Tahun 2025, peta perjalanan saya adalah jaringan pipa imajiner yang membentang di 20 provinsi yang tersebar di 44 kota/kabupaten dari Aceh sampai Baubau. Di setiap sambungannya, bukan fitting atau flange yang saya temui, melainkan 817 jiwa yang mengajarkan bahwa sistem perpipaan terhebat adalah jaringan kemanusiaan itu sendiri.
Perjalanan yang menghadirkan makna kehidupan bagi saya, karena akhirnya saya memahami bahwa sistem perpipaan bukan hanya tentang mengalirkan air dari titik A ke B. Itu tentang mengalirkan penghargaan dari yang tak terlihat ke yang terlihat. Mengalirkan kesempatan kedua bagi yang pernah jatuh. Mengalirkan pengakuan bagi yang lama tak diakui. Mengalirkan kebahagiaan bagi mereka yang tak tersentuh.
Dan dalam sistem besar bernama Indonesia, setiap kita, dari tukang pipa hingga direktur, adalah fitting yang menghubungkan aliran kemajuan ini.
Air menemukan jalannya dengan mengalir ke tempat terendah, kebijaksanaan menemukan jalannya dengan mendengarkan suara tersunyi. Terkadang cara terbaik untuk memperoleh pelajaran hidup bukan dari mendengarkan suara-suara bising yang ada di perkotaan, tapi dari suara hening yang ada di pelosok desa.
Mungkin itulah inti perjalanan di tahun 2025 ini: saya datang dengan niat untuk berbagi ilmu teknis, tetapi justru sayalah yang paling banyak mendapat pelajaran arti humanis. Dan di balik setiap sambungan pipa yang kami periksa bersama, selalu terbentang sambungan antar manusia yang menunggu untuk dipahami dan diperhatikan.
Seperti kata seorang tokoh di Lombok sambil memperlihatkan jaringan distribusi air bersih yang baru selesai: "Lihat, Mas. Ini bukan cuma pipa. Ini adalah harapan yang dialirkan dari rumah ke rumah."
Juga kata seorang tukang di Ciamis yang bangga mendapatkan sertifikat kompetensi: ”Terima kasih Pak telah menghargai profesi kami sebagai tukang.”
Dan kita semua, dalam profesi apapun, adalah tukang pipa bagi harapan itu. Selamat menggali & mengalirkan makna.

