Monday, June 1, 2020

Ilmu yang Bermanfaat



Pembelajaran formal melalui universitas memberikan kita proses edukasi metodologis dan sistematis. Pembentukan cara berpikir ini menjadi hal substansial yang perlu kita peroleh di universitas, Sebab kata Imam Al-Ghazali, ilmu bukanlah setumpuk informasi yang dikumpulkan, dikompilasi, lalu sekedar dibaca tapi ilmu dibangun di atas metodologi.

Stimulus akademis yang diperoleh dari universitas menjadi modal seseorang dalam menjalani fase selanjutnya dengan berbagai opsi yang dihadapkan: melanjutkan studi S2, berkarir di industri, mengembangankan startup, mengabdi bagi kampung halaman, hingga menikah. Keputusan-keputusan yang diambil insyaAllah tidak ada yang keliru selama ia terus berikhtiar melangkah ke depan dan yakin dengan pilihannya. Urusan rezeki? Allah sudah atur, kita hanya diminta untuk tidak berhenti berikhtiar.

Kata Muhammad Elvandi dalam bukunya Sang Pemuda (2020) universitas merupakan kesempatan sang pemuda menyerap cara terbaik menjadi expert melalui para dosen berkualifikasi, kuliah yang diisi oleh dosen-dosen dengan otoritas spesialis. Objek pembicaraan dalam ruang kelas adalah pengetahuan dan perkembangan terbaru sebuah bidang studi. Pikiran akan dipaksa untuk berpikir menuju pengembangan pengetahuan yang ideal, terlepas dari tidak idealnya realitas sosial. Sense of idealism bahkan terkadang bagi seorang aktivis kampus sekalipun akan hilang karena luntur seiring dengan dipertemukannya dengan realitas dan rutinitas yang diperoleh di kehidupan pasca kampus.

Bagi seorang muslim, tentunya kita berharap agar ilmu yang kita peroleh dapat bermanfaat bagi semesta alam, Rasulullah menyatakan dalam haditsnya bahwa salu Allah ilman nafi’an wa ta’awwadzu min ‘ilmin la yanfa’u, mintalah kepada Allah ilmu yang bermanfaat dan berlindunglah kepada Allah dari ilmu yang tidak bermanfaat.

Ilmu (knowledge) atau proses pengilmuan (knowing) oleh Prof. Naquib Al-Attas di dalam Prolegomena didefinisikan sebagai hadirnya makna di dalam jiwa (arrival of meaning to the soul). Definisi ini melihat kepada Tuhan sebagai pemberi aktif dan manusia sebagai penerima pasif. Apabila melihat manusia sebagai penerima aktif maka ilmu atau proses pengilmuan sebagai sampainya jiwa kepada makna (arrival of the soul at meaning). Manusia sebagai pencari ilmu selalu berkaitan dengan proses aktif dan pasif, aktif menuntut dan mendapatkan ilmu serta pasif menerima anugerah ilmu dari-Nya.