Thursday, August 6, 2020

Ruang Percakapan yang Mengubah Masa Depan Indonesia

Guru Honorer Pedalaman Cuma Digaji Rp78 Ribu : Okezone News

Akar dari sekian banyak permasalahan yang kita alami saat ini adalah pendidikan, sebab proses pendidikan yang kurang baik akan melahirkan generasi yang payah dan sebaliknya proses pendidikan yang baik akan melahirkan generasi yang gemilang. Keikutsertaan Indonesia dalam Program Penilaian Pelajar Internasional (PISA) sejak tahun 2001 menunjukkan bahwa skor PISA Indonesia belum mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan laporan PISA pada tahun 2019, Indonesia masih berada dalam kategori low performer pada tiga subjek yakni literasi, matematika, dan sains. Skor membaca Indonesia ada di peringkat 72 dari 77 negara, skor matematika ada di peringkat 72 dari 78 negara, dan skor sains ada di peringkat 70 dari 78 negara.

Kita bisa berasumsi bahwa rendahnya kualitas SDM Indonesia adalah dampak dari buruknya proses pendidikan, belum optimalnya kompetensi guru sebagai pilar utama dalam peningkatan kualitas peserta didik, hingga ekosistem sekolah yang belum begitu mendukung para pelajar untuk meningkatkan kualitas belajarnya. Ruang percakapan para pelajar lebih banyak diisi dengan hal-hal yang tidak berguna, hari demi harinya dipenuhi oleh cerita tren anak muda masa sekarang, bukan percakapan yang membawa mereka kepada seorang intelektual muda.

Para pelajar yang bersekolah di sekolah unggulan atau di pusat kota mungkin akan kurang setuju dengan pendapat saya, akan tetapi akan berbanding terbalik oleh mereka yang tinggal bukan di pusat kota. Ini adalah dampak dari ketimpangan pada sektor pendidikan, mereka yang bersekolah di tempat yang kondusif akan tumbuh dengan baik sebab memiliki support yang luar biasa, berbeda dengan para siswa yang bersekolah di sudut kota hingga pedesaan, fasilitas dan iklim pembelajaran tidak mendukung membuat mereka harus mengeluarkan effort lebih untuk bisa bersaing.

Apa yang saya rasakan selama bersekolah di Gowa-Makassar dari kurun waktu 2004-2015, para siswa lebih antusias untuk berprestasi dalam bidang non akademik dibandingkan akademik. Lebih banyak aktivitas siswa untuk futsal, basket, voli, baris-berbaris, dan pramuka. Hanya beberapa sekolah saja (se-provinsi) yang sering menjadi langganan juara dalam bidang akademik, ini juga karena iklim dan fasilitas di sekolahnya sudah mendukung.

Iklim pembelajaran haruslah dibangun sedemikian rupa sehingga memacu para pelajar untuk bisa meningkatkan kapasitas intelektualnya, jangan sekolah itu disibukkan dengan aktivitas senioritas yang tidak hanya menumbuhkan iklim yang tidak kondusif namun juga akan menimbulkan berbagai macam persoalan kenakalan remaja.

Para pendidik mesti hadir di tengah-tengah pelajar untuk membantu mereka mencapai level seorang intelektual, jangan para pendidik memberi kesan yang buruk kepada para pelajar sehingga membuat barrier yang menutup ruang percakapan keduanya.

Kita mengharapkan di setiap sudut sekolah, di setiap percakapan yang terjadi, adalah diskusi-diskusi berbobot oleh para intelektual. Sebab masa depan Indonesia ditentukan dari bagaimana kualitas ruang percakapan anak muda Indonesia saat ini. Indonesia yang unggul di masa depan adalah anak muda yang unggul di masa sekarang.

 

 


0 comments: