Tuesday, August 25, 2015

Idealnya Pemimpin Bangsa Ini



Dibanding dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, Indonesia masih kalah jauh di bidang industrinya. Nyatanya, masyarakat kita cenderung berperilaku konsumtif ketimbang produktif. Kita lebih banyak mengeluarkan ketimbang menghasilkan, itulah mengapa kita sulit bersaing pada sektor perindustrian. Kita justru lebih banyak mengirimkan tenaga pekerja ke luar negeri ketimbang membentuk masyarakat yang produktif dan berjiwa wirausaha. Mencetak manusia-manusia yang produktif adalah harapan kita semua untuk membangun Indonesia yang terpandang di kancah internasional.
Perlu diketahui bahwa menjadi seorang mahasiswa sangat berbeda dengan siswa, sebab mahasiswa dituntut untuk mandiri dan memberikan manfaat kepada masyarakat. Jika berbicara tentang mahasiswa berarti berbicara tentang perubahan, berbicara tentang perubahan berarti berbicara tentang mahasiswa. Hal terse but merupakan hal yang wajar, mengingat berbagai gelar dan status yang disandangkan kepadanya, yaitu sebagai agen perubahan (agent of change), iron stock dan social control. Mahasiswa sebagai agent of change memiliki artian bahwasanya ia terbuka dengan segala perubahan yang terjadi di tengah masyarakat sekaligus menjadi subjek dan atau objek perubahan itu sendiri. Dengan kata lain mahasiswa adalah aktor dan sutradara dalam sebuah pagelaran bertitelkan perubahan. Selain itu, mahasiswa pun diharapkan dan menjadi harapan untuk menjadi seorang pemimpin di masa depan yang memiliki kemampuan intelektual, tangguh dan berakhlak mulia. Itulah yang dimaksud mahasiswa sebagai iron stock, sebagai tonggak penentu bangsa (Sushanti Ayu 2015).
Ayu Sushanti (2015) mengatakan bahwa peran mahasiswa sebagai agent of change, iron stock, dan social control mengharuskan mahasiswa untuk melek dan peduli dengan lingkungan, sehingga ia akan mudah menyadari segala permasalahan yang ada di tengah masyarakat. Karena bagaimanapun, hanya mahasiswa yang sadar dengan keadaanlah yang mampu dan layak mengusung perubahan.
Mahasiswa adalah harapan bangsa, menjadi tunas-tunas penerus bangsa ini nantinya. Sebagai mahasiswa, jiwa kritis perlu untuk ditanamkan, memahami berbagai masalah yang terjadi di Indonesia dan memberikan solusi untuk mampu mengubahnya menjadi lebih baik. Kita sadar betul bahwa Indonesia dilanda degradasi moral yang sungguh luar biasa, praktek Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) marak terjadi di seluruh lembaga. Tidak ada lagi kepercayaan yang bisa didapatkan oleh masyarakat karena begitu merajalelanya kasus ini.
Mahasiswa teknik yang sejatinya di bangku kuliah ditanamkan cara berpikir empiris, berpikir step by step, langkah demi langkah, harus merancang bagaimana Indonesia ini ke depannya yang akan dipimpin olehnya. Mahasiswa teknik adalah sosok ideal pada posisi-posisi penting yang ada di Indonesia ini, bahkan pendahulu kita dari ranah teknik pun banyak yang mengisi jabatan penting di negeri ini, karena kualitasnya yang tidak diragukan lagi.
Generasi penerus yang ideal menurut Ismail M.A (2013) adalah the leader of tomorrow. Makanya di tangan kaum mudalah nasib sebuah bangsa dipertaruhkan. Jika kaum mudanya memiliki semangat dan kemampuan untuk membangun bangsa dan negaranya, maka sesungguhnya semuanya itu akan kembali kepadanya. Hasil pembangunan dalam aspek apapun sebenarnya adalah untuk kepentingan dirinya dan masyarakatnya. Generasi Ideal (Fethulla Gulen) merupakan generasi yang menjadikan dakwah sebagai tujuan hidupnya secara ikhlas, selalu memperbaharui ilmu pengetahuannya sehingga menjadi generasi yang cerdas, selalu berupaya menjadi teladan umat dan rela berkorban, rendah hati dan selalu menjaga empati dengan umat, mengedepankan rasa kasih sayang, mengedepankan toleransi, memiliki sikap optimis sebagai bentuk penerapan keimanan terhadap qadar, memiliki kemauan dan kehendak (Al-Iradat) sesuai dengan pandangan i’tibar. Maka dengan kriteria tersebut diharapkan terbentuknya sebuah generasi ideal yang senantiasa menjadi insan pembelajar, pencipta, pengabdi, dan selalu dalam jalan islam.


Referensi Gambar:
https://introvertjournal.files.wordpress.com/2013/10/indonesia_by_pistonbroke.jpg

~Iyas Muzani, Teknik Fisika UGM 2015

Thursday, August 13, 2015

Menjaga Keseimbangan Aktivitas Dunia dan Akhirat


Tidak bisa dipungkiri dalam menjalani kehidupan setiap manusia pasti ingin meraih kebahagiaan di dunia, ini lumrah untuk dilakukan karena memang sudah menjadi watak dasar atau fitrah dari manusia untuk meraih kebahagiaan itu. Harta, tahta, dan wanita adalah tiga hal yang paling sering membayang-bayangi hawa nafsu laki-laki. Selain itu perilaku hedonis seperti pesta, hura-hura-hura, dan perayaan lainnya pun turut melekat pada diri sebagian manusia baik itu laki-laki maupun perempuan. Sifat ini semua tidaklah salah, karena sejatinya sejak lahir manusia diciptakan dan bergerak sesuai dengan dorongan hawa nafsunya, yang salah apabila perbuatan-perbuatan ini berlebihan dan melupakan aktivitasnya sebagai seorang hamba. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah bersabda, “Tiga hal yang mencelakakan: sifat pelit yang diikuti; hawa nafsu yang dituruti, dan rasa bangga terhadap diri sendiri” (HR. Baihaqi. Syaikh Albani menghasankan hadis ini.)1
Menjadi pribadi yang sukses dunia tentulah memiliki kebanggaan tersendiri, akan tetapi jika sekedar sukses di dunia namun melupakan akhiratnya tentulah menjadi kerugian besar nantinya. Keseimbangan dalam menjalankan pekerjaan dunia dan akhirat perlu dijaga, “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi...” (QS. Al-Qasas: 77). ini Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini mengatakan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala menginginkan kita untuk mempergunakan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu berupa harta yang melimpah dan kenikmatan yang panjang dalam berbuat taat kepada Rabbmu serta bertaqarrub kepada-Nya dengan berbagai amal-amal yang dapat menghasilkan pahala di dunia dan akhirat.
“... dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qasas: 77). Jelas sekali bahwa Allah tidak menginginkan kita untuk berbuat kerusakan di bumi ini, sebab hal itu merupakan perkara yang tidak disukai oleh-Nya.
Konsisten dalam beribadah sembari mencari nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang ada di muka bumi ini sekiranya merupakan kegiatan yang positif dilakukan. Sebagai umat muslim yang menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sebagai panutan tentu kita ingin mengikuti sifat-sifat nya, termasuk kekayaan beliau yang melimpah. Beliau tidak menginginkan satu pun dari umatnya hidup dalam kemiskinan, ia mengharapkan umat Islam rajin dan bekerja keras dalam mencari nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jangan juga justru kita terlalu fokus dalam bekerja sehingga melupakan kewajiban kita dalam beribadah kepada-Nya. Sebab pada dasarnya manusia tidak mampu memenuhi sendiri keinginan dan kebutuhannya yang tak terbatas, ia secara alamiah perlu merendahkan diri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan meminta tolong kepada-Nya, jika seorang manusia hidup sesuai dengan fitrah ini, ia akan memperoleh kepercayaan, kedamaian, kebahagiaan, dan keselamatan sejati.2
Oleh karena itu, kita dalam menjalani kehidupan ini perlu untuk menjaga keseimbangan dalam melakukan aktivitas dunia dan akhirat. Jangan sampai karena aktivitas dunia hingga kita lalai dari-Nya.
               
1.      Abdillah, A.H., 2015, Agar Dunia Tak Memenjara (1): Carilah Kebahagiaan yang Hakiki, dilihat pada 7 Agustus 2015, dari http://muslim.or.id/tazkiyatun-nufus/agar-dunia-tak-memenjara-1.html

2.      Harun, Y., 2001, Mengenal Allah Lewat Akal, Rabbani Press, Jakarta.

                 Iyas Muzani, 13 Agustus 2015


Peran Organisasi Mahasiswa dalam Melahirkan Inovasi dan Prestasi


Mahasiswa sebagai agen perubah di tengah-tengah masyarakat tentu perlu memperlihatkan sikap yang positif dalam berinteraksi. Sebagai orang yang terpelajar, mahasiswa dituntut tidak hanya mengembangkan ilmu tapi juga karakternya. Semua ini tidak bisa diraih dengan metode kuliah “kupu-kupu” atau kuliah pulang – kuliah pulang, tipe seperti ini hanya mengedepankan nilai IP atau gemar belajar akan tetapi sangat sulit dalam membuka diri untuk bersosialisasi dengan teman-temannya. Tentu sangat rugi apabila kita kurang aktif dalam mencari pengalaman, apalagi kebanyakan perusahaan mencari tenaga baru dilihat berdasarkan pengalamannya sebelumnya di universitas tidak sekedar IP yang tinggi. Organisasi mahasiswa (ORMAWA) merupakan solusi dalam mengembangkan potensi diri mahasiswa, dengan berorganisasi kita memiliki ruang dalam berkarya, berprestasi, berinteraksi, dan membentuk pribadi sebagai seorang pemimpin. apalagi dengan banyaknya variasi ORMAWA, kita bisa memilih organisasi mana yang tepat dalam menunjang cita-cita dan ambisi kita ke depannya.
Bercita-cita menjadi seorang peneliti atau seorang engineering tentu nantinya kita dituntut untuk menemukan inovasi baru yang dapat membantu menangani masalah bagi masyarakat. Organisasi mahasiswa di UGM seperti Gama Cendikia maupun LPKTA FT UGM merupakan pilihan yang tepat dalam membantu mengembangkan ide-ide inovatif, selain itu kita juga dapat dapat mengukur kualitas karya kita yang didapat dari aktivitas di organisasi tersebut dengan mengikuti perlombaan ilmiah dan bersaing dengan mahasiswa-mahasiswa se Indonesia.
Di UGM sendiri ada organisasi yang namanya Keluarga Mahasiswa (KM), organisasi ini mewadahi mahasiswa dalam hal pembinaan dan pengabdian masyarakat yang independen, egaliter, dan demokratis. Organisasi ini menjadi wadah aspirasi, koordinasi, dan komunikasi bagi mahasiswa UGM dengan mahasiswa nasional dan internasional serta masyarakat pada umumnya, sebagaimana misi yang diterapkan oleh organisasi ini. Selain itu, terdapat juga unit kegiatan masyarakat yang beragam mulai dari bidang kesenian, olahraga, kerohanian, kewirausahaan, kepemimpinan, akademik, jurnalistik, dan pemberdayaan masyarakat yang dihimpun oleh Forkom UKM UGM. Ini semua dibentuk semata-mata untuk memberikan opsi kepada mahasiswa dalam mengembangkan diri, berinovasi dan berkarya.
Forkom UKM UGM sendiri tiap tahunnya mengadakan program Porsenigama atau Pekan Olahraga dan Seni Gadjah Mada yang merupakan ajang bagi mahasiswa untuk menyalurkan hobi dengan mengikuti cabang olahraga dan seni yang diperlombakan (Porsenigama 2015). Dari kegiatan ini, kita bisa menjaring mahasiswa-mahasiswa berbakat pada bidangnya yang kemudian dapat mewakili UGM di perlombaan nasional maupun internasional. Beberapa UKM UGM bahkan telah mewakili Indonesia dalam kejuaraan di luar negeri, seperti tim futsal dan badminton pada ajang UITM Sport Fiesta Syah Alam, Selangor Malaysia 2015, Swagayugama pada The 13th ASEAN and 3rd ASEAN +3 Youth Cultural Forum Filipina, Aiesec pada IGCDP dan Entrevolution Raising Awareness for Entrepreneurship, Ukjgs pada EOG Gamelan Malaysia, Fesco tari di Malaysia, dan pentas Ramayana di Michigan US, tim EDS pada Asian British Parliamentary, UADC, dan World Universities Debating Championship, serta PSM pada a voyage of song.
Jangan ragu dalam berorganisasi, sebab dari sinilah kita dapat mencari dan berbagi pengalaman kepada mahasiswa baik di lingkungan universitas, nasional, maupun internasional. Semakin banyak interaksi yang dilakukan maka semakin luas jangkauan yang dapat memudahkan kita dalam mencari pekerjaan, intinya banyak manfaat yang bisa diperoleh dalam berorganisasi.
Iyas Muzani, 13 Agustus 2015


Tuesday, August 4, 2015

Mahasiswa Sebagai Agen Perubah Bagi Masyarakat


Menjadi mahasiswa baru tentulah memiliki kebahagiaan tersendiri karena akhirnya telah lepas dari proses belajar mengajar dengan pakaian yang seragam tiap harinya, dengan aturan-aturan yang begitu ketat mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Akan tetapi hal ini tidak berarti kita telah lepas dari aturan-aturan yang ada. Justru, dengan label mahasiswa kita dituntut untuk bersikap lebih dewasa dan memberikan kontribusi besar dalam pembangunan bangsa. Kata “Maha” di depan siswa memberikan definisi yang berbeda dan jauh lebih bermakna dari sebelumnya. Bahkan di dunia ini, kata “Maha” hanya diberikan kepada dua subyek saja yaitu Tuhan dan siswa. Dalam KBBI, maha didefinisikan sebagai sangat, teramat, paling. Tuhan disematkan kata "Maha" karena sifat dan kekuasaannya yang tak terbatas, yang tidak dapat dinalar oleh akal manusia. Sedangkan siswa diimbuhi kata "Maha" karena perannya yang tak terbatas, terutama perannya di masyarakat. Peran yang dimaksud adalah perannya untuk berkontribusi di masyarakat (Derian A.F, 2015). Dengan pengertian seperti itu, maka perlu diterapkan tata perilaku yang positif dalam menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di tengah-tengah keberadaannya sebagai masyarakat, sebab menjadi mahasiswa berarti menjadi orang yang terdidik hingga memberikan contoh yang baik bagi masyarakat bukan menjadi beban bagi masyarakat. Orang yang terpelajar tidak hanya membekali diri dengan ilmu, tapi jauh dari itu, etika dan kepribadian juga perlu dibentuk. Kita harus sadar bahwa kita disekolahkan tinggi-tinggi ialah untuk bermanfaat bagi orang lain.
Kita mesti paham bahwa bangsa kita saat ini tengah dipengaruhi oleh menjamurnya berbagai budaya barat, budaya yang sudah tentu jauh berbeda dengan kultur masyarakat Indonesia. Budaya yang bahkan telah mempengaruhi sifat dan tatanan hidup masyarakat kita khususnya di kalangan remaja. Kecanggihan teknologi informasi sudah tidak bisa terbendung lagi, anak-anak hingga orang dewasa dapat dengan mudah mengakses situs-situs yang terlarang, semakin mudah melakukan transaksi narkotika dengan masyarakat global, judi online, hingga penyebaran isu negatif yang sarat akan propaganda untuk mempengaruhi persepsi publik yang bisa sampai kepada akibat terburuk yaitu terjadinya perubahan sosial yang dapat memicu permusuhan antar suku yang berakibat rasa persatuan dan kesatuan bangsa menjadi goyah. Ini semua apabila terus menerus dibiarkan maka hanya akan menjatuhkan akhlak generasi muda bangsa ini.
Mahasiswa sebagai barisan terdepan dalam menyuarakan aspirasi masyarakat perlu untuk memberikan sumbangsih pemikiran maupun memberikan contoh tata perilaku yang baik di tengah kehadirannya di masyarakat, sebab pemuda yang diperlukan bangsa ini adalah mereka para agent of change, pemuda yang mampu menjadi generasi perubah di tengah krisis moral yang melanda Indonesia saat ini. Penggunaan akses internet secara positif, taat akan aturan negara, berinteraksi dengan anak-anak maupun remaja dan menanamkan kepada mereka pola hidup yang sehat dan taat agama. Dimulai dari lingkungan kecil, kemudian menjadi gerakan aktif bagi tiap mahasiswa yang ada di Indonesia akan memberikan harapan yang cerah bagi masa depan mereka dengan reformasi yang dilakukan ini. Tapi jauh sebelum melakukan itu, tentu mahasiswa juga perlu diberikan pembelajaran, dengan taat aturan yang ada di universitas dan aktif dalam berorganisasi yang mampu memberikan pengalaman agar lebih mudah berkomunikasi maupun berinteraksi dengan khalayak. Mahasiswa wajib menjadi pelopor utama dalam berjiwa nasionalisme dan patriotisme, semangat anti penjajah para pendahulu kita perlu untuk dijadikan contoh. Tanpa kita sadari saat ini secara tidak langsung kita telah dijajah oleh negara barat melalui berbagai media. Menurut Madjid, (2004: 57) bahwa ada beberapa hal yang dapat mempersatukan Indonesia dan membangun semangat nasionalisme yaitu melalui Pancasila, bahasa Indonesia, prestasi olahraga, seni, bencana alam, prestasi internasional, dan gangguan dari luar. Faktor-faktor tersebut jika terus dijaga eksistensinya tentu bisa memperkuat persatuan seluruh lapisan masyarakat Indonesia, masyarakat perlu untuk diperlihatkan suatu prestasi yang membanggakan yang diraih Indonesia di kancah internasional, bukan saat melihat acara berita di TV yang ada hanya serentetan kasus korupsi yang seakan tak pernah henti dilakukan oleh pejabat, yang pada akhirnya hanya mampu menjatuhkan semangat dan kepercayaan masyarakat kepada bangsanya sendiri.

Dengan posisi sebagai mahasiswa, sudah selayaknya kita mengabdi bagi bangsa ini dengan berbagai prestasi dan tata perilaku yang positif bagi masyarakat. Mahasiswa sebagai tonggak penerus bangsa perlu menanamkan sikap bahwa dirinyalah yang akan menjadi pemikir-pemikir Indonesia suatu saat nanti, mereka lah yang akan mewarisi semangat anti kolonialisme yang dipegang teguh saat masa penjajahan era bapak Ir. Soekarno dulu. Merekalah yang akan membasmi berbagai macam praktisi kolusi, korupsi, dan nepotisme yang ada di Indonesia saat ini. Maka dari itu, mahasiswa perlu menjaga keseimbangan antara otak dan jiwa. Artinya jangan sekedar jadi orang pintar, tapi jadilah orang pintar sekaligus berakhlak mulia.