Tuesday, June 26, 2018

Desa: Tempat Kuliah yang Langka


23 juni 2018, hari pertama KKN Unit 2018-YO030

Tidak jauh memang lokasinya dibandingkan unit KKN UGM lainnya apalagi yang sampai di luar jawa, karena lokasi KKN kami hanya sekitar 1,5 jam dari kampus UGM. Meskipun begitu jauh maupun dekat tidak berarti antusiasme untuk melakukan pengabdian kepada masyarakat berkurang, tergantung dari niat pribadi masing-masing juga kesungguhan dalam melaksanakan tugasnya. Yang paling penting adalah kita mampu konsisten menjalankan tugas kita dan berharap 49 hari kedepan bakal memperoleh esensi pengabdiannya, tidak menganggap itu sebagai “liburan” belaka.

Kedatangan kami adalah untuk belajar. Belajar bagaimana menjadi masyarakat yang sesungguhnya, belajar beretika dalam bermasyarakat terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta kabupaten Gunung Kidul yang kental akan nilai adat istiadatnya, nilai moral yang sangat dijunjung tinggi oleh masyarakatnya, juga belajar segala hal yang mungkin tidak akan bisa dijumpai dibangku sekolah maupun perkuliahan. Inilah kesempatannya, sebelum terjun langsung ke masyarakat dengan peran yang berbeda. Agar dikemudian hari kita tidak lupa diri, senantiasa menjadi manusia yang dapat memberi warna dimanapun ia berada. Tetap memberikan penghormatan kepada setiap orang tanpa memandang statusnya. 49 hari waktu yang tidak lama memang, tetapi itulah momen dimana kita bisa dekat dengan masyarakat, manfaatkanlah.

Kata Henry Ford, you can’t learn in school what the world is going to do next year. Perubahan justru diciptakan oleh orang-orang yang sering berpergian dan bergaul dengan pihak-pihak di luar, dengan sering melihat ke luar, melihat permasalahan langsung di lapangan, tentu memudahkan kita dalam memperoleh inspirasi. Paling tidak kita mampu berbaur dengan masyarakat, merasakan apa yang mereka rasakan itulah yang menjadi nilai yang ingin diperoleh di KKN ini, disanalah esensi pengabdiannya.

Kenapa lokasi KKN itu hampir sebagian besar tujuannya ke desa, daerah yang terpencil, dan bukan daerah perkotaan dengan rumah yang nyaman? Kira-kira saya bisa menjawab seperti ini: Kita tentu sangat beruntung karena mendapatkan kesempatan untuk berkuliah diantara puluhan juta pemuda lainnya, mereka yang “tersisihkan” menaruh harapan kepada kita, ada juga mereka yang ingin berkuliah tapi apa daya karena tidak punya dana jadinya tidak bisa lanjut kuliah. Setidaknya dengan ilmu yang kita peroleh ini mampu memberikan manfaat bagi masyarakat, kita bisa banyak mendengar apa yang menjadi keluhan mereka selama ini. Desa jauh dari hiruk pikuk perkotaan, karakter masyarakatnya dapat dikatakan belum begitu terpengaruh oleh budaya luar.

Dalam bukunya yang berjudul, Pribadi (Jakarta: Bulan Bintang, 1982, cet.ke-10), Prof. Hamka memberikan gambaran tentang sosok manusia yang pandai tapi tidak memiliki pribadi yang unggul: ”Banyak guru, dokter, hakim, insinyur, banyak orang yang bukunya satu gudang dan diplomanya segulung besar, tiba dalam masyarakat menjadi ”mati”, sebab dia bukan orang masyarakat. Hidupnya hanya mementingkan dirinya, diplomanya hanya untuk mencari harta, hatinya sudah seperti batu, tidak mampunyai cita-cita, lain dari pada kesenangan dirinya. Pribadinya tidak kuat. Dia bergerak bukan karena dorongan jiwa dan akal. Kepandaiannya yang banyak itu kerap kali menimbulkan takutnya. Bukan menimbulkan keberaniannya memasuki lapangan hidup.”

Kita tidak bisa menyampingkan masyarakat pedesaan, ilmu yang kita miliki di perkuliahan jangan menjadikan kita sombong dan enggan untuk berbaur dengan masyarakat yang hanya lulusan SD, SMP, maupun SMA. Tan malaka bahkan mengatakan dalam bukunya Madilog, “bila kaum muda yang telah belajar di sekolah dan menganggap dirinya terlalu tinggi dan pintar untuk melebur dengan masyarakat yang bekerja dengan cangkul dan hanya memiliki cita-cita yang sederhana, maka lebih baik pendidikan itu tidak diberikan sama sekali.”

Kini kita mesti harus menyadari bahwa kitalah generasi yang akan mewarisi posisi-posisi penting di negara ini. Memahami seluk beluk masyarakat mulai dari bawah hingga atas adalah bagian dari proses pembelajaran untuk menghadirkan negara yang adil dan sejahtera. Sebab kita adalah masyarakat yang juga akan memberikan manfaat kepada masyarakat, berkuliah hanyalah jalan yang kita lalui sebelum benar-benar terjun ke masyarakat.

Iyas Muzani
Gunung Kidul, DI Yogyakarta.


0 comments: