yang justru merusak moral generasi muda. Perzinahan pun dianggap menjadi budaya. Jelas ini termasuk dosa besar.

Karena, hendaknya, umat Islam tidak merayakan Hari Valentine, yang notabene berasal dari agama Kristen. Islam sangat tegas melarang pesta miras dan perzinahan. Sebaiknya urungkan saja rencana untuk merayakan Valentines Day di hotel, kafe, villa, dan kost-kostan bahkan di gang sempit sekalipun. Valentine's Day terbukti begitu besar mudharatnya.

*Dari VOA ISLAM


Melahirkan Agen Perubah Melalui Tarbiyah

Bismillahirrahmanirrahim..
Tarbiyah, kata yang terdengar asing buat mereka seorang remaja yang jarang bahkan tidak pernah ikut dalam pengajian maupun halaqah-halaqah lainnya. Padahal tarbiyah sendiri merupakan sebuah fenomena yang berawal dari sekolah-sekolah, kampus dan terus berkembang menjadi arus besar yang ikut menentukan gerak perubahan di negeri ini.
Lalu timbul pertanyaan, tarbiyah itu apa sih? Tarbiyah dalam arti yang sederhana adalah memperbaiki sesuatu dan meluruskannya, atau bisa juga diartikan sebagai pembinaan jiwa, akal, dan jasad untuk memperbaiki diri dan menyucikan jiwa menurut pandangan Allah Subhanahu wa Ta’ala.  
Tarbiyah dulunya dianggap hal yang tak biasa, dan jarang ada di tengah masyarakat. Namun 20 tahun terakhir ini, seiring dengan menjamurnya lembaga-lembaga dakwah maka halaqah-halaqah tarbiyah pun secara otomatis mulai menampakkan dirinya. Seakan menjawab tantangan akan perilaku generasi muda saat ini.
Beragam respon pun muncul, mulai dari kekaguman dan harapan-harapan besar yang digantungkan hingga kecemasan yang menggiring rasa ingin tahu banyak, “Akankah tarbiyah menjawab kecemasan masyarakat terhadap generasi muda kini, dan tetap menjadi semangat zaman?”
Tarbiyah sejak usia remaja akan membentuk kepribadian dan akhlak yaang baik. Dengan mengikuti tarbiyah secara rutin akan menjadikan kita sebagai pemuda rabbani, pemuda yang In sya Allah diridhoi-Nya.
Pemuda yang senantiasa rutin hadir dalam halaqah tarbiyah akan tahu tujuan hidup yang sebenarnya, berbeda dengan mereka yang jarang ikut tarbiyah, hidupnya tengah mengalami goncangan dahsyat, tanpa ada perencanaan pasti dan tak tahu apa tujuan hidupnya. Jika kita ibaratkan, seorang yang tumbuh tanpa tarbiyah yang terprogram ibarat pohon yang tumbuh liar, terlihat menjulang sendirian sesudah itu mati tanpa penerus. Maka dari itu, bersungguh-sungguhlah kalian yang ikut dalam halaqah tarbiyah dan janganlah bermalas-malasan karena sesungguhnya penyesalan itu hanya untuk orang yang bermalas-malasan.
Kemenangan hanya akan diraih oleh orang-orang yang sungguh-sungguh beramal dan berjihad di jalan-Nya. Bila tidak, tunggulah saat kehancuran. “Adapun orang-orang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung bagi sebagian yang lain. Jika kamu tidak melaksanankan apa yang telah diperintahkan Allah itu, niscaya akan terjadi kekacauan di muka bumi ini dan kerusakan yang besar.” (QS. Al-Anfal:73).
Hidup adalah rangkaian peristiwa tarbiyah. Kita bermetamorfosis dari sebuah kondisi menuju kondisi lain yang selalu lebih baik. Alhamdulillah Allah membimbing kita di jalan-Nya yang lurus. Hidup dalam naungan tarbiyah adalah sebuah keindahan dan kesyukuran tiada hingga.
Imam Malik pernah berkata: ”Kondisi generasi akhir umat ini tidak akan membaik kecuali dengan mencontoh generasi awal (salafus shalih).” Di sinilah kita sebagai pemuda yang alhamdulillah mendapatkan ilmu dari halaqah tarbiyah untuk menyebarkan ajaran Islam, mensyiarkannya kepada masyarakat dan pemuda lainnya agar tetap berada di “Shiratal Mustaqim” – jalan-Nya yang lurus.
Karena, baik-buruknya negeri ini di masa yang akan datang ditentukan oleh sikap pemudanya saat ini, para pemuda yang terdidik adalah calon-calon pemimpin di masa depan. Sehingga, secara historis, apa yang ditanam sejak awal oleh tarbiyah adalah menginvestasikan calon-calon pemimpin bagi proses perubahan besar di negeri ini.
Merekalah kaum yang akan mewarisi sikap kritis Nabi Ibrahim, mewarisi keluasaan ilmu dan sikap penjagaan diri yang dimiliki Nabi Yusuf, dan mereka juga akan tampil sebagai sosok-sosok Musa baru yang kuat, berani dan bisa dipercaya. Mereka akan hadir sebagai anashirut taghyir atau agen perubah di tengah-tengah masyarakat.
Namun, jika kita lihat remaja sekarang ini, kebanyakan dari mereka lebih senang dan suka untuk menghabiskan aktivitasnya dengan kegiatan yang bersifat hedonisme atau berhura-hura. Ditambah dengan semakin canggihnya teknologi dan fasilitas-fasilitas lainnya yang diberikan oleh orang tuanya sendiri membuat mereka semakin asik dengan kehidupan dunia dan lalai dari kehidupan akhiratnya.
Tak bisa dipungkiri, semenjak era teknologi yang semakin canggih saat itu pula para remaja mulai mengalami krisis moral dan akhlak. Terlihat dengan semakin maraknya tindak kriminal yang pelakunya dari kalangan remaja.
Di sinilah kualitas dakwah kita diuji kehandalan (fauqiyah) dan imunitasnya (mana’ah), dan di sini pulalah tarbiyah memainkan peran-peran lanjutannya, yakinlah bahwa pemimpin tidak akan muncul kecuali dilahirkan oleh tarbiyah.
Peluang besar sedang terbuka, namun tantangan besar pun ikut mengemuka. Tetap Istiqamah di jalanNya, maka Allah akan memudahkannya. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membimbing kita dalam kebenaran dan dalam kesabaran. Amin.
Akhirnya, peluang dan tantangan dakwah sekarang ini akan mendekatkan kita kepada kemenangan manakala kekuatan dakwah tetap terpelihara dan terus berkembang. Artinya tarbiyah saat ini dituntut untuk menjawab tantangan zaman. Siapkah kita para mutarabbi menjalankannya di tengah masyarakat? Menjawab keraguan pemuda saat ini. Kitalah para Agent of Changes. Zadanallah Ilman wa Hirsha..
Wallahu A’lam Bishawab..
Wassalamu alaikum..


