Thursday, May 7, 2015

Mengapa Harus Nuklir?


Nama saya Iyas Muzani, lahir di Sungguminasa, kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan  pada 10 Juli 1998. Saat ini saya sedang menginjak jenjang pendidikan tingkat menengah atas, usia yang pada umumnya banyak membuat para siswa cemas dan risau dalam menentukan karier dan memulai langkah yang lebih besar kedepannya. Bukan apanya, salah dalam menentukan jurusan di jenjang perkuliahan bisa berakibat fatal terhadap kehidupan kita di masa depan yang akan datang.
Tidak bermaksud merendahkan jurusan lain ataupun kualitas seseorang, akan tetapi apa yang terjadi sekarang ini, banyak siswa yang memilih jurusan hanya karena ia melihat dari sisi citranya  saja, tanpa mempertimbangkan aspek lain, seperti bakat dan minatnya secara pribadi. Bahkan banyak pula di antara mereka yang memilih jurusan karena keinginan orang tua, padahal jika sang anak tidak memiliki kompeten dan bakat sama sekali di bidang yang orang tuanya inginkan pada akhirnya hanya berdampak negatif terhadap kondisi sang anak. Bukannya ingin menyalahkan keinginan orang tua, akan tetapi jika orang tua benar-benar ingin melihat anaknya sukses dan gemilang, sepatutnya ia mendukung penuh keinginan anaknya sesuai dengan bakat yang ia miliki. Jangan hanya karena gengsi atas perbedaan profesi sehingga orang tua memaksakan kehendaknya agar eksistensi keluarganya terlihat hebat di mata orang lain, padahal sang anak dihantam dengan berbagai tekanan sana-sini karena begitu susahnya ia memahami pelajaran yang bahkan ia sama sekali tidak minat terhadapnya, dan hasilnya pun tidak memuaskan.
Pola pemikiran seperti inilah yang perlu untuk kita perbaiki bersama-sama, tidak ada yang tidak bagus dari jurusan yang ada di perkuliahan, semuanya sama-sama berprospek asalkan kita tekun dalam menjalaninya.
Indonesia sendiri dengan beraneka ragam sumber daya alamnya memberikan potensi yang luar biasa terhadap kemajuan bangsa, apabila kita memanfaatkan sebaik-baiknya untuk bangsa ini, tergantung bagaimana sumber daya manusia yang mengolahnya, apakah kita masih mengandalkan pemikir-pemikir dari luar negeri atau memberikan kesempatan yang sangat besar kepada para peneliti lokal kita sendiri. Untuk menjadi bangsa yang besar dan sejajar dengan negara-negara maju lainnya di dunia, kita perlu menaruh perhatian dan mendukung total kegiatan-kegiatan riset yang ada di Indonesia ini, sudah saatnya kita mandiri dalam mengelola kekayaan alam terlepas dari bantuan dan intervensi bangsa asing. Apalagi jika dilihat dari prestasi gemilang siswa Indonesia di kancah Internasional yang banyak memberikan sumbangsih besar dan menorehkan prestasi yang luar biasa, tidak kalah dengan negara maju lain yang ada di dunia. Potensi inilah yang perlu untuk kita kembangkan, kita harus yakin dengan apa yang kita miliki.
Adanya keinginan yang sangat besar oleh saya untuk lebih menekuni dunia riset membuka pikiran saya untuk memberikan perhatian serius kepada perkembangan nuklir. Walaupun persepsi masyarakat Indonesia kebanyakan berpikiran bahwa nuklir hanya dapat digunakan sebagai bom dan bahan peledak saja. Dibanding dengan negara lain kita sangat jauh tertinggal dari pemanfaatan energi nuklir tersebut, padahal ketersediaan uranium di tanah kita ini sangatlah berlimpah dan banyak diincar oleh pihak asing, menurut Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Indonesia memiliki 60 ribu ton cadangan uranium dan Kalimantan Barat menjadi salah satu wilayah yang paling potensial (data Mei 2014). Keberadaan BATAN dengan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir dibantu dengan perguruan tinggi negeri dengan jurusan teknik nuklirnya yakni Universitas Gadjah Mada memberikan harapan besar buat Indonesia dalam mengembangkan teknologi nuklir di Indonesia.

Minimnya wadah dalam menampung pelajar-pelajar di Indonesia dalam menekuni ilmu nuklir inilah yang membuka pikiran saya dan menaruh harapan besar untuk menjadi peneliti di bidang energi dan teknologi nuklir. Apalagi saat ini Indonesia tengah mengupayakan dalam membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir. 

0 comments: