Monday, April 27, 2020

[Kuliah 1] Ramadhan Bulan Pendidikan



Kuliah Ramadhan Jelang Berbuka ke-1
Oleh Ust. Adian Husaini


Bulan Ramadhan seharusnya bisa kita optimalkan juga oleh pemerintah, perlu ada anggaran khusus dari negara untuk mengalokasikan pendidikan di bulan ramadhan, mengoptimalkan kajian-kajian yang intensif untuk meningkatkan kualitas diri kita.
Pendidikan intinya adalah bagaimana kita menjadi manusia yang baik, di dalam konstitusi kita pasal 31 ayat 3 dikatakan pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa tujuan kita berpuasa adalah untuk bertaqwa, la allakum tattaqun, kita diwajibkan berpuasa tujuannya bertaqwa. Tujuan pendidikan nasional kita adalah beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia.
Manusia beriman itu apa? Manusia bertaqwa itu apa? Manusia berakhlak mulia itu apa? Menjadi aneh ketika kita mengikuti konsep-konsep pendidikan yang mereduksi hakikat pendidikan nasional tersebut yang tujuannya untuk membentuk manusia yang baik: beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Akan tetapi selama ini direduksi tujuan pendidikan menjadi hanya sekedar bagaimana mengembangkan potensi anak didik supaya dia bisa bekerja mencari nafkah. Tidak salah, tapi hal tersebut menjadi sebagian kecil dari tujuan yang besarnya.
Kalau bicara tentang pendidikan Prof. Ahmad Tafsir mengingatkan empat hal: (1) tujuannya, (2) kurikulum, (3) program, (4) evaluasi. Menetapkan tujuan ini sangat penting, kalau kita mau membentuk pendidikan yang baik maka tetapkan dulu tujuannya, dari tujuan ini diturunkan menjadi bentuk rinci target-target pendidikan dan bisa berbeda untuk setiap jenjang bahkan setiap anak. Tujuan ini dicapai melalui kurikulum.
Di zaman Anies Baswedan menjadi menteri pendidikan beliau mengeluarkan permen no 20 tahun 2016 tetang SKL (standar kompetensi lulusan), yang mana ada 3 yang diukur dari SKL tersebut: sikap, pengetahuan, keterampilan.
Mari kita manfaatkan dengan betul ramadhan ini sebagai bulan pendidikan, inilah bulan untuk mendidik kita semua menjadi orang yang baik, inna akromakum indallahi atqokum, sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling taqwa di antara kalian. Bahkan kita diajari doa, robbana hab lana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a’yun waj’alna lilmuttaqina imamaa, wahai Robb kami, karuniakanlah pada kami dan keturunan kami serta istri-istri kami penyejuk mata kami. Jadikanlah pula kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Al-Furqon:74). Menjadi orang taqwa itu mulia, menjadi orang taqwa itu susah, karena meraih derajat kemuliaan itu tidak mudah.
Qod aflaha man zakkaha waqod khoba man dassaha, beruntunglah orang-orang yang membersihkan jiwanya dan celakalah orang-orang yang mengotori jiwanya. Ibadah di bulan ramadhan ini luar biasa untuk menempa jiwa kita untuk semakin takut kepada Allah dan khawatir jika melanggar perintah Allah.
Ibadah shaum ini ibadah yang tidak kelihatan, orang tidak bisa pura-pura berpuasa, artinya jiwa kita dididik jujur. Jujur ini menjadi kunci, sebab menjadi kunci bagi kebaikan yang lain.
Bagaimana kita bisa mencari ilmu sukses? Menurut Imam Syafi’I, ala lantanalal ilma illa bisittatin sa’umbii kamaj’mu illa bi bayani, seseorang yang menuntut ilmu tidaklah jauh dari 6 syarat utama, 6 syarat dalam menuntut ilmu itu diantaranya adalah:
1.       Dzakkaun (Cerdas, mengerti)
Orang itu dikarunia akal, bisa berpikir dan cerdas. Otak kalau tidak dibiasakan berpikir maka akan tumpul, maka di dalam Al-Qur’an banyak perintah yang meminta kita untuk terus berpikir. Dalam surah Al-Mulk ayat 10 dikatakan jika penduduk neraka sa’ir menyesal karena mereka waktu di dunia tidak mau berpikir, wa qolu lau kunna nasma’u au na’qilu ma kunna fii ashabi sa’ir, Dan berkata (mereka penghuni neraka) andai ada kami (di dunia) mendengar atau kami berakal maka tidak ada kami penghuni neraka sa’ir. Orang yang masuk neraka ini malas berpikir.
2.       Hirsun (Senang hati, ikhlas)
Seseorang dalam menuntut ilmu ia harus haus ilmu, kalau dalam gurindam 12 Raja Ali Haji beliau mengubah syair yang indah “Jika hendak mengenal orang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu.” Jadi ciri orang yang berilmu adalah yang rajin bertanya dan tentu bertanya tidak sembarangan, karena ada adabnya.
3.       Ishtibaarun (Sabar)
Seorang yang menuntut ilmu harus senantiasa bersabar
4.       Bulghaatun (Modal, biaya)
Perlu pengorbanan
5.       Irsyaadu Ustaadzi (Patuh kepada guru)
Perlu bimbingan guru, belajar itu ada yang mengarahkan dan ada kurikulumnya, sebab bahaya jika seseorang diminta membaca tanpa diarahkan, Prof. Mohammad Nur di dalam bukunya budaya ilmu mengatakan bahwa banyak informasi belum tentu berilmu sebab orang dikatakan berilmu ketika ia bermakna, kita tidak bisa mengatakan komputer itu berilmu karena banyaknya informasi. Banyak orang tersesat karena salah pilih guru.
6.       Thuuluz Zamaani (Waktu yang lama)
Perlu waktu yang panjang,

Untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat, kata Imam Az-Zarnuji dalam kitabnya Ta’limul Muta’allim adalah ilmu yang bermanfaat itu memiliki 2 kriteria yakni ilmu itu diamalkan dan ilmu itu diajarkan.

1 comments:

Anonymous said...

Jazakumullah. Uraiannya bagus dan bermanfaat