Wednesday, February 5, 2014

Kisah Teladan : Menikah Dengan Seorang Gadis yang Buta,Tuli, Bisu dan Lumpuh



Pada zaman dahulu ada seorang pemuda pengembara bernama Ahmad. Ahmad adalah seorang pengembara yang soleh dan taat kepada Allah. Hutan, gunung serta padang pasir telah dilalui dalam pengembaraannya.

Suatu ketika disaat Ahmad sedang menyusuri sebuah sungai. Dia merasa dahaga yang tiada terhingga, karena hari memang sangat panas sekali. Ahmad pun kemudian berhenti di pinggir sungai untuk minum dan mencuci mukanya. “Alhamdulillah….. terimakasih ya Allah, engkau telah memberikan keselamatan kepadaku dengan air sungai ini”. Tiba-tiba Ahmad melihat sesuatu mengapung-apung di sungai menuju kearahnya. Tanpa berfikir panjang Ahmad pun kemudian mencebur dan mengambilnya yang ternyata adalah sebuah apel. “Ini mungkin rezeki untukku”. Ahmad kemudian memakan apel itu. Tetapi disaat apel itu termakan hampir habis, Ahmad teringat sesuatu. “Astaghfirullah, Kalau ada buah apel terjatuh, berarti disekitar sini ada sebuah kebun. Dan bila ada sebuah kebun, mungkin kebun itu ada yang memiliki. Ya Allah Ampunilah hambamu yang telah memakan buah ini tanpa meminta izin kepada pemiliknya. Sebaiknya aku mencari dimana pemilik kebun dari buah ini.

Ahmad pun kemudian menyusuri sungai itu tanpa merasa letih. Dan benarlah, ternyata di ujung sebuah hulu sungai ada sebuah kebun apel yang sangat luas. Ahmad kemudian mendatangi kebun itu dan mencari pemiliknya. Disaat Ahmad sedang mencari tiba-tiba seorang tua mengejutkannya.

“Assalamu’alaikum. Sedang mencari apa gerangan anak muda?”

“Waalaikumussalam… Apakah bapak tau siapa pemilik kebun epal ini?”

“Sayalah pemiliknya. Kenapa ?

“Jadi, jadi pemilik kebun ini adalah bapak sendiri. Oh.. Kebetulan sekali. Saya minta maaf karena saya telah memakan sebuah apel yang saya duga berasal dari kebun bapak”.

