Thursday, May 9, 2019

Betapa Ruginya Saya



Setiap orang memiliki 24 jam dalam sehari, orang kaya atau miskin, bahagia atau sengsara, mahasiswa atau dosen, kita semua memiliki waktu yang sama. Dalam sebuah penelitian, Michael Fortino, seorang pakar manajemen waktu asal Amerika, mengungkapkan hasil penelitian selama 20 tahun bahwa orang biasa menggunakan waktunya 7 tahun di kamar mandi, 6 tahun di meja makan, 6 bulan berhenti di lampu merah, 120 jam untuk sikat gigi.”  Setiap orang memiliki porsi waktu yang sama, tidak ada yang berbeda walau cuma sedetik pun itu. Orang-orang yang selalu mengeluh karena tidak punya waktu, persoalan utamanya justru bukan terletak pada tidak adanya waktu yang cukup untuk mewujudkan sesuatu yang ingin dikerjakan. Melainkan, masalahnya ada pada ketidakmampuan kita dalam memanfaatkan waktu dengan baik dan benar untuk mengerjakan sesuatu yang harus dilakukan. Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengatakan bahwa ni'matani magbunun fihima katsirun minannaas ashhihatu walfarooq, dua nikmat, kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya yaitu kesehatan dan waktu luang.

Seseorang ditanya mengapa kamu jarang beribadah di masjid? Jawabnya karena ia merasa dirinya masih muda, masih ingin menikmati masa-masa muda dengan hura-hura, bermain, biarlah urusan ibadah nanti ketika sudah tua. Padahal urusan kematian tidak ada yang tahu, bisa jadi kita akan dipanggil oleh Allah Subhanahu wa ta’ala besok. Ada anak muda yang fisiknya terlihat kuat, ia jarang sekali sakit, tiga kali dalam sepekan ia berolahraga, tapi belum cukup usianya 20 tahun telah dipanggil oleh Allah Subhanahu wa ta’ala. Ada juga seseorang yang sejak lahir tidak bisa melihat, berjalan tertatih-tatih, oleh dokter diprediksi tidak akan hidup lama, namun masih bisa bertahan hidup sampai sekarang.

Waktu yang kita punya terbatas, maka jadikanlah setiap jam setiap menit setiap detik itu memberikan manfaat kepada diri kita maupun orang lain. Belajar dari para ulama terdahulu, ruhbanun bil lail wa fursanun bin nahar, mereka bagai rahib di waktu malam dan pejuang di waktu siang, artinya bahwa malam harinya diisi dengan menjadi hamba yang selalu terjaga untuk berdzikir dan siang hari menjadi pekerja keras yang tangguh. Amr bin Dinar biasa membagi waktu malam menjadi tiga: sepertiga untuk tidur, sepertiga untuk berdiskusi, sepertiga untuk shalat malam. Imam Syafi’i membagi waktu malamnya menjadi tiga: sepertiga malam pertama untuk menulis, sepertiga malam kedua untuk shalat (malam) dan sepertiga malam terakhir untuk tidur.

Hikmah dari para salafus sholih semoga membuat hidup kita menjadi lebih teratur, bisa lebih baik lagi dalam mengatur waktu, mengatur skala prioritas, menjaga hubungan dengan Allah Subhanahu wa ta’ala juga manusia yang lain. Setiap aktivitas yang kita pilih memberikan konsekuensi terhadap kehidupan kita, maka bijaklah dalam memilih.

0 comments: