Wednesday, October 28, 2020

Pemuda

Adagium bahwa gajah mati tinggalkan gading, harimau mati tinggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama, harus menjadi pelecut bagi para pemuda untuk terus bergerak bermanfaat, menjadi garda terdepan untuk membela kepentingan rakyat disaat wakil rakyatnya tutup mata dan telinga. Masih banyak lembaran kosong dalam buku harian anak muda yang perlu diisi dengan pengalaman, peran kontributif, karya, dan prestasi. 

Pemuda dengan segala potensinya ibarat gelombang di tengah lautan yang sunyi, mereka hadir sebagai pembeda. Mereka juga bak air mengalir yang selalu mencari celah untuk dilewati, setiap jejak yang ditinggalinya memberi manfaat bagi alam dan makhluk di sekitarnya. Pemuda bukanlah air yang tergenang, diam, dan menjadi sumber penyakit.

Pemuda datang dari lorong waktu yang berbeda dengan karakteristik yang juga berbeda, mereka memberi warna di zamannya dengan pikiran dan aksinya. Pemuda pada umumnya adalah kelompok yang pikirannya masih genuine pro terhadap rakyat dan relatif belum terkontaminasi oleh kepentingan tertentu.

Dalam rentetan peristiwa sejarah yang telah dilalui Indonesia bahkan dunia, anak muda kerap kali menjadi motor dalam setiap peristiwa bersejarah. Kita hafal betul bahwa di tahun 1908 semangat kebangkitan nasional sekaligus simbol pergerakan para pemuda ditandai dengan berdirinya Budi Oetomo. Tahun 1928 lahir sebuah sumpah sakral yang kita peringati setiap tanggal 28 Oktober dikenal dengan Sumpah Pemuda, dipelopori oleh Mohammad Yamin (25 tahun), Sugondo Djojopuspito (23 tahun), dan kawan-kawan lainnya. Proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 juga salah satunya akibat desakan kelompok muda, oleh Wikana yang saat itu berusia 31 tahun bersama dengan kawan-kawan lainnya. Reformasi tahun 1998 juga tidak terlepas dari gerakan mahasiswa saat itu.

Di Tunisia, aksi pembakaran diri yang dilakukan oleh seorang pemuda berusia 26 tahun bernama Mohammed Bouazizi pada tahun 2011 berujung pada revolusi Tunisia menuntut diakhirinya rezim Zine el-Abidine Ben Ali yang telah berkuasa selama lebih dari 23 tahun. Aksi pembakaran diri ini juga turut menginspirasi gerakan serupa di negara-negara lain di regional Timur Tengah, fenomena ini kemudian dikenal sebagai Arab Spring.

Di Prancis, gerakan kawula muda tahun 1968 bersama dengan kaum buruh mampu membentuk sebuah gerakan revolusioner. Di Spanyol, gerakan 15-M pada tahun 2014 membentuk gerakan yang diawali dengan propaganda secara online melalui media sosial dan mampu menggalakan unjuk rasa seperti Democracia Real YA (Demokrasi Nyata Sekarang) dan Juventud Sin Futuro (Pemuda Tanpa Masa Depan), dari gerakan ini lahir organisasi politik bernama Podemos untuk melawan kesenjangan pendapatan dan korupsi, dipimpin oleh tokoh politik muda bernama Pablo Iglesias (36 tahun).

Peristiwa sejarah yang lahir oleh gerakan pemuda tadi hanyalah sedikit peristiwa dari sekian banyak peristiwa yang ada, poinnya bahwa anak muda tidak bisa dianggap remeh dan dipandang enteng. Setiap negara mesti memberikan ruang yang pas bagi anak muda untuk bisa menyalurkan energinya dan membantu meningkatkan produktivitas negara atau justru sebaliknya jika tidak diberikan ruang malah akan menjadi barisan pertama yang bisa menuntut pemerintah.

Monday, October 26, 2020

Variabel Tambahan?

Produktivitas negara bergantung pada mutu SDM yang ada di dalamnya, apabila mutu SDM nya baik maka produktivitas negara akan beranjak naik, akan tetapi jika mutu SDM rendah maka produktivitas negara akan stagnan. Mutu SDM bisa ditinjau dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM), secara nasional tren IPM Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun menjadi 0,707 pada tahun 2019 lalu dengan rata-rata pertumbuhan IPM Indonesia sebesar 0,87% per tahun. Akan tetapi jika dibandingkan dengan negara tetangga, Indonesia masih kalah dari Filipina (0,712), Thailand (0,756), Malaysia (0,804), Brunei Darussalam (0,845), dan Singapura (0,935). 

IPM dengan produktivitas negara memiliki korelasi yang positif, artinya pada setiap peningkatan angka IPM maka angka produktivitas negara juga akan meningkat. Ada tiga faktor yang mempengaruhi IPM yakni: pertama, kesehatan yang diukur dari Umur Harapan Hidup (UHH) saat lahir. Kedua, pendidikan yang dilihat dari dua indikator yaitu Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). Ketiga, standar hidup layak yang dilihat dari indikator Pengeluaran per Kapita yang disesuaikan (PPP).

Salah satu komponen dari IPM tadi adalah pendidikan, kualitas pendidikan yang baik tentunya akan mendongkrak angka IPM. Akan tetapi sejauh ini harus kita akui bahwa disparitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat luas. Dengan kondisi Indonesia yang merupakan negara kepulauan dan wilayahnya yang sangat luas, persoalan pemerataan pendidikan di setiap wilayah harus diakui menjadi PR yang cukup rumit. Dalam konteks Indonesia, pulau Jawa masih menjadi episentrum pendidikan, hal ini yang membuat setiap orang berlomba-lomba untuk bisa mengenyam pendidikan disana. Ambil contoh, 8 kampus terbaik di Indonesia versi QS World University Ranking semuanya berasal dari tanah Jawa. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan mutu SDM khususnya pendidikan masyarakat di Jawa dengan masyarakat yang berada di luar Jawa.

Mutu SDM mestinya juga akan berpengaruh terhadap undang-undang yang dibuat oleh para legislator, regulasi yang baik lahir dari hasil pemikiran yang baik, bagaimana ia mengidentifikasi persoalan yang ada di tengah masyarakat, berdialog dengan masyarakat dan stakeholder terkait, berdiskusi dengan para ahli untuk meramu solusinya, adalah suatu mekanisme yang tidak sederhana, butuh seorang pemikir untuk melahirkan regulasi yang cemerlang. Akan tetapi menariknya fakta di lapangan ternyata berkata lain, trend semakin membaiknya tingkat pendidikan caleg terpilih terus meningkat, namun kecenderungan itu tidak serta merta menjelaskan hubungan linear dengan kinerja DPR. Bahkan tidak sedikit undang-undang yang disahkan membuat konflik dan memantik emosi publik, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dicap sebagai perantara cukong dan hanya memuluskan kepentingan segelintir orang dan mengabaikan kepentingan rakyatnya. Terlebih DPR menjadi lembaga negara dengan jumlah kasus korupsi yang lebih banyak dibandingkan lembaga negara lainnya menurut Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan jumlahnya dari 2014 hingga 2019 sebanyak 255 orang.

Poinnya bahwa ternyata harus ada variabel tambahan selain daripada tingkat pendidikan untuk bisa benar-benar menghasilkan undang-undang yang berkualitas dan berpihak kepada rakyat, variabel tambahan ini adalah kunci untuk perubahan ke depannya. Kira-kira apa variabel tambahan itu? Pertanyaan yang jawabannya saya rasa kita semua paham jika beragama dengan benar.

Tuesday, October 13, 2020

Imaji Berkembang

Pada setiap perjalanan yang ditempuh akan meninggalkan jejak pikiran yang sangat berharga, jejak dan pandangan selama perjalanan akan membentuk imaji. Apa yang dilihat dan dirasakan membuat orang-orang bertambah pengalaman dan pengetahuannya, mampu mengubah orang yang awalnya tidak bisa bercerita menjadi bisa. Seperti kata Ibn Battuta bahwa, traveling, it leaves you speechless, then turns you into a storyteller.

Tidak semua orang mungkin bisa untuk melakukan perjalanan setiap waktu, barangkali kesibukan di kampus/kantor yang monoton setiap hari tidak memberikan cukup waktu untuk menjelajahi beberapa sudut bumi yang sangat indah.

Mumpung masih muda, mumpung belum disibukkan dengan studi lanjut ataupun pekerjaan, manfaatkan setiap waktu untuk terus bergerak. Jelajahi setiap sudut bumi yang bisa dijangkau, resapi dan maknai setiap langkah yang dilalui, ambil hikmahnya sebab itu menjadi bekal yang sangat berharga buat masa depan kita. Pada setiap perjalanan yang dilalui, jadikan ia sebagai proses pembelajaran.

Kelak di masa yang akan datang kita akan merindukan masa-masa kecil, ingatan masa lalu yang akan terus membekas di dalam pikiran, biarkan dan terus tumbuhkan imaji itu agar hidup kita lebih berwarna. Pahami dan kenali betul alammu sebelum berkontribusi lebih jauh disana, agar engkau tahu seperti apa peran yang perlu diberikan, dengan pengetahuan dan rasa cintalah daerah ini bisa berkembang.

Saturday, October 10, 2020

Sistem Kontrol

Manifestasi dari proses panjang tarbiyah/pendidikan yang dilalui seseorang adalah adanya perbaikan terhadap pemahaman dan cara pandangnya, yang mana dari keduanya akan membentuk akhlak yang semakin baik pula. Poin-poin tersebut juga termaktub di dalam muwashofat muslim yang menjadi rujukan atau output dari suatu proses panjang yang didesain.

Jikalau ditemukan satu, dua, bahkan lebih orang yang ditarbiyah sejak lama tapi ternyata tidak mencerminkan pribadi yang sesuai dengan muwashofat muslim, maka jangan buru-buru menjustifikasi, check it.

Ibarat dalam suatu sistem kontrol, sistem tersebut harus mampu membuat process/controlled variable (proses tarbiyah) sesuai dengan set point (muwashofat muslim) sehingga output nya tercapai. 

Jika ternyata ditemukan output yang berbeda dengan set point, maka jangan langsung menyalahkan sistem kontrol itu, bisa saja ada kekeliruan dari controlled variable, bisa saja ada error yang terjadi dan kita luput dalam manipulated variable. Benahi dan perbaiki.

Konsep dari sistem kontrol ini menjadi pelajaran berharga buat kita, agar tidak terlalu mudah menjustifikasi dan menyalahkan, jangan buru-buru mengganti sistemnya, cek terlebih dahulu. Barangkali solusinya hanya dengan memperbaiki sistem tersebut.

Paling penting, tarbiyah madal hayah.