Sunday, October 2, 2022

Visi Peradaban Islam



Apa yang terbayang oleh kita jika membicarakan tentang peradaban? Syaikh Yusuf Al-Qaradhawi menjelaskan dalam bukunya al-Sunnah masdaran lil-ma’rifah wa al-hadarah (Sunnah sebagai Sumber Pengetahuan dan Peradaban) bahwa peradaban adalah sebuah fenomena yang luhur dari akumulusi karya manusia di bidang kesehatan, kesenian, sastra, materi, sains, sosial, politik, ekonomi, dan seluruh bidang yang lain. 

Jadi kalau kita bicara tentang al-hadharat al-islamiyah (peradaban Islam) kita tidak hanya berbicara tentang masjid dan membangun masjid, tidak hanya berbicara tentang infaq dan distribusi zakat, tidak hanya berbicara tentang doa dan shalat lima waktu, tapi kita bicara tentang bagaimana innasholata tanha anil fahsyai wal munkar, bahwa shalat (ibadah) mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. kita berbicara juga konsep yang namanya yunfiquna amwalahum fi sabilillah, menafkahkan harta di jalan Allah. Jadi level dari peradaban Islam itu adalah level yang tinggi, bukan hanya sekedar teori tapi Islam itu diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Kalau didetailkan, paling tidak ada 3 poin visi peradaban Islam (core values):

1. Ibadah (God-conscious), ini adalah dasar daripada kehidupan kita sebagai muslim, yang membedakan cara pandang muslim dengan non-muslim. Wa ma khalaqtul-jinna wal-insa illa liya'budun, tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah. Apa yang kita pikirkan tentang ibadah? Muhammad Elvandi (2019) mengatakan bahwa diantara pertanyaan yang ia lontarkan kepada audience dalam beberapa kesempatan, mayoritas image umat Islam tentang ibadah adalah terkait dengan rukun Islam. Bagaimana dengan menanam pohon, kebersihan, mengajarkan anak untuk disiplin, mengantri, manajemen, on time, dan lain sebagainya. Itu juga termasuk ibadah, sebab coba bayangkan andaikan ibadah itu hanya shalat 5 waktu, sekali shalat kira-kira sekitar 15 menit sehingga diakumulasi menjadi 75 menit dalam sehari, kemudian misal ditambah lagi dengan membaca Al-Qur’an kira-kira 60 menit dalam sehari. Maka jika ditotal, dalam sehari kita beribadah sekitar 2 jam 15 menit, lantas 21 jam 45 menit sisanya kita melakukan apa? Padahal Allah Subhanahu wa ta’ala dengan tegas mengatakan wa ma khalaqtul-jinna wal-insa illa liya'budun, tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah. Maka tidak boleh ada waktu dari bangun tidur hingga tidur kembali, kecuali kita lakukan untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Artinya adalah seluruh hidup kita adalah untuk beribadah, ini adalah core value dari seorang muslim. Core value inilah yang membuat umat Islam, setiap gerakannya itu adalah God-oriented, jadi nilai dasar dari segala aktivitas manusia adalah God-conscious.

2. Khalifah (Excellence-drive), Allah Subhanahu wa ta’ala mengatakan wa idz qola robbuka lil-mala ikati inni ja’ilun fil-ardhi kholifah, ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Artinya Allah Subhanahu wa ta’ala menghadirkan manusia ke muka bumi ini agar manusia itu bisa menjadi pemimpin, khalifah dalam Al-Qur’an artinya leadership/influencer/changing maker/guru/pembina. Malaikat kemudian khawatir dan bertanya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, qolu a taj’alu fiha may yufsidu fiha wa yasfikud-dima’ wa nahnu nusabbihu bihamdika qa nuqaddisu lak, Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau? Allah Subhanahu wa ta’ala menjawab, qola inni a’lamu ma la ta’lamun, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Bahwa ternyata Allah Subhanahu wa ta’ala telah membekali manusia dengan akal sehat, pikiran, jiwa, dan ruh yang berbeda dengan makhluk mirip manusia sebelum nabi Adam A.S yang telah punah diantaranya adalah Pithecanthropus erectus. Manusia merupakan makhluk baru yang diciptakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala setelah kepunahan makhluk sebelumnya, Laqad khalaqnal insana fi ahsani taqwim, sungguh telah Kami ciptakan manusia dalam bentuk yang paling baik.

3. Ar-Rahmah (Contribution-oriented), wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin, rahmat bisa diartikan sebagai cinta, kasih sayang, kontribusi, kebaikan, dan manfaat. Untuk siapa kontribusi dan manfaat kita berikan? Lil alamin, kepada seluruh alam. Umar bin Khattab, dahulu bahkan pernah mengatakan bahwa jika ada keledai yang jatuh terperosok di Kufah karena rusaknya jalan, maka aku akan diminta pertanggungjawaban tentangnya di hari kiamat kelak. Beliau justru mengambil perspektif tidak hanya menghadirkan kebaikan kepada manusia saja tapi juga untuk hewan, sedangkan kita sekarang bagaimana? Lubang di jalan bisa bertahan berbulan-bulan, menebang pohon tanpa memperhatikan aspek lingkungan, berbuat semaunya tanpa ada etika.



0 comments: