Perlu disadari bersama merayakan
Valentine Day merupakan penyimpangan aqidah, karena lahirnya Valentine Day
sangat erat hubungannya dengan agama hal ini dipertegas dengan sabda Rasul
Sahallallahu ‘alaihi wasallam yang telah melarang untuk mengikuti tata cara
peribadatan selain Islam: “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk
dari kaum tersebut.” (HR. at-Tirmidzi). Aqidah Islam telah sempurna
memberikan aturan kehidupan bagi hamba-hambanya tentu saja aturan itu semata-mata
Allah turunkan sebagai bentuk petunjuk hidup, namun pada kenyataannya Aqidah
remaja kita masih dangkal pemikirannya, sehingga pola sikap yang dibentuknya pun
cenderung dibiarkan bebas menuruti hawa nafsunya, tanpa menyadari akibat dari
perbuatannya.
Valentine Day, buah negara sekuler
Negara seharusnya menjadi eksekutor
pertama yang melindungi segenap umatnya dari bahaya pendangkalan aqidah, tapi
kita paham betul Indonesia adalah negara sekuler yang menjauhkan manusia dari
aturan agamanya , sehingga wajar kiranya apabila kita melihat negara malah
memfasilitasi maksiat, seperti diperbolehkannya mall-mall merayakan Valenbtine
Day, tontonan acara di layar kaca begitu kuat mengarahkan remaja kita untuk
berperilaku hedonisme termasuk di dalamnya budaya pacaran yang ujung-ujungnya
kepada seks bebas yang menghasilkan aborsi dan berbagai penyakit kelamin, di
sisi lain semaraknya Velentine Day menguntungkan pihak kapitalis dalam meraup
keuntungan. Telah tampak jelas kerusakan akibat diterapkan sistem sekulerisme di
Indonesia, apakah kita masih mau berada dalam cengkramanya? Wallahu’Alam
Valentine Day Sebagai Hari Free Sex
Meski Valentines’ Day (14 Februari) masih beberapa hari lagi, remaja muslim dan
muslimah sudah ada yang merencanakan dan memboking tempat untuk memperingati
hari kasih sayang itu di hotel-hotel, café-café, di Puncak, dan berbagai
tempat lainnya. Dari tahun ke tahun, perayaan Valentines’Day telah menelan
banyak korban. Diantara mereka, ada yang mati konyol saat pesta miras, hamil di
luar nikah, dan kecelakaan setelah menggunakan narkotika pada moment
Valentines’ Day.
Siapa yang bisa mengelak, bahwa Valentine’s Day di kalangan remaja yang tumbuh
di Kota Besar, identik dengan dunia gemerlap (dugem), pesta miras, perzinahan,
dan mengkonsumsi barang-barang terlarang, seperti ekstasi, sabu-sabu dan
sejenisnya.
Menurut keterangan saksi korban, peristiwa itu berawal ketika Mawar diajak
jalan-jalan oleh pacarnya Her (17) ke daerah Ciater. Waktu itu Her berdalih
ingin memanjakan korban pada hari kasih sayang. Selain membawa korban, Her juga
mengajak sahabat-sahabat-nya yang lain yang rata-rata masih berusia 17 hingga
18 tahun. Setiba di Subang, mereka tiba-tiba mengurungkan niat untuk pergi ke
Ciater, tetapi malah kembali ke Pagaden dan sepakat merayakan valentine dengan
cara pesta minuman keras di sebuah gang sempit di Dusun Wanakersa, Pagaden.
Saat itu, korban terus didesak Her untuk mencicipi minuman keras. Beberapa
menit setelah meminum minuman keras itu, korban merasakan pusing kepala.
Kondisi seperti itu rupanya malah dimanfaatkan Her dan teman-temannya untuk
melampiaskan nafsu. Setelah puas mereka langsung pergi dan membiarkan korban
tergeletak di pinggir gang.
Di Banjarmasin, Perayaan "valentine`s day" juga menelan korban.
Dilaporkan, pada malam hari kasih sayang itu, seorang remaja tewas overdosis
(OD) mengonsumsi ineks (ekstasi) di tempat hiburan malam.
Bukan Tradisi Islam
Patut diketahui, acara Valentine’s Day itu bukan berasal dari tradisi Islam.
Dalam Islam, berkasih sayang itu tidak dikhususkan hanya pada tanggal 14
Februari saja. Dan kasih sayang itu tidak ditujukan kepada seorang kekasih,
terkait asmara dan jalinan cinta sepasang kekasih yang belum menikah. Islam
mengajarkan agar berkasih sayang setiap waktu. Kasih sayang itu bisa kepada
ayah-ibu, kakak, adik, saudara, sahabat, kepada binatang dan tumbuh-tumbuhan
sekalipun.
Perlu juga diketahui, bahwa Valentines’Day adalah hari kematian seorang yang
bernama Valentine. Adapun Valentine atau Valentinus itu sendiri sesungguhnya
adalah seorang yang terbunuh mempertahankan ajaran agamanya. Bahkan, Valentine
adalah seorang tokoh beragama Kristen, yang karena kedermawanannya diberi gelar
Saint atau Santo. Saint itu sendiri kerap dihubungkan dengan nama seorang
penganjur atau pemimpin besar agama Kristen. Disebabkan pertentangannya dengan
penguasa Romawi ketika itu, ajal Valentine berakhir dengan pembunuhan atas
dirinya pada abad ketiga masehi, tepatnya tanggal 14 Februari tahun 270 M.
Rupanya kematian Valentine tersebut tak dapat dilupakan oleh para pengikutnya.
Valentine dijadikan simbol ketabahan, keberanian dan kepasrahan seorang
Kristiani menghadapi kenyataan dalam hidupnya. Hari Valentine ini kemudian
dihubungkan dengan pesta atau perjamuan kasih sayang bangsa Romawi kuno yang
disebut Supercalia yang biasanya jatuh pada tanggal 15 Februari. Setelah orang
Romawi itu masuk Kristen, maka pesta Supercalia itu secara religius dikaitkan
dengan upacara kematian Santo Valentine. Namun, upacara peringatan yang semula
bersifat religius mulai berubah dengan upacara non agamis.
Di Amerika, Valentine ini dipopulerkan dalam bentuk Greeting Card (kartu ucapan
selamat), terutama sejak berakhirnya Perang Dunia I. Lama kelamaan, sepasang
kekasih diwujudkan dengan saling tukar menukar kado. Ironisnya lagi ,
Valentines dirayakan dengan pesta miras dan narkoba, bahkan seorang gadis rela
kehilangan keperawanannya demi merayakan Valentine yang justru merusak moral
generasi muda. Perzinahan pun dianggap menjadi budaya. Jelas ini termasuk dosa
besar.
Karena, hendaknya, umat Islam tidak merayakan Hari Valentine, yang notabene
berasal dari agama Kristen. Islam sangat tegas melarang pesta miras dan
perzinahan. Sebaiknya urungkan saja rencana untuk merayakan Valentines Day di
hotel, kafe, villa, dan kost-kostan bahkan di gang sempit
sekalipun. Valentine's Day terbukti begitu besar mudharatnya.
*Dari VOA ISLAM
*Dari VOA ISLAM
0 comments:
Post a Comment