“Dimana engkau menemukannya anak muda?” tanya orang tua itu.

“Di sebuah sungai disaat saya sedang minum dan membasuh muka saya”.

Pemilik kebun apel itu terdiam dan menatap mata Ahmad dengan tajam. Ahmad pun kemudian berkata, “Maafkanlah saya pak, saya siap menerima hukuman apa pun dari bapak. Apapun hukumannya, asalkan bapak memaafkan saya”.

“Ya, ya ya…. Kalau begitu kau akan menerima hukuman dariku”. Kata orang tua itu seraya terus menatap tajam mata ahmad.

“Silakan, apa hukuman yang akan aku terima ?”

“Kau harus membersihkan kebunku selama satu bulan penuh”

“Baiklah, saya akan menjalankan hukuman itu dengan ikhlas karena Allah” Kata Ahmad sabar.

Demikianlah, berhari-hari Ahmad membersihkan kebun apel itu dengan rajin dan senang. Dia berharap dapat menghapus kesalahan yang telah dilakukannya. Hingga tidak terasa satu bulan penuh Ahmad telah menjalankan hukuman. Ahmad pun kemudian mendatangi pemilik kebun itu.

“Saya telah menjalankan hukuman untuk membersihkan kebun selama satu bulan penuh. Dan hari ini adalah hari yang terakhir, Apakah ada hukuman lain untuk menebus kesalahan saya?” Tanya Ahmad.

“Ada. Aku mempunyai seorang anak gadis bernama Rokayah. Dia buta, tuli, bisu dan lumpuh. Kau harus menikahinya.Jawab pemilik kebun

Bukan cuma terkejut, Ahmad pun gemetar. Tubuhnya berkeringat. Karena Ahmad berfikir begitu berat ujian dan hukuman yang dia terima. pemilik kebun itupun bertanya.

“Kenapa, apakah kau tidak bersedia?” tanya pemilik kebun itu membuat ahmad berfikir. Tidak lama kemudian ahmad dapat menguasai diri. Dia yakin apabila pemilik kebun tidak memaafkannya, maka Allah pun tidak akan memaafkan kesalahannya yang telah memakan apel yang bukan miliknya.

“Baiklah, saya akan penuhi. Saya ikhlas karena Allah untuk menikahi anak pak cik. Jawab Ahmad

Dengan kesabaran dan keikhlasan Ahmad pun kemudian menikahi gadis pemilik kebun apel. Disaat usai pernikahan, Ahmad hendak memasuki kamar pengantin yang didalamnya telah menunggu gadis pemilik kebun apel.

“Assalamu’alaikum”…. Ucap Ahmad seraya membuka tirai kamar.

“Wa’alaikummussalam, Silakan masuk. Aku telah menunggu sejak tadi” Seorang gadis menjawab dari dalam kamar

Ahmad terkejut bukan kepalang mendengar jawaban itu.

“Oh, maafkan saya. Mungkin saya salah memasuki kamar ini. Sebenarnya saya mencari gadis bernama Rokayah. Dia anak pemilik kebun apel”. Kata Ahmad bingung.

“Sayalah yang engkau cari”. Jawab gadis itu

“Oh tidak…. Tidak mungkin”.

Ahmad pun berlalu dengan tergesa meninggalkan gadis itu dan menemui pemilik kebun.

“Sebelumnya maafkan saya yang telah lancang memasuki sebuah kamar seorang gadis cantik. Tapi… dimanakah sebenarnya kamar Rokayah isteri saya?” Tanya Ahmad

“Kau tidak salah. Yang kau masuki memang kamar rokayah anakku satu-satunya. Dan yang didalam kamar memang anakku. Dialah rokayah”.

“Tetapi kenapa saya tidak melihat dia buta, tuli, bisu dan lumpuh?” Tanya Ahmad.

“Anakku….. Rokayah memang buta, tuli, bisu dan lumpuh. Tapi yang aku maksud dia buta, karena dia tidak pernah menggunakan kedua matanya untuk melihat hal-hal yang buruk. Dia tuli, karena telinganya tidak pernah digunakan untuk mendengarkan pembicaraan-pembicaraan yang buruk. Dia bisu, karena dia tidak pernah menggunakan mulutnya untuk berbicara kotor. Dan dia lumpuh, karena dia tidak pernah berjalan ketempat-tempat maksiat. Sekarang segeralah kau kembali ke kamarnya. Temuilah dia yang sekarang menjadi isterimu”.


Betapa bahagianya Ahmad yang ternyata mendapatkan seorang isteri yang bukan cantik jelita, namun seorang gadis yang beriman dan taat kepada Allah.